Ilmuwan Ini Kembangkan 'Tanaman Buatan', Apa Fungsinya?

Seorang ilmuwan mengembangkan alat fotosintesis yang berfungsi layaknya tanaman. Apa tujuan dibuatnya alat tersebut?

oleh Citra Dewi diperbarui 01 Mei 2017, 07:48 WIB
Diterbitkan 01 Mei 2017, 07:48 WIB
Tanaman buatan pengubah karbon dioksida
Seorang ilmuwan mengembangkan alat fotosintesis buatan yang berfungsi layaknya tanaman (UCF: Bernard Wilchusky)

Liputan6.com, Orlando - Seorang ilmuwan mengembangkan sebuah alat fotosintesis buatan yang dapat menyedot karbon dioksida dari atmsofer. Ia mengklaim perangkat itu merupakan terobosan yang dapat digunakan untuk mengurangi pemanasan global.

Layaknya tanaman, alat tersebut dapat mengubah karbon dioksida menjadi gula dengan menggunakan sinar Matahari sebagai bahan bakarnya. Perangkat tersebut menggunakan sinar ultraviolet dan udara untuk menciptakan dua jenis bahan bakar yang kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan energi.

Ilmuwan di balik perangkat tersebut, Profesor Fernando Uribe-Romo dari Central Florida Univeristy, dan timnya membangun perangkat dengan menggunakan titanium, sejumlah molekul organik, dan fotoreaktor LED biru.

"Ini seperti fotosintesis, di mana tanaman mengambil sinar Matahari dan karbon dioksida dan mengubahnya menjadi gula," ujar Uribe-Romo.

Dikutip dari Independent, Senin (1/5/2017), ia menyarankan bahwa perangkat tersebut, dapat dipasang di dekat pembangkit tenaga listrik bertenaga bahan bakar fosil.

"Pembangkit listrik menghasilkan banyak karbon dioksida karena ia membakar batu bara," ujar Uribe-Romo yang alat hasil penelitiannya dijelaskan dalam Journal of Material Chemistry.

"Karbon dioksida dapat berubah menjadi bahan bakar, dan bahan bakar tersebut dapat ditempatkan ke pembangkit listrik sehingga Anda dapat mendaur ulang karbon dioksida sendiri...dan itu membantu mengurangi emisi, mendapatkan energi, dan membantu melawan pemanasan global," jelas Uribe-Romo.

Uribe-Romo mengatakan, mereka berharap dapat meningkatkan efiseinsinya. Namun ia meyakini dapat membuat perbedaan yang signifikan.

"Pekerjaan ini merupakan terobosan," kata Uribe-Romo.

"Menyusun bahan yang dapat menyerap warna tertentu sangat sulit dari sudut pandang ilmiah, tapi dari sudut pandang masyarakat kita berkontribusi pada pengembangan teknologi yang bisa membantu mengurangi gas rumah kaca."

Selain digunakan bersamaan dengan pembangkit listirk, atap rumah juga diharapkan dapat menggunakan bahan yang sama, sehingga dapat menhasilkan bahan bakar sekaligus meningkatkan kualitas udara.

"Itu memerlukan teknologi dan infrastruktur baru. Tapi hal itu mungkin saja terjadi," ujar Uribe-Romo.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya