Tawarkan 'Keabadian', Perusahaan AS Jual Darah Muda Rp 106 Juta

Sebuah perusahaan di AS menjual plasma darah remaja Rp 106 juta dalam sebuah percobaan yang diklaim mampu mencegah penuaan.

oleh Citra Dewi diperbarui 21 Agu 2017, 19:20 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2017, 19:20 WIB
Plasma darah
Ilustrasi plasma darah (iStock)

Liputan6.com, San Francisco - Sebuah perusahaan Amerika Serikat menjual plasma darah remaja seharga US$ 7.980 atau sekitar Rp 106 juta. Perusahaan itu, Ambrosia, mengklaim bahwa darah remaja memiliki zat-zat untuk mencegah penuaan.

Ambrosia kemudian melakukan percobaan dengan menyutikkan dua setengah liter plasma dari darah remaja itu ke lebih dari 100 orang.

Transfusi plasma sebanyak dua setengah liter -- campuran dari beberapa donor -- disuntikkan ke peserta yang rata-rata berusia 60 tahun.

Perusahaan yang berlokasi di San Francisco itu, didirikan oleh seorang dokter, Jesse Karmazin. Ia mengklaim, prakteknya membuat orang yang menerima plasma seperti menjalani 'operasi plastik' dari dalam dan luar.

"Ini bisa membantu memperbaiki keadaan seperti penampilan atau penyakit diabetes, jantung, atau ingatan. Ini semua adalah aspek penuaan," ujar Karmazin seperti dikutip dari Independent, Senin (21/8/2017).

"Saya tak mengatakan bahwa cara ini membuat seseorang dapat hidup abadi, tapi saya rasa ini cukup mendekati," kata dia.

Namun, para periset telah memperingatkan bahwa prosedur tersebut tidak terbukti secara klinis. Jika pengujian atas klaim tersebut dilakukan, mereka juga meyakini bahwa Karmazin tak memiliki banyak bukti untuk mengonfirmasi kebenarannya.

Ia juga dikritik karena gagal memasukkan kelompok plasebo dan justru meminta peserta membayar untuk ikut serta dalam uji coba.

Pada 2014, sebuah penelitian menunjukkan bahwa tikus tua yang disuntik dengan plasma dari tikus muda, daya ingatnya meningkat dan berpengaruh pada kemampuan belajar. Namun studi tersebut mengatakan tak ada bukti klinis bahwa pengobatan itu akan bermanfaat.

"Anda pada dasarnya menyalahgunakan kepercayaan orang dan kegembiraan publik," ujar ahli saraf Tony Wyss-Coray kepada Science Mag.

 

Saksikan video berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya