Pasca-Brexit, London Tetap Jadi Pusat Keuangan Dunia

London berada di urutan pertama, diikuti New York, Hong Kong, dan Singapura menurut survei Z/Yen indeks pusat keuangan global (GFCI).

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 12 Sep 2017, 09:36 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2017, 09:36 WIB
Ilustrasi Brexit
Ilustrasi Brexit (ibtimes)

Liputan6.com, London - London tetap menjadi pusat keuangan dunia yang paling menarik, meneruskan keunggulannya atas New York. Pencapaian London ini terjadi di tengah rencana Inggris untuk keluar dari Uni Eropa.

Dikutip dari laman Voice of America, Selasa (12/9/2017), keluarnya Inggris dari blok perdagangan tersebut telah membuat para politikus dan ekonom memperkirakan bahwa London akan kehilangan keunggulan statusnya sebagai pusat keuangan.

Namun, tanda-tanda yang menunjukkan hal itu belum banyak terjadi.

London berada di urutan pertama, diikuti oleh New York, Hong Kong, dan Singapura menurut survei Z/Yen indeks pusat keuangan global atau GFCI.

Survei ini menyusun peringkat 92 pusat keuangan berdasarkan faktor-faktor seperti infrastruktur dan akses ke staf dengan kualitas tinggi. New York kalah 24 poin dibandingkan ibu kota Inggris ini dan selisih poin terbesar antara kedua kota ini sejak survei dimulai 2007.

Peringkat New York mengalami penurunan terbesar di antara para pesaing dengan turun 24 poin dibanding tahun lalu.

Para penulis survei ini mengatakan, penurunan peringkat New York kemungkinan besar terjadi akibat ketakutan akan kebijakan perdagangan dengan AS.

Sejak menjadi Presiden Amerika pada Januari lalu, Donald Trump sudah keluar dari perjanjian perdagangan trans-Pasifik yang sudah direncanakan dan mengejar kebijakan ekonomi yang lebih terisolasi.

Kelompok lobi keuangan paling kuat di Inggris, The CityUK memperingatkan untuk tidak terlena. Organisasi ini juga meminta kebijakan yang lebih jelas mengenai pengaturan-pengaturan masa transisi yang akan diberlakukan setelah April 2019, ketika Inggris secara resmi keluar dari Uni Eropa.

Sejak dua bulan yang lalu, telah terlihat kenaikan bank-bank yang mengatakan mereka berencana membuka anak perusahaan baru di Eropa setelah Brexit.

Sebagian besar bank-bank Amerika, Inggris, dan Jepang mengatakan mereka akan mendirikan unit bisnis di Frankfurt atau Dublin.

Frankfurt naik ke peringkat 11 dari peringkat 23 setahun lalu dan Dublin naik ke peringkat 30 dari 33.

 

Warga Inggris Pindah Kewarganegaraan

Pasca-Brexit tahun lalu, jumlah warga Inggris yang mengajukan permohonan menjadi warga Jerman meningkat.

Menurut perhitungan yang dilakukan harian The Local, peningkatan jumlah warga Inggris yang ingin menjadi warga Jerman mencapai lima kali lipat.

Belum adanya jaminan bagi warga Inggris yang dapat tinggal di wilayah Eropa lain membuat beberapa kalangan gelisah. Hal itu terjadi setelah Inggris mengambil langkah untuk meninggalkan Uni Eropa.

Dikutip dari The Telegraph, jumlah warga Inggris yang bermukim di Jerman diperkirakan mencapai 100 ribu jiwa.

Misalnya di Hamburg, berdasarkan catatan tahun lalu ada 280 warga Inggris yang mengajukan paspor Jerman. Bila dibandingkan dengan 2015, jumlahnya meningkat, yang sebelumnya hanya 52 aplikasi pengajuan. Diperkirakan akan ada lebih dari 200 aplikasi yang masuk di kota tersebut setelah voting Brexit.

"Meskipun sebagian besar alasan pindah kewarganegaraan adalah naturalisasi, bagi kami hal itu menjadi alasan yang lumrah," ujar Juru Bicara Kota Hamburg.

Bukan hanya di Hamburg saja, pemerintah negara bagian Darmstadt yang wilayahnya terdapat kota besar seperti Frankfurt dan Wiesbaden dikabarkan menerima 521 permohonan naturalisasi.

Jumlah ini meningkat lima kali lipat dibanding permohonan naturalisasi warga Inggris setahun sebelumnya.

 

 

Simak video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya