Bermula dari Pemakaman, Penyakit Misterius Ini Renggut 12 Nyawa

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Liberia Sorbor George mengatakan, bahwa penyakit misterius itu pertama kali temukan di Sinoe.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 03 Mei 2017, 19:40 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2017, 19:40 WIB
Ilustrasi lorong rumah sakit
Ilustrasi lorong rumah sakit (iStock)

Liputan6.com, Liberia - Penyakit misterius merenggut nyawa 25 orang penduduk Liberia. Kementerian Kesehatan di sana berusaha mengidentifikasi penyebabnya, yang diduga kuat bermula dari tenggara dan mulai menyebar ke ibu kota negara itu.

Pejabat Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Monrovia kemudian mengonfirmasi adanya 12 kasus kematian baru, yang disebabkan oleh wabah misterius tersebut.

Sebelumnya lembaga itu mengkonfirmasi wabah tersebut tidak disebabkan oleh Ebola ataupun Demam Lassa yang masih mewabah di Afrika.

Sementara Juru Bicara Kementerian Kesehatan Liberia Sorbor George mengatakan bahwa penyakit yang pertama kali temukan di Sinoe sekarang ada di Monrovia. Para penderitanya menunjukan gejala demam, muntah, diare dan sakit kepala.

"Penyakit itu sudah masuk ibu kota. Awalnya seorang pria datang dari Sinoe untuk menghadiri pemakaman di Monrovia dalam kondisi sakit. Pria itu menunjukkan gejala yang sama, kemudian dia meninggal," kata George.

George juga menambahkan tak lama setelah pria itu meninggal, sang pacar pun menghembuskan napas terakhir dengan gejala yang sama.

"Kami masih belum tahu, bahwa begitu banyak korban berjatuhan karena penyakit misterius itu. Layanan kesehatan masih terbatas dan sangat bergantung pada bantuan Internasional," terang George.

"Saya juga belum bisa memastikan apakah acara pemakaman itu menjadi alasan penyebaran penyakit misterius itu, pihak kami masih menyelidiki kebenarannya".

Pihak Kementerian Kesehatan setempat telah mengirim sampel ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS di Atlanta untuk pemeriksaan lebih lanjut.

"Kasus ini lebih berisiko terhadap anak-anak yang mudah menelan sesuatu, dan terkontaminasi dari zat-zat yang berada di sekitarnya," ujar juru bicara CDC Tom Skinner.

Dia menambahkan, tim CDC yang berada di Liberia akan bekerja sama dengan pemerintah untuk mencari solusi atas kasus ini. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya