Pasca-Uji Coba Rudal Korut, AS Tegaskan Dukungan Penuh ke Jepang

Uji coba rudal Korut dilakukan di tengah kunjungan PM Jepang Shinzo Abe ke AS.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 12 Feb 2017, 16:18 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2017, 16:18 WIB
Presiden Trump dan PM Abe menggelar konferensi pers bersama pasca-uji coba rudal Korut
Presiden Trump dan PM Abe menggelar konferensi pers bersama pasca-uji coba rudal Korut (AP)

Liputan6.com, Washington, DC - Korea Utara (Korut) kembali memancing reaksi dunia menyusul uji coba rudal balistik pertama yang dilakukan pasca-pelantikan Presiden Donald Trump. Otoritas Korea Selatan (Korsel) meyakini bahwa rudal yang ditembakkan jatuh di laut di antara Semenanjung Korea dan Jepang.

Seperti dilansir dari Abc.net.au, Minggu, (12/2/2017) Korut belum memberikan pernyataan apapun terkait hal ini. Namun pada Januari lalu, pemimpin negara itu, Kim Jong-un menegaskan, pihaknya tengah bersiap untuk melakukan uji coba rudal balistik antar-benua (ICBM).

Peluncuran rudal ini terjadi di tengah momen lawatan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe ke Amerika Serikat (AS) di mana keduanya sepakat untuk menjalin kerja sama pertahanan yang kuat demi menghadapi ancaman Korut.

Presiden Trump pada Sabtu malam waktu setempat mengatakan, AS sepenuhnya berdiri di belakang Jepang pasca-peluncuran rudal terbaru Korut.

"Saya hanya ingin semua orang paham, dan sepenuhnya tahu bahwa AS berdiri di belakang Jepang, sekutu besar kita, 100 persen," tegas Trump dalam sebuah konferensi bersama dengan PM Abe.

Sementara itu, PM Abe menegaskan bahwa uji coba rudal Korut tersebut benar-benar tidak dapat diterima.

Merespons tetangganya yang kembali berulah, Korsel menjatuhkan hukuman atas Korut. Namun tidak dijelaskan seperti apa detailnya.

"Pemerintah kami, bersama-sama dengan masyarakat internasional, melakukan yang terbaik untuk memastikan respons yang sesuai untuk menghukum Korut," ujar PM Korsel, Hwang Kyo-ahn yang juga mengambil alih wewenang sementara presiden setelah Park Geun-hye terlibat skandal korupsi dan kolusi.

Reaksi atas uji coba rudal Korut juga ditunjukkan oleh Australia. Negeri Kanguru itu menyerukan agar Korut mengakhiri perilaku provokatifnya.

"Australia menyerukan Korut untuk menghentikan perilaku provokatifnya, menghapus program nuklir dan rudalnya dan terlibat secara konstruktif dengan masyarakat internasional," sebut pernyataan bersama PM Malcolm Turnbull dan Menlu Julie Bishop.

"Ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Korut yang miskin dibandingkan mengalihkan sumber daya untuk mengembangkan senjata nuklir dan rudal," jelas keduanya.

Rudal balistik Korut itu diluncurkan dari sebuah wilayah bernama Panghyon di barat Korut sebelum pukul 08.00 waktu setempat dan meluncur hingga jarak 500 kilometer. Demikin keterangan dari kantor kepala staf gabungan Korsel.

Lokasi peluncuran disebut sama dengan lokasi uji coba rudal jarak menengah Musudan pada 15 dan 20 Oktober.

"Penilaian kami adalah itu bagian dari unjuk kekuatan sebagai respons atas posisi leras pemerintah baru AS dalam melawan Korut," terang otoritas Korsel.

Penasihat keamanan nasional AS, Michael Flynn dan mitranya dari Korse Kim Kwan-jin dikabarkan telah berbicara via telepon dan keduanya sepakat bahwa AS-Korsel akan mengeksplorasi semua kemungkinan untuk mengendalikan provokasi Korut.

Di lain sisi, seorang pejabat AS mengatakan, pemerintahan Trump akan menekan China untuk berbuat lebih banyak demi mengendalikan Korut.

Tiongkok sendiri merupakan sekutu utama Korut. Namun Beijing pun kabarnya dibuat tak kalah frustasi oleh provokasi-provokasi Pyongyang di mana ada tekanan yang kuat dari Washington, Seoul, dan Tokyo untuk mengontrol Kim Jong-un.

Isu Korut menjadi salah satu fokus pemerintahan Trump dan sekutunya di kawasan Asia seperti Korsel dan Jepang. Ini dipertegas dengan lawatan perdana Menhan AS, James Mattis ke kedua negara ini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya