3 Alasan Mengapa AS Sulit Menyerang Korea Utara

Bagi AS, menyerang Korea Utara ternyata tak semudah itu. Kenapa? Berikut ulasannya.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 05 Sep 2017, 20:00 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2017, 20:00 WIB
Korea Utara meluncurkan Hwasong-12 yang melewati langit Hokkaido Jepang pada 29 Agustus 2017
Korea Utara meluncurkan Hwasong-12 yang melewati langit Hokkaido Jepang pada 29 Agustus 2017 (KCNA)

Liputan6.com, Washington, DC - Kebebalan Korea Utara untuk terus-menerus melakukan uji coba misil membuat dunia geram. Puncaknya adalah pada 29 Agustus lalu ketika rudal yang diluncurkan melintasi langit Jepang.

Saat itu, Perdana Menteri Shinzo Abe langsung mengirimkan nota keberatan kepada Kedutaan Korea Utara. Sementara, Korea Selatan langsung unjuk kekuatan dengan uji coba rudal serta delapan bom yang dibawa oleh empat pesawat mereka.

Amerika Serikat yang selama ini sudah berulang kali menekan Korea Utara rupanya ancamannya hanya masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.

Tak peduli dengan ancaman bahwa AS akan membumihanguskan Korea Utara, Pyongyang bahkan kembali uji coba. Yang teranyar, tes bom hidrogen yang membuat dunia ketar-ketir.

Meski kekuatan milier AS tak diragukan lagi kemampuan, namun ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk menyerang Korea Utara.

Dikutip dari News.com.au pada Selasa (5/9/2017), berikut adalah tiga alasan mengapa menyerang Korut bukanlah perkara mudah.

 

1. Wilayah Korea Utara

Korea Utara adalah negara dengan luas 120.540 kilometer persegi dan 79,5 persennya adalah wilayah pegunungan.

Jika AS ingin meluncurkan serangan dadakan (preemptive), mereka perlu mencari tahu di mana situs nuklir Kim Jong-un berada.

Ahli Korea Utara, Brad Glosserman, yang juga direktur eksekutif Pusat Studi Strategis dan Internasional di AS pada awal tahun ini mengatakan kepada news.com.au bahwa dia menilai Amerika Serikat tidak tahu di mana hulu ledak atau rudal Korea Utara berada.

"Gagasan bahwa kita bisa mengintimidasi orang-orang Korea Utara untuk menyerang saya pikir itu omong kosong ," katanya.

Setiap konflik kemungkinan akan mengakibatkan korban jiwa yang besar, ini alasan lain mengapa diplomasi dipandang sebagai pilihan pilihan.

"AS selalu memiliki pilihan militer, tapi itu pilihan buruk," kata pensiunan jenderal Angkatan Darat AS dan analis militer CNN Mark Hertling.

2. Korsel dan Sekutu AS Rentan

Jika AS nekat menyerang Korea Utara, dalam sekejap Korut akan membumihanguskan Korsel. Potensi kematian lebih dari 10 ribu jiwa dipastikan bisa terjadi.

Analis percaya AS juga membutuhkan waktu berminggu-minggu, jika tidak berbulan-bulan, untuk mendapatkan pasukan tambahan dan peralatan ke wilayah tersebut, termasuk pengebom dan tentara khusus, demi mendukung serangan tersebut.

Analis kebijakan pertahanan dan luar negeri di Institut Cato di AS, Eric Gomez, sepakat bahwa menghancurkan pasukan nuklir Korea Utara dengan serangan preemptive akan sangat sulit.

"Paling tidak, penyerangan tersebut harus menemukan dan menghancurkan sebagian besar rudal jarak jauh Korea Utara untuk melindungi pasukan AS di kawasan Asia pasifik dan AS karena serangan," kata Gomez kepada news.com.au.

"Jika Amerika Serikat juga ingin mempertahankan sekutu-sekutunya, ia harus menghancurkan sistem jarak yang lebih pendek sebanyak mungkin, yang selanjutnya akan mempersulit serangan tersebut."

Gomez mengatakan bahwa penghancuran total kemampuan nuklir Korut juga berarti menargetkan fasilitas senjata nuklir kelas senjata dan rudal balistik, serta lokasi kepemimpinan.

"Ini akan menjadi operasi militer yang sangat sulit, dengan tingkat keberhasilan yang rendah dan tingkat risiko yang tinggi, mengingat kerusakan yang bisa ditimbulkan oleh satu senjata nuklir," katanya.

"Amerika Serikat mungkin bisa melakukannya, tapi saya tidak bisa bilang bahwa rencana mereka akan berhasil."

Gomez mengatakan bahwa AS mungkin tahu di mana pabrik pengayaan dan rudal nuklir besar berada, namun unit rudal itu sendiri mungkin lebih sulit ditemukan.

"Amerika Serikat telah mampu mendeteksi beberapa tes rudal balistik Korea Utara sebelum diluncurkan namun di sisi lain, prosedur operasional untuk tes kemungkinan akan sangat berbeda dari peluncuran masa perang," katanya.

3. Menculik Kim Jong-un? Jangan Mimpi

Ide Korea Selatan adalah menargetkan Kim Jong-un dengan cara menculiknya. Namun, Gozem mengatakan aksi bak film Mission Impossible itu sangat sulit dilakukan.

"Pertama, AS harus tahu di mana Kim Jong-un berada dan dalam waktu yang cepat mendeteksi keberadaannya. Dengan demikian, penembak jitu bisa langsung membunuhnya sehingga pemimpin Korut itu tak bisa kabur," kata Gomez sambil mengatakan bahwa itu adalah hal sulit.

Alasan Gomez mengatakan Kim Jong-un bisa selicin belut karena AS pernah melakukan kegagalan serupa kala ingin menargetkan Saddam Hussein.

"Orang sekelas Saddam saja AS gagal terus mencarinya apalagi seperti Kim Jong-un?" ujar Gomez.

Gomez juga menekankan andaipun Kim terbunuh, hal itu tidak cukup untuk menghentikan pembalasan nuklir.

"Kim bisa mendelegasikan wewenang komandan untuk melontarkan jika dia merasa sebuah krisis sudah dekat sehingga mereka bisa menggunakan senjata nuklir bahkan jika Kim telah meninggal," katanya.

Juga akan ada masalah bagaimana mengakhiri konflik begitu Kim terbunuh.

"Tanpa kepemimpinan politik, bagaimana Amerika Serikat akan mencoba mengakhiri perang yang kemungkinan akan terjadi?" Kata Gomez.

"Saya pikir asumsi bahwa militer Korea Utara akan menyerah jika Kim Jong-un terbunuh adalah anggapan yang salah."

Saksikan video menarik berikut ini: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya