7 Pengakuan Tentara yang Menguak Sisi Kelam Dunia Militer

Ada sejumlah sisi kelam dunia militer yang tidak biasanya disadari oleh publik. Sejumlah tentara menguaknya,

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 07 Agu 2017, 18:30 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2017, 18:30 WIB
20160404-Kisah Pilu Para Korban Perang Afghanistan-Kabul
Seorang gadis kecil Afghanistan berjalan menggunakan kaki palsu di pusat ortopedik Komite Internasional Palang Merah (ICRC), rumah sakit bagi korban perang dan yang diamputasi, di Kabul, Minggu (3/4). (SHAH Marai/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Diperlengkapi senjata mematikan atau bahkan kekuatan nuklir, seorang tentara mungkin bisa menang dalam peperangan.

Tapi, kadang-kadang, kesabaran, patriotisme dan emosi terlibat ketika hal mengejutkan terjadi pada mereka.

 

Seorang prajurit mempelajari pelajaran kehidupan melalui pengalaman-pengalaman yang keras, semisal penyiksaan dan pengkhianatan.

Ketika tugas mereka mengarah kepada sesuatu yang tidak seharusnya, atau keadaan menjadi sukar dijelaskan, muncul lah cerita-cerita yang mencengangkan.

Seperti dalam film Black Hawk Down dan Saving Private Ryan, kita bisa membayangkan kehidupan para prajurit di medan tempur. Kadang-kadang terlihat mengagumkan, tapi sebaliknya terkadang tidak ada bedanya dengan neraka.

Disarikan dari Therichest.com pada Senin (7/8/2017), berikut ini adalah sejumlah hal suram yang diungkap oleh para prajurit:

1. 'Pembunuhan' Warga Sipil

Gul Mudin, remaja sipil Afghanistan meninggal karena serangan militer AS. (Sumber Wikimedia Commons)

Di masa lalu pernah beredar video berisi bocoran WikiLeaks yang memperlihatkan pasukan Amerika Serikat (AS) 'membunuh' warga di jalan-jalan Baghdad pada 2007.

Seorang pejabat Departemen Pertahanan AS (Department of Defence, DOD) yang tidak ingin disebut namanya mengatakan kepada Reuters bahwa tayangan yang dijuluki "Collateral Murder" itu memang asli, demikian juga suara yang terdengar.

Dua orang pekerja Reuters bernama Namir Noor-Eldeen dan Saeed Chmagh terbunuh dalam kejadian tersebut. Dalam video terlihat jelas ada puluhan orang yang terbunuh dan tidak ada satupun yang menembak ke arah helikopter.

Beberapa pria memang memegang senjata sehingga pihak Angkatan Darat (AD) AS menduga bahwa mereka sedang melakukan kerusuhan bersenjata. Dua orang anak juga terluka dan salah satu selebaran AS menyebutkan, “Itu salah mereka membawa anak-anak ke tengah kancah peperangan.”

Dalam kebanyakan kasus, para korban sipil dianggap sebagai bagian dari peperangan dan banyak negara serta angkatan bersenjata mereka mencoba menyembunyikan fakta bahwa mereka membunuhi warga sipil.

2. Penyiksaan Hewan

Ilustrasi babi yang dipakai dalam eksperimen militer. (Sumber PETA UK)

Salah satu yang terdengar amat mengganggu adalah bahwa pihak militer menggunakan hewan hidup sebagai pengganti untuk kemudian dilukai secara parah dalam sesi latihan trauma.

Menurut seorang veteran, pihak militer menembaki babi dan kambing, berkali-kali menikam hewan-hewan itu dan kemudian dibakar.

Pihak militer juga memotong kaki-kaki hewan hidup menggunakan gergaji pohon dan juga merenggut organ-organ bagian dalam. Kadang-kadang, hewan-hewan itu siuman di tengah operasi tanpa obat bius.

DOD telah mengembangkan seperangkat aturan yang secara gamblang menyebutkan kewajiban penggunaan simulator yang bukan hewan, tapi hanya kalau tersedia.

Organisasi perlindungan dan kesejahteraan satwa PETA menengarai bahwa kebanyakan sekutu AS dalam NATO tidak menggunakan hewan. Tapi, walaupun sudah mengetahui bahwa tubuh hewan tidak bisa menduplikasi cedera manusia karena perbedaan anatomi, militer AS masih meneruskan penggunaan hewan-hewan hidup dalam latihan penanganan trauma.

3. Prajurit Pria Korban Serangan Seksual

Anggota militer buka suara soal serangan seksual di kalangan militer. (Sumber US Air Force)

Kebanyakan korban serangan seksual di militer AS adalah kaum pria. Pihak Pentagon mengakui bahwa setiap hari ada 38 pria yang diserang secara seksual.

Pelakunya tidak tertangkap dan tidak ada partai politik yang mengambil langkah penting untuk mencegah kejadian seperti itu.

State University of New York di Buffalo melakukan penelitian pada lebih dari setengah juta prajurit dan mendapati bahwa lebih dari 21 ribu anggota diserang secara seksual setiap tahun. Malu dan takut menjadi alasan utama mereka diam saja dan terus berdinas

Malu yang luar biasa mempersulit kehidupan para korban karena mereka mulai merasa menjadi bagian dari sesuatu yang tidak benar. Kaum pria yang heteroseksual mulai gamang tentang orientasi seksual mereka, sedangkan kaum gay menjadi sulit mempercayai pria-pria lain.

4. Manusia Jadi Objek Eksperimen

Ilustrasi eksperimen pada manusia. (Sumber US Navy)

Tak pernah terbayangkan oleh warga San Francisco bahwa pihak militer mengujikan dampak senjata biologi pada mereka. Pihak militer melakukan bermacam-macam pengujian, mulai dari penyemprotan bakteri hingga paparan manusia kepada beberapa jenis bubuk kimia.

Di San Francisco, sebuah perahu raksasa menyemprotkan awan mikroba untuk menelaah dampaknya pada warga kota.

Seorang ilmuwan AD bernama Charles Senseney menjelaskan bahwa para pejabat militer mencoba melihat dampak perang biologi pada kereta bawah tanah New York. Penyangkalan eksperimen itu gampang, karena infeksinya tidak mematikan.

Kita mengetahui bahwa pihak militer memang menggunakan warga dalam beberapa eksperimen. Misalnya program pengendalian pikiran mulai 1978 yang dikenal sebagai Stargate.

Laporan-laporan fenomena cenayang kemudian beredar di internet setelah arsip-arsip CIA yang menjadi bagian dari basis data CREST sudah dicabut kerahasiaannya dan kemudian diterbitkan.

Menurut sejumlah laporan program, tujuannya adalah untuk mencari "psikoenergetik untuk aplikasi intelijen."

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

5. Peningkatan Budaya Penyiksaan

(Sumber Flickr/Prachatai)

Tentara Thailand dikenal menyiksa para taruna dan tentaranya. Kekejian itu tidak terbatas kepada mempermalukan pegawai itu, tapi bisa hingga membunuh seseorang dan menyiksa seluruh keluarganya.

Naritsarawan Kaewnopparat adalah keponakan dari seorang pria bernama Wichian Puaksom yang tewas dalam kamp tentara pada 2011. Wanita itu kemudian ditangkap karena pihak militer tertarik kepada "orang-orang tertentu."

Wichian adalah tentara sukarela dan ditempatkan di Pedalaman Selatan. Ia kedapatan melarikan diri dari pelatihan dan disiksa hingga tewas. Saat disiksa, ia diseret di lantai dalam keadaan telanjang sambil ditampari.

Beberapa perwira berpangkat lebih tinggi menginjak-injak tubuh dan wajahnya, serta menikamnya beberapa kali menggunakan batang bambu runcing. Mereka menendang testes korban hingga ia kehilangan kesadaran dan harus dikirim ke rumah sakit Narathiwat hingga meninggal di sana.

Di Thailand, ada cara penghukuman tradisional yang disebut "som." Permintaan keluarga Wichian ditolak. Pihak keluarga bahkan meminta perhatian Perdana Menteri, tapi mereka kemudian menjadi trauma setelah suatu hari seseorang menembak rumah mereka.

6. Tidak Menghormati Jenazah

Sejumlah tentara AS bergaya foto menggunakan bagian-bagian tubuh mayat seorang Afghan. (Sumber rawa.org)

Seorang tentara AS membagikan foto-foto rekan-rekannya bergaya foto menggunakan bagian-bagian tubuh mayat seorang Afghan. Penerbitan foto-foto demikian dimaksudkan agar menjadi perhatian tentang pelanggaran keamanan, profesionalisme, dan disiplin oleh beberapa prajurit.

Segera sesudah penerbitan, pihak AD AS bersusah payah melakukan kendali kerusakan dan meminta media tidak menerbitkan semua gambar yang diduga bisa memancing pihak musuh dan menimbulkan ketegangan di kalangan militer. Menteri Pertahanan Leon E. Panetta meminta investigasi penuh.

Tindakan biadab itu terjadi hampir di seluruh dunia. Pihak Pakistan berulang kali memenggal kepala tentara India dan melakukan mutilasi jasad-jasad tentara.

Sebenarnya, aturan internasional tentang perlakuan pada jasad tentara sudah ada selama beberapa abad. Banyak negara memperlakukan jasad-jasad tentara secara terhormat dan berusaha sebaik mungkin menangani jasad-jasad musuh. Tapi, di kebanyakan tempat, tidak ada rasa hormat kepada mereka yang telah gugur.

7. Para Pemimpin Tidak Selalu Benar

8-5-1945: Pidato Winston Churchill Akhiri Perang Inggris-Jerman (PA)

Sir Winston Churchill, yang dua kali menjadi Perdana Menteri Inggris, dipandang sebagai salah satu pemimpin terbesar pada masanya. Ia disebut orang yang memegang peranan penting dalam memimpin bangsa Inggris menuju kemenangan dalam Perang Dunia II.

Pendapatnya untuk membiarkan Gandhi meninggal dalam tahanan tidak terlalu menarik perhatian, tapi, ketika terbit sejumlah dokumen yang tidak lagi dirahasiakan, karakter sebenarnya lebih mirip seperti seorang diktator.

Ia tidak ingin pengadilan perang berkepanjangan terhadap para pemimpin Nazi dan menganjurkan agar mereka harus dihukum mati. Churchill bahkan pernah berniat menghancurkan desa-desa Jerman dan bersiap berseberangan dengan kabinetnya sendiri.

Sejumlah buku catatan milik wakil menteri kabinet Sir Norman Brook mengungkapkan bahwa Churchill menginginkan Hitler dihukum mati di atas kursi listrik. Dokumen-dokumen itu menengarai bahwa Churchill tidak keberatan melanggar aturan legal dan etika demi mengalahkan pasukan Nazi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya