Penjajahan Memang Kejam, Tapi Ini 10 'Manfaat' yang Diwariskan

Selama ini, penjajahan selalu dikaitkan dengan hal-hal yang buruk karena berbagai sebab. Ternyata, di balik semuanya, ada sejumlah hal baik.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 06 Des 2016, 18:12 WIB
Diterbitkan 06 Des 2016, 18:12 WIB
Vasco da Gama (0)
Ternyata petualangan penjelajah Vasco da Gama asal Portugis tidak berhenti setelah ia meninggal dunia. (Sumber Ancient Origins)

Liputan6.com, New York - Kolonialisme atau penjajahan seringkali mendapat penilaian buruk, namun tentunya bukan tanpa alasan.

Misalnya petualangan Raja Leopold dari Belgia di Kongo yang penuh kekejian. Demikian juga halnya dengan penguasa-penguasa yang memperbudak penduduk di wilayah jajahan dan memperdagangkan mereka. Atau negeri kita, Indonesia, yang harus membangun dari awal setelah lepas dari belenggu penjajahan selama ratusan tahun. 

Tapi itu belum kisah yang utuh. Dalam banyak hal yang tidak menjadi bahan pemberitaan, ada sejumlah hal baik yang dipetik dari penjajahan. 

Dikutip dari Listverse.com pada Selasa (6/12/2016), kolonialisme atau penjajahan dari sudut pandang lain ternyata membawa sejumlah hal yang mengejutkan. Apa saja?

10. Prinsip Pemerintahan Baik (Good Governance)

(Sumber iStock)

Kebanyakan dari kita menganggap remeh demokrasi dan pemerintahan yang berfungsi, tapi kebanyakan dunia yang demokratis bukanlah yang datang dengan sendirinya.

Dalam sebagian besar sejarah manusia, "pemerintah" adalah diktator militer atau raja edan yang berhak menentukan tempat tinggal seseorang, pakaian yang dikenakan, dan bahkan saatnya seseorang harus meninggal dalam peperangan tanpa tujuan jelas.

Lalu mengapa banyak bagian dunia sekarang memegang demokrasi, walau terkadang hanya di mulut saja? Ternyata, itu termasuk bawaan kekuatan kolonial Eropa.

Ke manapun pihak Inggris pergi, mereka melembagakan pemerintahan yang serupa dengan pemerintahan mereka, yaitu adanya parlemen, birokrasi atau pelayanan sipil yang efisien, dan bahan dasar demokrasi.

Di lain pihak, Prancis memadukan wilayah taklukan dengan Prancis sendiri sehingga memajukan nilai-nilai Liberte, Egalite, Fraternite. Ketika dekolonisasi akhirnya terjadi, banyak kelembagaan demokratis ini yang kemudian menetap.

9. Penciptaan Pengobatan Modern

(Sumber iStock)

Bagi kekuatan-kekuatan kolonial, penyakit-penyakit tropis menjadi tantangan terus-menerus. Asia, Afrika, dan Amerika Selatan cocok sebagai tempat hidup aneka kuman yang juga berkecenderungan membunuh para penjajah.

Akibatnya adalah pengeluaran, waktu, dan kematian sia-sia, ditambah lagi dengan masalah yang timbul dalam upaya mengeruk kekayaan alam tanah jajahan. Mulailah diciptakan pengobatan modern untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

Eropa pada Abad ke-19 menjadi yang terdepan dalam pengobatan modern. Bangsa Inggris menemukan sifat anti malaria pada kina, dan ini masih menjadi obat anti malaria paling efektif satu-satunya. Bangsa Prancis menjadi spesialis dalam pengobatan tropis karena adanya jajahan mereka di Afrika Utara.

Secara umum, kesehatan masyarakat mengalami kemajuan pesat karena teknik-teknik yang dipelajari dari kekacauan di wilayah koloni-koloni.

Bahkan, penduduk pribumi taklukkan juga mendapat manfaat, baik dalam bentuk rumah sakit maupun cara pengobatan baru yang dipelopori di Eropa. Bisa dikatakan, pengobatan modern merupakan produk sampingan imperialisme.

8. Pertumbuhan Ekonomi

(Sumber iStock)

Sebenarnya, kolonialisme bukanlah sesuatu yang hadir hanya dalam dunia masa lalu. Di Afrika, China bisa dibilang melakukan kolonialisme besar-besaran Abad ke-21.

Menurut Dambisa Moyo, seorang ahli ekonomi Zambia, pertumbuhan pesat ekonomi yang dihasilkan adalah hal terbaik yang pernah terjadi di benua itu selama beberapa dekade terakhir.

Data yang dimilikinya menunjukkan bahwa kolonialisme baru telah menciptakan jutaan pekerjaan bagi bangsa Afrika dan mengangkat banyak di antara mereka dari jurang kemiskinan. Kemajuan dari investasi China telah memberi manfaat besar-besaran kepada kaum miskin Afrika dan China.

Tapi bukan berarti semua petualangan kolonial dapat memperbaiki kehidupan orang. Petualangan Spanyol di Dunia Baru diingat sebagai penyebab kehancuran ekonomi.

Tapi, hal itu menunjukan bahwa imperialisme bisa ditangani dengan baik sehingga memberi manfaat kepada banyak pihak, bukan hanya kepada segelintir orang.

7. Bahasa Global

(Sumber iStock)

Masih ingat kisah Menara Babel? Manusia sekuat-kuatnya mengupayakan kecerdikan rekayasa, sehingga Tuhan mengacaukan bahasa mereka dan menyebabkan mereka tidak dapat bekerjasama lagi.

Kolonialisme justru sebaliknya. Dari ratusan ribu bahasa asli, dihimpun hingga menjadi beberapa bahasa utama. Sekarang ini, bahasa Inggris dipakai di 106 negara, kebanyakan adalah bekas jajahannya.

Spanyol dipakai di 31 negara, bahasa Arab modern di 58 negara, dan bahasa Prancis di 53 negara. Secara bersama-sama, seluruh dunia setidaknya berbahasa Inggris, Spanyol, Arab, Prancis, Rusia, atau Mandarin—semua bahasa yang dikaitkan dengan bangsa-bangsa imperialis.

Manfaatnya besar sekali. Kemampuan berkomunikasi meruntuhkan penghalang pada perdagangan dan saling pengertian. Hal itu memungkinkan negara-negara yang sangat berbeda untuk mencapai titik temu. Memang bukan menjadi persayaratan, tapi hal demikian tentunya membantu mempersatukan orang-orang.

6. Penciptaan Seni Modern

(Sumber iStock)

Siapa yang menyukai karya Picasso? Bagaimana dengan arsitektur Art Deco? Atau seni patung modern? Sebagian besar dari kita tentu pernah melihatnya.

Ternyata, ada andil penjajahan Prancis dan Inggris di Afrika. Tampilan seni suku-suku Afrika di Paris dan London di awal Abad ke-20 itulah yang menjadi inspirasi semua gerakan seni modern tersebut.

Seniman seperti Picasso dan Matisse mengamati harta karun dari Pantai Gading atau Benin, dan mendapat ilham daripadanya. Para arsitek penasaran dengan bentuk sederhana yang kuat pada reruntuhan kuil-kuil Afrika.

Perdagangan penjajahan lah yang membawa semua benda itu kepada publik sehingga memberikan inspirasi kepada semua orang, mulai dari perancang, seniman, hingga arsitek.

Bayangkan, tanpa seni Afrika, tidak akan ada Art Deco. Tampilan New York tentu berbeda. 

5. Pertumbuhan Infrastruktur

(Sumber wakeindianow.com)

Dalam beberapa tahun belakangan, Afrika sedang mengalami peningkatan pesat infrastruktur. Rel kereta api membentang di dataran-dataran Nigeria, pegunungan Etiopia, dan sepanjang danau-danau di Uganda dan Kenya.

Proyek-proyek itu diharapkan membangkitkan ekonomi lokal dan mengangkat jutaan orang keluar dari kemiskinan.

Rel kereta baru yang vital itu tidak mendadak muncul di sana. Mereka merupakan peninggalan infrastruktur kolonial yang akhirnya diperbaharui setelah beberapa dekade lamanya.

Ironis, karena pertumbuhan pesat ekonomi oleh rel kereta itu sebagian besar justru dikarenakan oleh para bekas pelaku penjajahan di Afrika. Di manapun imperium besar pergi, mereka meninggalkan infrastruktur handal.

Indi masih menggunakan infrastruktur di seluruh anak benua untuk mengangkut jutaan orang dan itu berasal dari zaman Raj. Jalanan-jalanan masa kolonial masih dipakai, bersama-sama dengan pelabuhan-pelabuhan, rumah sakit, sekolah-sekolah, dan universitas-universitas.

Infrastruktur itu memang pada awalnya memberi manfaat bagi penjajahnya, tapi kemudian berganti hingga memberi manfaat bagi yang dijajah.

4. Penyingkiran Penguasa Brutal

(Sumber listverse.com)

Kisah pendudukan Spanyol digambarkan sebagai salah satu banga Eropa haus darah yang membunuhi jutaan banga Aztec.

Benar, memang terjadi demikian, tapi ada sesuatu yang luput dari sejarah. Bangsa Aztec sendiri adalah penjajah yang sedang menguasai kawasan-kawasan sekitarnya ketika Cortez tiba di Amerika Selatan.

Banga Aztec dikenal brutal. Mereka memperbudak para tawanan hingga tewas dan melakukan upacara korban dengan mencabut jantung tawanan dalam keadaan hidup-hidup. Mereka juga memaksa para tawanan untuk melakukan kanibalisme, serta membunuhi anak-anak untuk menyenangkan Dewa Matahari.

Bangsa Spanyol juga sedemikian beringasnya, tapi kebanyakan disebabkan karena terjangkit oleh cacar dan mengincar emas orang lain. Dibandingkan dengan bangsa Aztec, itu belum seberapa.

Hal serupa itu terlihat juga pada masyarakat-masyarakat kolonial yang lain. Sebelum kedatangan bangsa Inggris, bangsa Mughal merangsek masuk India dan melumatkan Delhi sebanyak 8 kali dalam 8 abad, dan bahkan membangun piramida tengkorak dari jasad-jasad para korban mereka.

Bahkan, dalam keadaan paling brutal, tidak ada pembantaian yang menyamai pembunuhan dan perbudakan massal pada masa itu.

3. Meningkatnya Perdamaian

(Sumber iStock)

Banyak bagian dalam sejarah manusia yang tidak menyenangkan. Persaingan perebutan sumber daya memaksa suku-suku untuk terus menerus berada dalam keadaan perang selamanya.

Misalnya di Amerika Tengah. Beberapa kota suku Maya bisa saling bantai hanya karena sekali gagal panen. Steven Pinker mengidentifikasi bahwa penciptaan negara bangsa merupakan bagian integral dalam penghentian kekerasan itu.

Di beberapa tempat, kebangkitan negara-negara merupakan hasil dari peperangan keji dan saling sikut yang tidak berkesudahan. Di tempat-tempat lain, pembentukan negara bangsa merupakan hasil langsung dari penjajahan.

Mendadak, suku-suku yang tadinya bersaing saling berhimpun dan diminta menyatakan kesetiaan kepada Prancis, Inggris, Spanyol, dan bangsa kolonial lainnya.

Tentu saja hal itu menimbulkan ketidak puasan, tapi berhasil menghentikan siklus pembunuhan yang hampir terus menerus, dan kemudian membentuk identitas nasional baru yang masih ada sekarang, semisal bangsa India atau bangsa Ghana.

Tentu saja, dalam beberapa kasus semisal penjajahan Belgia di Kongo, tingkat pembunuhan meningkat tajam setelah usai penjajahan. Tapi, kisah secara umumnya adalah ditegakannya perdamaian yang tidak selalu dengan cara menyenangkan, tapi masih lebih baik daripada sama sekali tidak ada perdamaian.

2. Penciptaan Wisata Modern

(Sumber iStock)

Salah satu dampak janggal dari masa penjajahan adalah terciptanya wisata modern.

Sebelum Abad ke-19, pergi ke luar negeri hanya diperuntukkan bagi mereka yang kaya atau sangat penasaran secara ilmiah. Kalangan kelas menengah Inggris yang ingin bersenang-senang hanya bisa ke kedai minum-minum.

Kemudian bangkitlah Imperium Inggris yang membawa cerita-cerita petualangan di tempat-tempat jauh dengan nama-nama yang eksotis dan romantis seperti India, Mesir, Jamaika, dan Australia.

Melihat penasaran masyarakat akan tempat-tempat seperti itu, seorang pria bernama James Cook mulai menawarkan paket-paket wisata ke pelosok-pelosok wilayah jajahan. Dalam waktu singkat, lahirlah konsep wisata modern.

Menurut Journal of Tourism History, imperium memberikan kendaraan sempurna bagi pengembangan industri wisata global. Misalnya dengan penyebutan "surga di bawah sana"--Down Under --bagi pulau buangan para narapidana, Australia. Orang-orang seperti James Cook itulah yang telah mengubah cara pandang bangsa Eropa terhadap tanah yang jauh. 

1. Menyelamatkan Jutaan Nyawa

(Sumber iStock)

Ketika para penguasa dan pemimpin mereka sedang berkelana di seluruh dunia, layak diingat bahwa masyarakat Eropa hidup dalam masa-masa sulit. Kelaparan massal merupakan hal yang lazim.

Prancis mengalami 40 kali kelaparan nasional antara tahun 1500-an hingga 1800-an. Jutaan orang meninggal dunia pada tiap dekade. Lalu, hadirlah penyelemat, yaitu Peru. Para penjajah Spanyol membawa bahan makanan ajaib dari negeri jajahan mereka.

Bahan pangan itu tahan banting, mudah dipelihara, kaya gizi, dan hampir selalu memberikan panenan. Itulah kentang. Pengenalan kentang ke Eropa telah menyelamatkan jutaan nyawa. Sekarang, panenan tidak gagal lagi dan angka kelaparan merosot tajam.

Populasi di ekonomi pedesaan seperti Irlandia bertambah pesat dan angka penyakit kekurangan gizi juga menurun.

Tanpa imperialisme Spanyol di Dunia Baru, makanan pengubah benua itu tidak akan pernah dikenal dan banyak orang sekarang yang mungkin tidak ada karena leluruhnya sudah punah secara dini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya