Aksi Protes Pidato Donald Trump di Phoenix Berujung Ricuh

Aksi protes damai berujung ricuh kala Presiden Donald Trump menyampaikan pidato di Phoenix, Arizona.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 23 Agu 2017, 16:09 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2017, 16:09 WIB
Demo Donald Trump
Demo Donald Trump (AFP Photo/Laura Segall)

Liputan6.com, Phoenix - Aksi protes di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat pada 22 Agustus malam yang semula berlangsung damai berubah menjadi ricuh. Hal itu dipicu setelah beberapa bentrokan antardua kubu demonstran dan aksi melempari aparat dengan batu dan botol.

Melihat dua kubu demonstran hendak melakukan kekerasan, aparat berusaha mengendalikan massa dengan menembakkan semprotan merica ke arah demonstran.

Kabut asap efek gas air mata yang ditembakkan aparat juga mengepul di sekitar area demonstrasi.

Alhasil, tindakan para pihak berujung menjadi bentrokan, yang terjadi tepat di luar gedung tempat Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidatonya di Phoenix, Arizona, pada 23 Agustus dini hari waktu setempat. Demikian seperti dilansir Associated Press, Rabu (23/8/2017).

Di langit, tepat di atas bentrokan terjadi, helikopter polisi --dengan menggunakan pengeras suara-- meminta para peserta aksi untuk membubarkan diri.


Pidato Trump di Phoenix Disambut Demonstrasi

Pidato di Phoenix merupakan rangkaian political rally Presiden Donald Trump di sejumlah kota di AS. Beberapa media lokal turut menyebut bahwa perhelatan itu juga menjadi salah satu cara bagi Presiden Donald Trump untuk merespons demonstrasi berdarah di Charlottesville, Virginia, yang terjadi pada 12 Agustus lalu.

Kedatangan Trump untuk menyampaikan pidato di kota tersebut disambut dengan aksi protes massa penentang kehadiran miliarder nyentrik.

"Trump Beracun!", tulis salah satu spanduk yang diusung oleh salah satu peserta aksi protes penentang Trump di Phoenix.

"Tolak Trump, Tolak KKK (Ku Klux Klan)", tulis papan spanduk lain.

Demo Donald Trump (AP Photo/Matt York)

Sementara itu, kubu simpatisan sang presiden turut menggelar aksi tandingan.

"Bagiku, ia presiden pertama yang dapat bertutur jujur dari hati dan pikiran. Ia mengatakan apa yang harus dikatakan," ujar seorang peserta aksi tandingan yang beranggotakan individu simpatisan sang presiden.

Aparat bersiaga jelang kedatangan Presiden ke-45 AS dan demonstrasi dua kubu di Phoenix. Sebagai mekanisme pencegahan, otoritas mendirikan barikade untuk memisahkan kedua kubu demonstran.

Sebelumnya, demonstrasi yang bertujuan untuk merespons pidato Trump di Phoenix itu sempat berlangsung damai. Memang, sempat dilaporkan terjadi aksi saling hujat, pelemparan batu, dan pergumulan antara beberapa peserta dari kedua kubu.

Akan tetapi, peristiwa "minor" itu berhasil dikendalikan oleh aparat. Dan aksi terus berlangsung damai untuk beberapa waktu ke depan.

Sementara itu, pidato sang presiden tetap berlangsung lancar. Trump membahas beragam isu, mulai dari isu Charlottesville, peristiwa terorisme teranyar, hingga Korea Utara.

"Saya mengutuk para biadab yang melakukan aksi kekerasan dan kebencian (di Charlottesville)," kata Trump tapi tidak menyebut salah satu kelompok secara spesifik.

Namun, jelang pidato presiden memasuki babak akhir, aksi ricuh mulai terjadi. Beberapa peserta dari kedua kubu demonstran kembali berjibaku.

Sementara beberapa peserta lain melempari petugas dengan beragam benda, seperti batu, tongkat kayu, atau botol.

Melihat situasi bertendensi ricuh, aparat berperalatan lengkap bertindak untuk mengendalikan huru-hara. Bentrokan sempat terjadi antara demonstran dan pihak keamanan.

Demo Donald Trump (AP Photo / Matt York)

Namun, secara keseluruhan, massa berhasil dikendalikan oleh petugas setempat. Beberapa peserta telah membubarkan diri. Namun, sejumlah lain masih bertahan di lokasi.

Menurut Juru Bicara Kepolisian Phoenix Jonathan Howard, empat peserta demonstran telah diciduk oleh aparat. Mereka diduga memiliki kaitan dengan bentrokan yang terjadi.

Sementara itu, petugas medis menyatakan merawat sekitar 48 peserta demo. Mereka dirawat bukan karena luka akibat bentrokan, melainkan mengalami serangan panas (heat stroke), karena temperatur di Phoenix malam itu mencapai 37 - 40 derajat Celcius.

Kepala Kepolisian Phoenix Jeri Williams mengatakan, "Setiap aksi protes (dari kedua kubu) didukung oleh kota. Namun, setiap aksi kriminal yang dilakukan selama demo akan diproses hukum."

 

Saksikan juga video berikut:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya