Liputan6.com, Seoul - Dalam sebuah latihan gabungan, Angkatan Darat Amerika Serikat dan Korea Selatan melakukan demo peluncuran misil, Rabu (5/7/2017). Bagi AS, peristiwa itu menandai tiga hal, yakni simbolisasi perayaan Hari Kemerdekaan yang jatuh pada 4 Juli, simbolisasi kedekatan relasi dengan Korsel, serta unjuk kekuatan pasca-tes rudal Korea Utara yang terjadi pada Selasa kemarin.
"Koalisi AS - Korea Selatan tetap berkomitmen memegang teguh prinsip perdamaian dan kesejahteraan di kawasan Semenanjung Korea serta Asia Pasifik. Amerika Serikat juga berkomitmen untuk mempertahankan Korsel dari ancaman nyata," kata penjelasan resmi dari juru bicara Angkatan Darat AS, seperti yang dikutip USAToday, Rabu (5/7/2017).
Advertisement
Baca Juga
Uji coba itu juga kembali menandai meningkatnya tensi antara Korea Utara, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Terlebih lagi, setelah Selasa lalu, Pyongyang kembali melakukan tes rudal yang terbang selama 40 menit sejauh 930 km ke Laut Jepang. Misil itu kemudian jatuh di perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Negeri Sakura yang kira-kira berjarak 200 nautikal mil dari garis pantai.
"Kami tetap bersiap untuk mempertahankan diri kami dan sekutu kami, serta memanfaatkan segala kapabilitas yang kami punya demi melawan ancaman yang tumbuh dari Korea Utara," kata juru bicara untuk Kementerian Pertahanan AS, Dana W White.
"Amerika Serikat juga mengupayakan proses denuklirisasi yang damai di Semenanjung Korea. Komitmen kami adalah mempertahankan sekutu kami, Korea Selatan, dan Jepang terhadap ancaman tersebut," kata dia.
Pada Selasa sore waktu setempat, Menteri Pertahanan AS, Rex Tillerson, mengonfirmasi adanya uji coba rudal yang dilakukan oleh Korea Utara. Sang menteri juga menjelaskan bahwa tes tersebut menandai eskalasi ancaman terbaru. Ia juga menegaskan bahwa AS dan beberapa koalisi akan mengupayakan untuk terus menekan negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un tersebut.
"AS mencoba untuk denuklirisasi secara damai di kawasan Semenanjung Korea dan berkomitmen untuk menghentikan ancaman yang muncul dari Korea Utara. Kami telah menegaskan untuk tidak menerima persenjataan nuklir Korea Utara," kata Rex Tillerson.
"Langkah global dibutuhkan untuk menghentikan ancaman tersebut. Setiap negara harus berhenti membantu Korea Utara, khususnya beberapa aspek yang melanggar ketentuan Dewan Keamanan PBB. Mereka harus menunjukkan kepada Korut bahwa ada konsekuensi nyata yang muncul jika terus mengembangkan persenjataan nuklir dengan melanggar peraturan," ucap sang Menlu.
Saksikan juga video berikut ini