Liputan6.com, Jakarta - Ada banyak hal di dunia yang menarik perhatian banyak orang. Terkadang, kemunculan hal tersebut begitu menghebohkan masyarakat.
Di Indonesia misalnya, sebagian warga di beberapa wilayah masih saja percaya dengan hal-hal gaib.
Kemunculan warung bakso yang tiba-tiba laku keras di pasaran tak lantas menjadi berita baik, justru sebaliknya. Ada saja isu miring yang menimpa pemilik warung bakso tersebut.
Advertisement
Memelihara jin, melakukan ritual dan menyiapkan sesajen adalah contoh kecil isu miring yang kerap kita dengar di masyarakat apabila ada pelaku dagang yang usahanya kian sukses.
Ada yang percaya, ada pula yang tidak. Pemikiran semacam itulah yang kerap dilakukan oleh manusia ketika melihat sesuatu hal yang menarik perhatian. Hal-hal konyol tak lantas disangkutpautkan dengan fenomena tertentu.
Tak hanya di Indonesia, kemunculan sesuatu hal yang menarik perhatian dunia juga sering dihubungkan dengan hal yang aneh.
Seperti dikutip dari laman Listverse, Sabtu (22/7/2017), berikut 6Â kemunculan benda yang dikaitkan dengan prasangka konyol:
1. Mesin Pinball
Kebanyakan orang menganggap mesin pinball adalah simbol dari kesenangan dan kegembiraan yang tak berbahaya. Namun, hal tersebut tak dirasakan oleh mantan Walikota New York Fiorello LaGuardia.
Kembali ke tahun 1943. LaGuardia melihat mesin pinball sebagai simbol perjudian yang merusak masa depan anak-anak Amerika Serikat. Terlebih, ia menganggap mesin pinball diprakarsai oleh agen judi.
Hebohnya, LaGuardia menganggap pinball sebagai mainan setan. LaGuardia pernah melakukan pembongkaran pada mesin pinball -- dibantu oleh petugas kepolisian.
Saat dibongkar, ia menemukan berbagai macam jenis logam-logam yang dianggap berbahaya. LaGuardia kemudian mengaitkannya dengan peristiwa memilukan yang sempat terjadi di Pearl Harbour pada tahun 1941. Ia menganggap, logam yang ada pada mesin dapat digunakan untuk artileri dan amunisi.
Efek LaGuardia mulai tersebar. Tak lama kota-kota lain di ASÂ mengikut jejaknya. Seperti Chicago dan Los Angeles yang melarang penggunaan mesin pinball.
Di New York sendiri, pelarangan mesin pinball berlangsung hingga 1976. Saat itu ada seorang ahli pinball yang menunjukkan kepada pemerintah New York bahwa pinball adalah permainan keterampilan.
Advertisement
2. Kotak Pos
Anthony Trollope adalah salah satu penulis Inggris yang paling sukses di era Victoria. Tak hanya dikenal sebagai penulis, ia juga merupakan orang pertama yang memperkenalkan kotak pos ke Inggris.
Trollope bukanlah orang pertama yang memiliki ide tersebut. Namun, ia menyetujui dan memperkenalkan kotak pos di negaranya pada 1854.
Hingga akhirnya kotak merah (yang semula berwarna hijau) tersebut menjadi ikon pop budaya Inggris di tahun pertama kemunculannya.
Bahkan, ada lebih dari 100 ribu kotak pos yang menghiasi Inggris. Namun, kepopuleran kota pos itu langsung redup ketika sekelompok orang kuno yang tak menyukai adanya kebebasan berkomunikasi kepada anak-anak perempuan mereka.
Anehnya, Trollope sendiri masuk dalam golongan tersebut. Dengan kotak pos, anak-anak perempuan mereka dinilai bisa bebas bercakap-cakap dengan siapapun yang mengirim surat tanpa mencantumkan identitas. Sehingga, putri-putri mereka harus meminta cap (bentuk perizinan) dari orang tua mereka jika ingin mengirim dan menerima surat dari seseorang.
Para orang tua takut anak-anaknya akan berhubungan dengan orang-orang aneh dan membahayakan.
3. Telegraf
Secara umum, semua hal buruk yang orang katakan tentang Twitter dan berita online adalah hal sama yang orang katakan tentang telegraf 150 tahun yang lalu. Penemuan ini tak memiliki banyak penggemar saat pertama kali isu miring menimpa penggunaan alat ini.
Sebenarnya, ada dua kelompok besar yang sangat menentang kemunculan telegraf yaitu politisi dan media. Surat kabar kerap menyulut telegraf -- sama halnya yang mereka lakukan terhadap radio.
Bila membutuhkan waktu hingga sepuluh hari untuk membawa berita dari Eropa ke Amerika, telegraf hanya membutuhkan waktu sepuluh menit saja. Media tradisional mencap telegraf sebagai instrumen yang tak dapat dipercaya dan dangkal.
Pemerintah AS pun mewaspadai penggunaan perangkat tersebut.
Ketika Samuel Morse menawarkan untuk menjual sistem telegrafnya kepada pemerintah seharga Rp 1,3 miliar (nominal pada masa itu), mereka mengatakan tidak. Sementara beberapa politisi melihat telegraf sebagai alat nakal yang bisa digunakan untuk kejahatan.
Sementara itu, pihak lain berpendapat biaya pemasangan dan pengoperasian telegraf antara dua kota jauh melebihi potensi pendapatan.
Advertisement
4. Catur
Para kritikus berpendapat, setiap orang harus bermain catur. Sebab, permainan ini dapat merangsang intelektual seseorang.
Namun, pemikiran itu berbeda jauh pada 150 tahun yang lalu. Banyak orang yang menyampaikan keluhannya ketika melihat orang terdekat mereka bermain catur.
Banyak orang yang menganggap permainan catur membosankan dan antisosial. Dua orang terdiam dalam keheningan selama beberapa jam, memprotes kebisingan atau tak terima jika ada gangguan di sekitar mereka.
Saat itu, banyak orang yang mengolok-olok dan tak percaya jika catur adalah permainan yang dapat mengasah intelektual atau strategi.
Pemainan ini terus mendapat kecaman. Anak-anak muda dilarang adu kebolehan di atas papan catur.
5. Penangkal Petir
Penangkal petir adalah bentuk kontribusi nyata dari Benjamin Franklin. Ia menciptakan alat tersebut guna mengurangi dampak buruk akibat petir dan cuaca buruk.
Meski alat tersebut sangat berguna dan selalu digunakan oleh gedung-gedung pencakar langit di seluruh dunia, kemunculan awal penangkal petir mengalami banyak pertentangan. Butuh beberapa dekade bagi Benjamin Franklin agar alat ciptaannya tersebut diterima oleh masyarakat.
Sebab, kemunculan alat itu mendapat pertentangan keras dari tokoh gereja. Bahkan, para jemaah menilai benda tersebut adalah benda yang sesat.
Mereka percaya, jika petir adalah bentuk murka dari pencipta alam yang tak perlu dihentikan. Jika coba-coba hal tersebut hanya akan memperburuk keadaan.
Selama badai petir berlangsung, solusi yang mereka lakukan adalah mengirim seseorang untuk naik ke sebuah menara tertinggi sambil membunyikan lonceng sebagai tanda kesedihan -- meski sering menyebabkan korban jiwa yang tersambar petir.
Seorang pendeta asal Boston, Amerika Serikat Thomas Prince bahkan menyalahkan Franklin karena gempa Massachusetts pada tahun 1755. Ia berpendapat, Tuhan tak memukul kita dari atas. Namun, Tuhan memukul kita dari bawah.
Untungnya, Franklin memiliki pengaruh besar dan pendukung yang hebat. Pelan tapi pasti, benda ciptaannya itu diterima oleh warga luas. Hingga membantu menurunkan tingkat kematian drastis para petugas bel yang dipekerjakan oleh gereja.
Advertisement
6. Teletubbies
Siapa yang tak kenal dengan teletubbies. Serial anak-anak yang pertama kali ditayangkan di televisi Inggris antara 1997 hingga 2001 ini menampilkan empat alien antropomorfik yang menyerupai balita.
Teletubbies ditampilkan dengan tokoh yang berwarna-warni. Namun, sukses dengan kemunculannya, beberapa orang mengalami permasalahan dengan tokoh Tinky Winky -- teletubbies tertua dalam serial itu.
Tinky Winky dituduh sebagai simbol dari kaum gay karena berwarna ungu. Ia juga sering membawa tas ajaib dengan antena segitiga di kepalanya.
Pandangan ini dikemukakan oleh pendeta Amerika Serikat dan aktivis anti-gay Jerry Falwell.
Ia melihat, warga ungu dan bentuk antena adalah simbol tersembunyi dari gerakan kebanggaan kaum gay. Sontak, perusahaan produksi teletubbies menolak pemahaman simbol tersebut. Ia juga menolak ada maksud tersembunyi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang memperkenalkan simbol seksualitas dalam sebuah pertunjukan balita alien kepada anak-anak berusia satu hingga empat tahun.
Meski kontroversi tersebut pada 1999, klaim seksualitas tersembunyi yang digambarkan tokoh Tinky Winky tak mereda.
Tahun 2007, argumen yang sama kembali muncul di Polandia. Setelah seorang aktivis anak melihat ada tokoh Tinky Winky yang membawa tas perempuan -- padahal ia adalah seorang laki-laki.
Mulai saat itu, pemerintah Polandia berusaha membatasi pengaruh homoseksualitas kepada anak-anak yang diduga mempromosikan gaya hidup kaum gay.