Liputan6.com, New York - Awal musim panas, Rabu 30 Mei 1883, sekitar 1.600 orang berada di atas jembatan besar yang menghubungkan kota New York dan Brooklyn, Amerika Serikat.
Mereka ingin jadi saksi sejarah, menjajal Jembatan Brooklyn yang baru enam hari dibuka.
Pada pukul 16.00 waktu setempat, kondisi penuh sesak, arus manusia merayap lamban dari ujung ke ujung jembatan sepanjang 1.825 meter itu. Tak semua melangkah maju, banyak yang berhenti untuk menatap cakrawala atau perahu layar yang melaju di bawahnya.
Advertisement
Baca Juga
Tiba-tiba, insiden tak terduga terjadi. Di tengah cuaca panas dan sesak, seorang ibu jatuh pingsan dan terpeleset dari tangga kayu. Sejumlah saksi mata menyebut, ia menjatuhkan anak dalam gendongannya. Bocah itu pun menangis.
Mendengar tangisan kencang anak itu, seorang perempuan menjerit dan jeritannya mengagetkan banyak orang.
Entah bagaimana, rumor yang menyebar bak api dalam sekam kala itu membuat orang-orang berpikir, jembatan akan segera ambruk. Panik pun terjadi.Â
Teriakan minta tolong, erangan, dan tangisan memenuhi udara. Payung, topi, dan tongkat yang terlontar kian menambah kekacauan.
Orang-orang terengah-engah, wajah mereka merah keunguan saat berusaha menembus kerumunan manusia atau menjebol kisi dari logam. Pria, perempuan, dan anak-anak saling bertumpuk di tangga. Polisi kesulitan untuk menenangkan massa yang lagi rasional.
"Orang-orang saling dorong dan terdesak. Tangga yang sempit dipenuhi manusia, menumpuk satu di atas yang lain, ada yang tertindih hingga tewas. Dalam beberapa menit, 12 orang meninggal dunia, 7 luka berat yang mengancam nyawa mereka, dan 28 lainnya cedera," demikian dilaporkan New York Times, sehari setelah kejadian.
Insiden tersebut menambah jumlah nyawa yang jadi korban di Jembatan Brooklyn. Sebelumnya, ada 27 orang yang tewas saat pembangunannya.
Saat diresmikan pada 24 Mei 1883, Brooklyn Bridge adalah jembatan suspensi terpanjang di dunia.
Pada hari pertama beroperasi, total ada 1.800 kendaraan dan 150.300 manusia yang melewatinya.
Butuh waktu 13 tahun untuk membangun jembatan itu, menghabiskan dana sebesar US$ 15,5 juta pada 1883 (atau sekitar US$ 380,9 juta saat ini).Â
Setahun berlalu setelah insiden mematikan di sana, masih banyak orang yang meragukan Jembatan Brooklyn.
Pada 17 Mei 1884, pemilik sirkus P. T. Barnum menguji kekuatan struktur itu. Caranya, ia menyelenggarakan parade 21 gajah, termasuk Jumbo yang berbobot 6,5 ton -- melewati Jembatan Brooklyn. Tak hanya itu, sekitar 17 unta juga ada dalam barisan.
Tak ada masalah yang terjadi saat hewan-hewan itu lewat, membuktikan struktur jembatan yang kuat.
Sejak saat itu, tak terhitung banyaknya ajang marathon, protes, dan parade yang dilakukan di atas jembatan itu. Hingga saat ini, Brooklyn Bridge masih menjadi salah satu tengara Kota New York.
Pada 11 September 2001, Jembatan Brooklyn digunakan sebagai rute menyelamatkan diri ribuan orang setelah Menara Kembar WTC runtuh.
Tak hanya insiden mematikan di Jembatan Brooklyn yang terjadi pada tanggal 30 Mei.Â
Hari yang sama pada 2003 menjadi penerbangan terakhir pesawat Concorde milik Air France.
Sementara, 30 Mei 1842, John Francis berusaha membunuh Ratu Inggris, Victoria.
Pria itu menodongkan pistol saat penguasa Kerajaan Inggris naik kereta kuda bersama suaminya, Pangeran Albert -- menyusuri Constitution Hill, London.
Itu adalah upaya pembunuhan Sri Ratu kedua yang dilakukan Francis, yang untungnya gagal.