Presiden Baru Korsel Bakal Bersikap Lunak pada Korut?

Selama masa kampanye Moon telah menyampaikan keinginannya berdialog dengan pemimpin Korut Kim Jong-un.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 10 Mei 2017, 11:30 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2017, 11:30 WIB
Moon Jae-in (AP)
Moon Jae-in (AP)

Liputan6.com, Seoul - Pemerintah Seoul diduga kuat akan merevisi kebijakan tentang Korea Utara, menyusul kemenangan politikus Liberal Moon Jae-in. Pada Selasa (9/5/2017) ia merebut kursi Presiden Korea Selatan.

Terpilihnya Moon mengakhiri kekisruhan politik yang terjadi selama ini, yang berujung pada pemakzulan mantan presiden konservatif, Park Geun-hye atas dugaan korupsi.

Park jadi presiden pertama di Korsel yang dipilih secara demokratis dan dimakzulkan.

Sejak masa kampanye, Moon telah menyampaikan keinginannya berdialog dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un. Ia memilih pendekatan damai kepada Pyongyang. Hal ini sangat berbeda dengan pendekatan sanksi keras dan retorika agresif yang dilakukan oleh Park.

Umumnya para pemilih Korsel berfokus pada isu korupsi dan ekonomi.

Namun pemilih tampaknya juga menyoroti isu Korea Utara yang semakin menegang antara Pyongyang dan pemerintah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump.

Kembali pada Sunshine Policy?

Moon yang merupakan mantan pengacara hak asasi manusia, sempat mendapat kritik saat melakukan kampanye.

Kritik tersebut disampaikan kelompok konservatif garis keras yang menganggap kebijakannya lemah terhadap Korea Utara.

Kelompok tersebut meminta Moon untuk melakukan kombinasi anatra negosiasi dan kerjasama ekonomi bersamaan dengan tindakan militer dan keamanan.

"Saya yakin dengan memimpin upaya diplomatik yang melibatkan banyak pihak, sepenuhnya akan mengakhiri program nuklir Korea Utara. Dan berujung pada perdamaian, kerjasama ekonomi, serta kemakmuran antara Korut dan Korsel," ujar Moon pada acara debat.

Sementara itu sikapnya dibandingkan dengan 'Sunshine Policy' dari pemerintahan Liberal tahun 1998 sampai 2008.

Sunshine Policy adalah kebijakan luar negeri pemerintah Korea Selatan terhadap Korea Utara di bawah kepemimpinan Lee Myung-bak.

Selama 'Sunshine Policy', Seoul secara aktif melibatkan Pyongyang dalam kebijakannya. Hal ini menyebabkan hubungan yang dekat, terutama di perbatasan.

Tak hanya itu, Presiden Korea Selatan sempat mengunjungi ibukota Korea Utara. Namun, pendekatan tersebut pada akhirnya gagal menghentikan program senjata nuklir Korut.

Uji Coba Senjata

Moon yang dijadwalkan mulai menduduki pemerintahan Rabu ini, dinilai tidak memiliki waktu yang banyak untuk melakukan pertemuan dengan Korea Utara.

Sebelumnya, para ahli memprediksi Korut akan melakukan uji coba senjata nuklir keenam. Beberapa pekan terakhir negara itu melakukan aktivitas tes rudal.

Pada Minggu (7/5/2017), Pyongyang mengumumkan telah menahan seorang warga AS karena dicurigai melakukan 'tindakan berbahaya'.

Beberapa hari setelahnya, Korut mencurigai AS dan Korsel merancang plot pembunuhan Kim Jong-un dengan "zat biokimia" dalam sebuah parade di ibukota Pyongyang. Pada saat itu pewaris takhta ketiga Dinasti Kim itu sedang menghadiri peringatan kelahiran pendiri Korea Utara, Kim Il-sung.

Pada sistem pemerintahan konservatif di AS, langkah diplomatis tersebut tidak begitu populer.

Namun, Trump sempat menyatakan ia akan merasa terhormat jika bertemu dengan Kim Jong-un dalam situasi yang tepat.

Hubungan Dengan Washington

AS dan Korsel memiliki aliansi militer dan politik selama berpuluh-puluh tahun dan sejauh ini Washington merupakan mitra bilateral terpenting bagi Seoul.

Sementara itu, Moon mendapat kritik dari sayap kanan yang mengatakan bahwa partainya anti-Amerika. Tapi Moon tetap berpihak pada Trump yang ingin bertemu dengan Jong-un.

Namun, satu sisi partai pendukung Moon sama sekali tidak sepakat mengenai penyebaran sistem pertahanan anti rudal (THAAD) di Korea Selatan.

Sebelumnya pelaksana tugas yang mengambil alih jabatan Park mempercepat peluncuran THAAD. Meski mendapat kritik dari Moon. Namun partai dari sayap kiri berdalih, penempatan THAAD bergantung pada hasil kesepakatan Majelis Nasional negara tersebut.

Minggu lalu, Washington dan Seoul mengumumkan bahwa THAAD telah berfungsi sebagian. Para analis telah memperkirakan Moon mungkin tidak dapat berbuat banyak untuk mencegah pengerahannya secara penuh.

Namun analis memperingatkan efek persepsi AS yang mengabaikan masukan Korea Selatan atas masalah keamanan negaranya. Ditambah lagi saat Trump memanggil Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe untuk membahas Korea Utara.

Washington ditinggalkan dalam posisi yang lemah setelah pemecatan Park. Dengan beberapa pejabat tinggi pemerintahan termasuk Sekretaris Negara Rex Tillerson dan Wakil Presiden Mike Pence yang mengunjungi Seoul untuk menopang aliansi tersebut di tengah ketegangan dengan Korea Utara.

Namun, selama kunjungan pejabat AS hanya bertemu dengan Presiden sementara Hwang Kyo-ahn. Yang menyatakan bahwa dia tidak berminat menggantikan Park.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya