Heboh Equinox di Indonesia, Ini yang Terjadi di Negara Lain 

Di Indonesia sempat beredar kabar saat fenomena equinox, heatwave akan menerjang. Namun, faktanya tidak. Bagaimana di negara lain?

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 21 Mar 2017, 10:00 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2017, 10:00 WIB
Mengapa Ekuinoks Musim Semi Bergeser Lebih Awal? *OTW
Ekuinoks untuk musim semi kali ini ternyata terjadi lebih awal. Ini adalah pergeseran pertama sejak 1896. Ada apa, ya?

Liputan6.com, Jakarta Fenomena equinox telah dimulai hari ini 21 Maret 2017. Equinox adalah salah satu fenomena astronomi di mana Matahari melintasi garis khatulistiwa. Secara periodik equinox berlangsung dua kali dalam setahun, yakni sekitar tanggal 21 Maret dan 23 September.

Bagi wilayah di belahan Bumi Utara equinox yang terjadi pada Maret disebut sebagai Vernal (musim semi) Equinox. Sedangkan di belahan Bumi Selatan disebut Autumnal Equinox.

Menjelang fenomena ini, beberapa waktu lalu di Indonesia sempat beredar kabar yang meresahkan.

Pasalnya, dalam sebuah broadcast message tertulis bahwa suhu di Singapura, Malaysia, dan Indonesia dapat berfluktuasi hingga mencapai 40 derajat Celcius.

Dalam broadcast message juga disebut bahwa fenomena tersebut dapat menyebabkan dehidrasi dan heat stroke. Disebutkan pula bahwa heat stroke tak memiliki indikasi, dan setelah pingsan dapat menyebabkan kegagalan organ dalam.

Menanggapi pesan berantai meresahkan itu, Kepala Humas BMKG Hary Djatmiko, menegaskan bahwa ekuinox tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis, di mana rata-rata suhu maksimal di wilayah Indonesia bisa mencapai 32-36 derajat Celsius.

"Equinox bukan merupakan fenomena seperti heat wave yang terjadi di Afrika dan Timur Tengah yang dapat mengakibatkan peningkatan suhu udara secara besar dan bertahan lama," kata Hary.

Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG Yunus S Swarinoto kepada Liputan6.com, hari ini, 21 Maret, suhu Jakarta diprediksi berkisaran 34,5 derajat Celcius.

"Sedangkan untuk wilayah lainnya berkisar antara 33-35 derajat Celsius," dia melanjutkan.

Yunus menjelaskan, fenomena equinox dapat menyebabkan distribusi cahaya matahari relatif lebih signifikan di sekitar ekuator, sehingga kondisi permukaan bumi relatif lebih panas daripada biasanya.

"Akan tetapi, peningkatan suhu permukaan Bumi tersebut tidak perlu dikhawatirkan, karena kondisinya masih dalam batasan yang normal dan biasa. Tidak mengakibatkan peningkatan suhu udara drastis dan ekstrem," ujar dia.

Menurut Yunus, suhu rata-rata di wilayah Indonesia pada saat periode equinox berkisar antara 32-36 derajat Celsius. "Dan itu tergantung pada kondisi cuaca. Jika banyak awan, maka suhu maksimumnya relatif tidak terlalu panas," dia menegaskan.

Selain peningkatan suhu dan posisi Matahari serta kehebohan di Indonesia, berikut adalah sejumlah fakta tentang equinox di negara lain. Liputan6.com mengutip dari The Telegraph dan berbagai sumber pada Selasa (21/3/2017)/

1. Mengapa disebut Equinox?

Pada saat Matahari melintasi garis khatulistiwa, berarti panjang malam sama dengan siang, 12 jam. Dalam bahasa Latin, secara harafiah, equinox berarti 'equal night' (equi- setara dan nox-malam ).

Namun, dalam realitasnya, tidaklah sama 12 jam di siang hari baik itu di Bumi Belahan Utara dan Selatan.

Kita menggunakan penanda fenomena alam ini sebagai perubahan musim. Sebagai keseimbangan cahaya bergeser untuk membuat siang hari lebih sedikit panjang atau sebaliknya di Bumi Bagian Selatan yang masuk musim gugur. Ini biasanya berarti bahwa sudah waktunya bersiap menyambut musim dingin, atau persiapan untuk musim yang lebih hangat.

Anda juga dapat melihat bahwa pada equinox, Matahari terbit langsung di timur dan terbenam tepat di barat.

2.Terjadi di Waktu yang Sama di Seluruh Dunia

Equinox terjadi tepat pada saat Matahari melintasi ekuator langit - garis imajiner di langit di atas Khatulistiwa Bumi - dari selatan ke utara. Pada saat ini, sumbu Bumi tidak mengarah ke Bumi atau juga ke Matahari.

Pada tahun 2017, hal ini terjadi pada 10:20 UTC (GMT).

 

3. Waktu Terbaik untuk Menyaksikan Aurora Borealis

Saat kita mulai memasuki ekuinox September, kesempatan untuk melihat aurora borealis di belahan Bumi Utara akan semakin besar.

Menurut NASA, ekuinoks merupakan prime time untuk menyaksikan cahaya utara itu. Hal tersebut disebabkan karena kegiatan geomagnetik akan terjadi dua kali lebih sering saat musim semi dan gugur, dibandingkan musim panas dan salju.

4. Dirayakan oleh Sejumlah Kebudayaan

Sejumlah tempat di berbagai belahan dunia menandai fenomena equinox pada Maret dan September melalui ragam festival.

Misalnya saja pada equinox Maret, masyarakat di China melakukan tradisi menyeimbangkan telur, simbol kesuburan, agar mendapat peruntungan dan kesejahteraan.

Tradisi tersebut memicu mitos bahwa hanya pada equinox Maret, telur dapat berdiri secara seimbang. Namun sebenarnya kita bisa menyeimbangkan telur pada hari-hari biasa, tidak harus menunggu saat equinox terjadi.

Sementara di Jepang, Negeri Matahari Terbit ini menyambut festival Cherry Blossom, atau mekarnya bunga Sakura.

Sementara itu, di India, equinox Maret diadakan Festival Holi atau perayaan dengan menebarkan bubuk berwarna, menari, dan bernyanyi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya