Dapat Ancaman, Papan Iklan dengan Model Berhijab Dicopot

Papan iklan itu memperlihatkan dua perempuan menggunakan hijab merayakan Australia Day.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 17 Jan 2017, 20:00 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2017, 20:00 WIB
Dapat Ancaman, Papan Iklan dengan Model Berhijab Dicopot
Dapat Ancaman, Papan Iklan dengan Model Berhijab Dicopot (ABC.net.au/Facebook)

Liputan6.com, Melbourne - Sebuah papan iklan mempromosikan perayaan 'Australia Day' yang menampilkan dua perempuan berhijab akhirnya dicopot. Keputusan tersebut diambil setelah adanya ancaman terhadap perusahaan iklan itu.

Billboard listrik itu terpampang di Cranbourne, di tenggara Melbourne. Papan iklan itu merupakan kampanye pemerintah negara bagian Victoria untuk mempromosikan hari 'Australia Day' yang dirayakan tiap tanggal 26 Januari 2016.

Menteri Urusan Multibudaya, Robin Scott mengatakan perusahaan yang mengoperasikan billboard, QMS, memutuskan untuk menurunkan iklan itu setelah mendapat sejumlah protes dan ancaman.

"Ada banyak protes, diantaranya kasar dan mengandung ancaman. Akhirnya QMS memutuskan untuk mencopot iklan itu," kata Scott seperti dikutip dari ABC.net.au, Selasa (17/1/2017).

"Keputusan itu diambil demi keamanan pegawai mereka dan infrastruktur bisnis sekitar papan itu berada," lanjutnya.

Papan iklan itu memperlihatkan dua perempuan menggunakan hijab merayakan Australia Day.

Australia Day adalah salah satu hari nasional Negeri Kanguru. Diperingati tiap tanggal 26 Januari tiap tahunnya.

Dalam sejarah, hari itu merupakan perayaan datangnya kapal Inggris First Fleet di Port Jackson, New South Wales pada tahun 1778 dan mengibarkan bendera Great Britain di Sydney oleh Gubernur Arthur Philip.

Kini, tiap tanggal 26 Januari, warga Australia merayakannya dengan tanggal merah dan biasanya pemerintah setempat menyalakan kembang api sebagai hiburan.

Pertama kalinya papan iklan itu beredar di media sosial dilakukan oleh kelompok sayap kanan Australia, United Patriots Front (UPF).

Kelompok anti-imigran itu mengunggah foto iklan itu di Facebook pada 13 Januari dan langsung ditanggapi dengan ketus.

"Pemerintah setempat berusaha mempertanyakan negara Anda dan perlahan-lahan menghapus kalian semua dari sejarah," tulis UPF.

Unggahan itu dikritik Menteri Scott, dengan mengatakan "hari Australia Day harusnya sesuatu yang dirayakan bersama."

Sementara itu, Pemimpin Partai Hijau dari Victoria, Richard Di Natalie mengatakan ia 'jijik' dengan kampanye hitam yang dilakukan sayap kanan.

"Islamfobia adalah ancaman terhadap demokrasi Australia dan komunitas kita yang beragam ini. Seharusnya orang Australia bersyukur dengan anugerah keberagaman ini," kata Natalie.

"Kita harus melawan kebencian atas nama rasial dan mendukung mereka yang terkena dampak dari kebencian itu," lanjutnya.

Sementara, sejauh ini pihak QMS tidak bisa dimintai keterangannya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya