Hidup Pria Tampan Berusia 1.500 Tahun Ini Berakhir Tragis...

Kerangka seorang pria yang ditemukan para arkeolog di sebuah gua Skotlandia ternyata menyimpan kisah pilu di baliknya.

oleh Citra Dewi diperbarui 20 Feb 2017, 18:20 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2017, 18:20 WIB
Pria berwajah tampan yang kerangkanya ditemukan di sebuah gua di Skotlandia
Pria berwajah tampan yang kerangkanya ditemukan di sebuah gua di Skotlandia (University of Dundee)

Liputan6.com, Dundee - Sebuah tim arkeolog yang mengekskavasi sebuah gua di Skotlandia, terkagum atas penemuan kerangka pria Picts yang terawetkan dengan baik di pintu gua.

Picts adalah sekumpulan manusia yang hidup pada Akhir Zaman Besi dan Awal Abad Pertengahan. Mereka menetap di daerah yang sekarang merupakan Skotlandia.

Berdasarkan teknik penanggalan radiokarbon terhadap sampel tulang, pria tersebut meninggal antara tahun 430 hingga 630 Masehi. Kakinya ditemukan dalam posisi bersila dengan batu-batu besar menekan tungkai dan lengannya.

"Ini adalah seorang pria yang telah dibunuh dengan kejam," ujar pemimpin ekskavasi, Steven Birch, seperti dikutip dari Ancient Origins, Senin (20/2/2017).

"Sementara kami tidak tahu mengapa pria itu dibunuh, penempatan jenazahnya memberi kita wawasan tentang budaya orang yang menguburnya. Mungkin pembunuhan itu adalah hasil dari konflik interpersonal, atau ada unsur pengorbanan yang berkaitan dengan kematiannya?" imbuh Birch.

Kerangka tersebut kemudian dikirim ke salah satu antropolog forensik paling berjasa di dunia, Profesor Dame Sue Black, dari Centre for Anatomy and Human Identification (CAHID) Dundee University.

Black dan timnya dapat mendeskripsikan luka mengerikan yang diderita pria tersebut secara detail. Mereka menyimpulkan bahwa pria itu menderita setidaknya lima pukulan yang mengakibatkan patah tulang wajah dan tengkorak.

Kerangka pria berwajah tampan yang ditemukan di sebuah gua di Skotlandia (Rosemarkie Caves Project)

"Dengan mengkaji kerangka pria tersebut, kami mempelajari sedikit tentang hidupnya yang pendek, namun lebih banyak tentang kematiannya akibat kekerasan," ujar Black kepada BBC News.

"Seperti yang dapat Anda lihat melalui rekonstruksi wajah, ia merupakan pria mempesona namun hidupnya harus berakhir secara brutal, menderita lima luka parah di kepalanya," imbuh dia.

"Tiga pukulan pertama memecahkan gigi pria itu dan meretakkan rahang kiri dan bagian belakang kepalanya. Hantaman keempat dilakukan saat ia berbaring di tanah. Pukulan kelima dihantamkan ke bagian atas tengkoraknya," jelas Black.

Setelah ilmuwan Dundee University, Skotlandia, secara hati-hati menganalisis kerangka pria yang terawetkan dengan baik itu, mereka dapat merekonstruksi wajahnya dengan bantuan teknologi modern.

Seperti yang dilaporkan Daily Mail, ilmuwan mendeskripsikan pria muda itu sangat tampan. Para ilmuwan menyimpulkan bahwa pria tersebut berambut panjang berombak dengan jenggot lebat dan bercak tipis di wajahnya.

Analisis lanjutan terhadap kerangka tersebut diprogram, agar ilmuwan dapat mempelajari rincian sebanyak mungkin tentang manusia purba, salah satunya tentang tempat asalnya.

Pria Ganteng Berusia 5.500 Tahun

Sebelumnya, para ilmuwan juga merekonstruksi manusia kuno berusia sekitar 5.500. Ia ternyata berwajah ganteng.

Seperti dimuat situs Gizmodo, ia 'dihidupkan kembali' oleh pematung Swedia, Oscar Nilsson, dari sebuah kerangka berusia 5.500 tahun yang ditemukan di dekat Stonehenge, yang memicu kontroversi.

Kerangka pria tersebut ditemukan di sebuah makam yang rumit di tahun 1860-an, menjadi contoh langka anatomi orang Neolitik.

Saat merekonstruksi wajahnya, pematung Oscar Nilsson menggunakan informasi dari analisis tulang dan gigi.

Manusia stonehenge (New Scientist)

Dari panjang tulang, berat kerangka, dan usianya -- diduga ia berusia 25 sampai 40 tahun -- data tersebut digunakan untuk menentukan ketebalan kulit wajah dan otot.

Nilsson menggunakan salinan vinil tengkorak, yang dibuat oleh Andrew Wilson dari University of Bradford, Inggris dan merekonstruksi otot dan daging pada wajah. Ia lalu membuat kulit dari bahan silikon, diberi pigmen, sebelum menambahkan rambut.

Tonjolan pada tengkoraknya mengungkapkan bahwa pria itu berotot -- fakta yang tidak mengejutkan mengingat gaya hidup Neolitik.

Ia memiliki fitur yang sangat maskulin, seperti dagu dan tulang rahang tegas. "Aku harus memberinya jenggot. Tidak ada pisau cukur saat itu," kata Nilsson, seperti Liputan6.com kutip dari situs sains NewScientist.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya