Liputan6.com, Washington DC - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat telah memasukkan putra Osama bin Laden, Hamza bin Laden, ke dalam Specially Designated Global Terrorist atau daftar Teroris Global Khusus.
Pemerintahan Obama juga menjatuhkan sejumlah sanksi terhadap Hamza bin Laden, pada Kamis 5 Januari 2017. Hal itu dilakukan setelah ia dinyatakan telah melakukan atau berisiko melakukan aksi teroris yang mengancam keamanan warga AS atau keamanan nasional.
Baca Juga
Menurut keterangan Deplu AS, melalui pesan audio pada 2015, Hamza menyerukan aksi-aksi teror di ibu kota negara-negara Barat. Ia juga mengancam akan melakukan balas dendam terhadap Amerika dan memperingatkan warga AS bahwa mereka akan menjadi sasaran di dalam dan luar negeri.
Advertisement
"Hamza bin Laden terlibat aktif dalam aksi teroris," kata Deplu AS seperti dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (6/1/2017).
Departemen itu menambahkan, daftar teroris tersebut mencegah individu tertentu mengakses sistem keuangan AS dan bisa memandu atau melengkapi aksi-aksi penegak hukum dari instansi-instansi Amerika dan pemerintah lainnya.
Siapakah sesungguhnya sosok Hamza bin Laden yang disebut-sebut sebagai Putra Mahkota Osama bin Laden?
Hamza bin Laden merupakan anak dari pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden dan Khairiah Sabar. Anak paling muda itu tumbuh berdampingan dengan konflik dan perang.
Pada 2001, saat berumur 11 tahun, ia terlihat sedang berperang di antara militan Taliban.
Walaupun masih muda, ia dibentuk untuk menjadi seorang pemimpin. Dokumen yang ditemukan di kamp tempat penggerebekan Osama mengungkap, pemimpin Al Qaeda itu telah melatih Hamza agar suatu saat ia dapat mengambil alih kelompok teror tersebut.
Sejak 2001, Hamza muncul di sejumlah video. Pada 2005, ia terlihat dalam perang antara Al Qaeda dengan pasukan keamanan Pakistan di Waziristan selatan.
Pada 2007, diyakini Hamza telah mengambil peran yang lebih senior. Setahun kemudian, ia membuat pidato pertamanya atas nama kelompok teror. Di dalamnya, Hamza meminta para militan untuk mempercepat kehancuran bangsa sekutu yang berperang melawan Al Qaeda.
Hamza menulis surat untuk ayahnya pada 2009. Ia mengekspresikan kerinduannya dan ingin bersatu kembali. Namun tak jelas apakah mereka sempat memiliki kesempatan itu atau tidak.
"Ayahku tersayang, aku telah berpisah denganmu sejak aku masih kecil, belum berumur 13 tahun. Namun usiaku bertambah sekarang, dan telah dewasa," tulis Hamza.
"Namun yang benar-benar membuatku sedih adalah pasukan Mujahidin telah berbaris dan aku belum bergabung dengan mereka," katanya.
Pembalasan Hamza bin Laden
Hamza, yang saat ini berusia pertengahan 20-an, berjanji untuk melanjutkan aksi Al Qaeda dalam memerangi Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Mmenurut SITE Intelligence Group, hal itu disampaikannya dalam pidato yang berjudul "We Are All Osama".
"Jika Anda berpikir bahwa kejahatan yang Anda lakukan di Abbottabad telah berlalu tanpa hukuman, maka Anda salah," ujar Hamza.
Abbottabad merupakan sebuah kamp di Pakistan yang digunakan Osama untuk bersembunyi. Pada 2 Mei 2011, US Navy Seal--pasukan khusus Angkatan Laut Amerika Serikat--menggerebek rumah persembunyian tersebut sebelum pukul 01.00 dinihari.
Penggerebekan tersebut menyebabkan Osama yang saat itu berumur 54 tahun dan anggota keluarganya meninggal dunia.
Pada saat itu, Hamza diyakini sedang tak berada di tempat tersebut. Ia telah berpisah dengan ayahnya, tapi tetap menjaga ikatan kuat dengan keluarganya.
Pada 2015, Hamza tampil di beberapa video dan menyerukan serangannya kepada Barat. Dalam rekaman tersebut, ia menargetkan kota-kota seperti Washington, Paris, London, dan Tel Aviv.
Kelompok Intelijen SITE menerjemahkan sebagian pesan di dalam rekaman tersebut. Mereka mengatakan, Hamza memuji penembakan di Fort Hood dan bom Boston Marathon. Selain itu, ia melabeli Barack Obama sebagai "kepala geng kriminal kulit hitam di Gedung Putih".
Sebenarnya saudara Hamza, Sa'ad bin Laden, juga dipersiapkan untuk memimpin bahkan mengambil peran penting dalam Al Qaeda.
Namun, layaknya sang ayah, pemuda berusia 29 tahun tersebut dibunuh oleh Amerika. Sebuah serangan pesawat pada 2009 merenggut nyawanya.
Sebagai militan muda yang bergabung dengan al-Qaeda, meningkatnya kemunculan Hamza di depan publik membuatnya menjadi pusat perhatian.
"Hamza memberikan wajah baru untuk Al Qaeda, yang langsung terhubung ke pendiri kelompok. Dia pandai berbicara dan merupakan ancaman berbahaya," ujar Bruce Riedel dari lembaga Brookings.
Advertisement