Liputan6.com, Gaza - Hamas akan membebaskan tiga sandera pada Sabtu (1/2/2025), menandai putaran keempat pertukaran dengan Israel dalam fase pertama kesepakatan gencatan senjata antara keduanya. Hal ini dikonfirmasi oleh juru bicara sayap militer Hamas, Brigade al-Qassam, Abu Obeida pada Jumat (31/1).
Sementara itu, Kantor Informasi Tahanan menyatakan bahwa pada hari yang sama, sembilan tahanan palestina yang sedang menjalani hukuman seumur hidup dan 81 tahanan dengan hukuman jangka panjang akan dilepaskan oleh Israel.
Baca Juga
Seperti dikutip dari Al Mayadeen, dalam pernyataan yang diunggah di platform media sosial Telegram Abu Obeida menyebutkan nama-nama sandera yang akan dibebaskan adalah Ofer Calderon, Keith Siegel, dan Yarden Bibas.
Advertisement
Sebelumnya, pada Kamis (30/1), Hamas membebaskan tiga warga Israel dan lima warga negara Thailand.
Ketiga warga Israel yang dimaksud adalah Agam Berger, Arbel Yehud, dan Gadi Mozes. Sementara lima warga Thailand yang dibebaskan adalah Thenna Pongsak, Sathian Suwannakham, Sriaoun Watchara, Seathao Bannawat, dan Rumnao Surasak.
Sebagai ganti pembebasan tersebut, Israel melepaskan 110 tahanan Palestina.
Sejak kesepakatan gencatan senjata Hamas-Israel dimulai pada 19 Januari hingga Kamis kemarin, 15 sandera telah dibebaskan dalam pertukaran dengan 400 tahanan Palestina.
Putaran pertama pertukaran terjadi pada 20 Januari, di mana Hamas menyerahkan tiga sandera perempuan Israel sebagai imbalan atas pembebasan 90 tahanan Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak, dari penjara-penjara Israel.
Lalu pada 25 Januari, Israel membebaskan 200 tahanan Palestina dalam putaran kedua dari proses pertukaran, seperti yang diumumkan oleh Layanan Penjara Israel atas imbalan pembebasan empat sandera perempuan.
Adapun perundingan untuk fase kedua kesepakatan gencatan senjata diperkirakan dimulai pada Senin (3/2).
Tuntutan Hamas
Penasihat media kepala biro politik Hamas Taher El-Nounou menegaskan bahwa pihaknya bersikeras pada kondisi-kondisi kunci dalam negosiasi gencatan senjata dan pertukaran tahanan. Syarat utamanya adalah gencatan senjata permanen dan penarikan pasukan militer Israel dari Jalur Gaza.
Hamas mendesak pula agar warga Palestina yang terpaksa mengungsi dapat kembali ke rumah mereka dan menolak istilah-istilah ambigu seperti "jeda sementara" dan "pemindahan (tanpa menarik sepenuhnya)" pasukan Israel.
Dalam wawancara dengan kantor berita Rusia, RIA Novosti, El-Nounou mengkritik upaya Israel yang ingin membingkai kesepakatan ini sebagai "jeda sementara" semata, dengan mengatakan, "Israel menulis 'jeda sementara' di semua dokumen, bukan gencatan senjata, namun kami bersikeras pada gencatan senjata permanen dan komprehensif."
Selain itu, dia menyoroti syarat lain yang ditekankan Hamas, seperti ketentuan untuk "rekonstruksi dengan kompensasi", meskipun metode kompensasi tersebut belum dijelaskan secara rinci. Hamas juga bersikeras pada pengembalian "para pengungsi" daripada sekadar membuka Koridor Netzarim.
Selanjutnya, El-Nounou menekankan pentingnya memfasilitasi evakuasi korban sipil dan militer dari Jalur Gaza untuk perawatan medis. Dia menggarisbawahi bahwa aspek kemanusiaan merupakan bagian penting dari kesepakatan gencatan senjata ini.
Â
Advertisement