Liputan6.com, Washington, DC - Dua pejabat tinggi militer AS mengatakan jet tempur milik Amerika Serikat nyaris tabrakan dengan jet pengintai China. Peristiwa itu terjadi pada Rabu 8 Februari 2017 di langit Laut China Selatan.
Salah satu pejabat mengatakan, jet milik Angkatan Udara China berjenis KJ-200. Sementara milik AS adalah P-3 Orion.
Dikutip dari CNN, Jumat (10/2/2017), kedua jet itu terbang hanya berjarak 1.000 kaki atau sekitar 300 meter satu sama lain.
Advertisement
"Jet P-3C milik Angkatan Laut AS tengah melakukan operasi rutin berdasarkan undang-undang internasional," kata juru bicara untuk US Pacific Command, Mayor Rob Shuford.
Shuford juga menegaskan bahwa insiden itu dianggap manuver berbahaya.
"Departeman Pertahanan dan US Pasific Command sangat khawatir dengan manuver berbahaya yang dilakukan oleh militer China," tambahnya lagi.
"Kami akan sampaikan isu ini melalui jalur diplomatik dan militer," tegasnya.
Adapun pejabat tinggi militer lainnya mengatakan P-3 terpaksa mengubah arah untuk memastikan tak terjadi tabrakan.
Sementara Angkatan Laut menganggap insiden itu tak berada dalam jarak "aman". Namun, mereka tidak menilai apakah ada niat jahat di balik insiden itu, meskipun peristiwa itu dianggap cukup serius.
Pejabat itu menyebut insiden nyaris tabrakan antara jet AS dan pesawat China merupakan hal yang "sangat langka," mencatat bahwa ada nol insiden seperti pada tahun 2015 dan tahun 2016.
Inisden Rabu tersebut adalah yang pertama pada tahun 2017.
Laut China Selatan adalah teritori sensitif antara berbagai negara. Terutama Tiongkok dan AS.
Beijing mengklaim hampir semua Laut China Selatan, termasuk pulau-pulau lebih dari 800 mil dari daratan China adalah miliknyan.
Meskipun keberatan telah diungkapkan dari negara tetangga termasuk Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam dan Vietnam. Beijing juga telah menciptakan pulau-pulau buatan di Laut China Selatan lengkap dengan berbagai peralatan militer.
Daerah di sekitar Scarborough Shoal-- di mana insiden tabrakan nyaris terjadi-- terletak 130 mil barat dari pulau Filipina Luzon, merupakan pusat sengketa antara China dan Filipina. Kapal penjaga pantai Tiongkok kerap kali berpatroli di kawasan itu.
AS tidak mengambil posisi untuk kedaulatan perairan namun bersikeras memiliki hak untuk melakukan kebebasan operasi navigasi.
Kebutuhan untuk kedua militer untuk mengawasi satu sama lain bisa membantu menjelaskan keberadaan pesawat pengintai seperti P-3 dan KJ-200.
Selama sidang konfirmasi, Menteri Luar Negeri Rex Tillerson menyarankan AS harus mengambil garis keras dalam menghadapi ketegasan Beijing di Laut China Selatan.