6 Tahun Diculik Al Qaeda di Mali, Warga Swedia Ini Akhirnya Bebas

Menlu Swedia mengabarkan berita pembebasan warganya dan berterima kasih atas usaha keras polisi serta pasukan asing.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 26 Jun 2017, 22:10 WIB
Diterbitkan 26 Jun 2017, 22:10 WIB
6 Tahun Diculik Al Qaeda di Mali, Warga Swedia Ini Akhirnya Bebas
Johan Gustafsson dalam foto yang diambil pada 2012 saat diculik al qaeda akhirnya bebas (AFP PHOTO/AL-JAZEERA)

Liputan6.com, Bamako - Johan Gustafsson akhirnya bisa bernafas lega. Warga Swedia yang diculik oleh Al Qaeda di Mali, Afrika pada 2011, kini dibebaskan.

Kabar menggembirakan itu resmi diumumkan oleh pemerintah Swedia.

Menurut pernyataan Menteri Luar Negari Margot Wallstrom, Gustafsson kini tengah terbang kembali pulang ke Swedia dari Afrika.

Dikutip dari BBC, pada Senin (26/6/2017), pria yang kini berusia 42 tahun itu ditangkap dan diculik oleh kelompok al Qaeda di Islamic Maghreb (AQIM) bersama dua pria lainnya pada 2011. Salah satu di antara mereka telah bebas saat tentara Mali melakukan penyerbuan ke markas kelompok teroris itu pada 2015 lalu.

Menurut Menlu Wallstrom, Gustafsson dalam kondisi sehat.

"Sangat bahagia bahwa saya mengumumkan bahwa Johan Gustafsson telah dibebaskan," kata Wallstrom.

Ia mengatakan pembebasan warganya berkat usaha keras dan kerja sama antara kementerian luar negeri Swedia, polisi dan pihak otoritas asing.

Menlu Wallstrom juga mengatakan ia telah berbicara dengan Gustafsson langsung yang mengatakan bahwa pria itu bahagia.

"Saya tak bisa berbicara lebih lanjut mengenai hal ini," tambah menlu Swedia itu.

Gustafsson diculik bersama Stephen Malcolm, warga negara Afrika Selatan dan Sjaak Rijke dari Belanda. Rijke dibebaskan oleh pasukan khusus Prancis pada 2015.

AQIM kerap menculik dan menyandera warga asing sebelum tentara Prancis dikerahkan pada Januari 2013. Pada insiden berbeda pada 2014, sandera asal Prancis serge Lazarevic bebas setelah digelar pertukaran tahanan.

Prancis mengintervensi bekas negara jajahannya itu pada Januari 2013, setelah sebuah pemberontakan yang ditunggangi al Qaeda mencoba merebut pemerintahan Mali yang sah.

Semenjak saat itu, lebih dari 4.000 tentara Prancis dikerahkan, sementara pasukan perdamaian PBB berada di Mali untuk memastikan stabilitas keamanan di salah satu negara Afrika Barat tersebut.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya