Dubes Moazzam: Insiden Teror Jadi Ujian Kerukunan di Inggris

Sudah tiga kali Ramadan, Duta Besar Inggris Moazzam Malik menjalankan ibadah puasa di Indonesia.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 19 Jun 2017, 05:00 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2017, 05:00 WIB
Dubes Inggris Moazzam Malik Berbuka Puasa di Kawasan Museum Fatahilah
Dubes Inggris Moazzam Malik berpose untuk di foto saat menunggu berbuka puasa di cafe Batavia Museum Fatahilah, Jakarta, Minggu (18/6). (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta - Sudah tiga kali Ramadan, Duta Besar Inggris Moazzam Malik menjalankan ibadah puasa di Indonesia, negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim.

Puasa di Indonesia berbeda dengan di Inggris. Terutama soal durasi. Di Indonesia puasa berlangsung selama 13 jam. Di Inggris diawali pukul 02.30 hingga pukul 21.30. Lebih berat. 

Meski suasana terasa lebih meriah di Indonesia, Dubes Moazzam menceritakan, semarak Ramadan juga bisa dirasakan di Inggris.

"Di Inggris bulan puasa terasa menyenangkan," kata dia, dalam wawancara khusus dengan Liputan6.com, Minggu (18/6/2017).

Jumlah warga Muslim di Inggris mencapai lebih dari 3 juta jiwa, atau melampaui 5 persen dari total populasi. Persentase penduduk kian tinggi di sejumlah kota, termasuk London dan Birmingham.

"Walaupun Muslim masih minoritas, namun relatif besar. Islam sudah menjadi bagian dari kebudayaan di Inggris," kata pria keturunan Pakistan itu.

Toleransi terhadap umat Muslim juga relatif baik di Inggris. "Selalu ada perdana menteri, politisi besar, pemimpin agama muslim dan non-muslim yang memberi ucapan resmi saat Lebaran. Mengajukan cuti Idul Fitri juga tak ada hambatan," kata dia.

"Toleransi lumayan besar, warga Inggris sudah biasa dengan orang muslim."

Moazzam mengisahkan tentang kebiasaan muslim di Inggris membuka pintu bagi tetangganya yang berbeda keyakinan.

Sebaliknya, tak jarang Muslim mendapatkan kiriman makanan dari tetangganya.

Namun, belakangan, kerukunan dan toleransi tersebut mendapat tantangan berat: insiden teror yang terus terjadi.

"Serangan teror menuntut perjuangan terus-menerus untuk memastikan keutuhan masyarakat," kata dia.

Belakangan, Inggris kerap menjadi target teror. Pada 22 Mei 2017 terjadi insiden bom di Manchester Arena saat konser Ariana Grande.

Teror terjadi di London Bridge dan Borough Market di London, pada 3 Juni 2017 malam. Kejadian teror di London Bridge merupakan peristiwa tabrak lari yang terjadi sekitar pukul 22.00 waktu setempat.

Menurut keterangan saksi mata, peristiwa tabrak lari tersebut dilakukan oleh sebuah mobil van berwarna putih dan menabrak sejumlah pejalan kaki di trotar jembatan.

Sementara itu, kejadian teror di Borough Market merupakan peristiwa penusukan dan terjadi beberapa menit setelah peristiwa London Bridge. Menurut saksi mata, setidaknya ada tiga orang yang membawa pisau dan melakukan penusukan kepada sejumlah individu di kawasan tersebut.

Sebanyak tujuh orang tewas dan 30 terluka dalam insiden tersebut. Polisi juga menembak tiga pelaku hingga tewas di lokasi kejadian.

Sementara itu, lebih dari 130 imam dari Inggris menolak untuk melakukan upacara pemakaman secara Islam, kepada tiga tersangka teror London. 

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya