Liputan6.com, Pyongyang - Sebuah pesawat penumpang Korea Utara dilaporkan lepas landas dari Bandara Internasional Sunan sekitar satu setengah jam setelah negara itu melakukan uji coba rudal balistik jarak menengah. Lokasi yang sama juga menjadi titik peluncuran rudal.
Seperti dikutip dari Telegraph, Jumat (15/9/2017), maskapai Air Koryo dengan nomor penerbangan 151 berangkat dari Bandara Internasional Sunan sesuai dengan jadwal, yakni 08.30 waktu setempat. Itu berarti, penumpang yang akan berangkat pada jadwal tersebut menyaksikan peluncuran rudal.
"Bagi penumpang yang akan terbang ke Beijing pukul 08.30, kami mengatur mereka tiba pada pukul 07.00 untuk check-in, dan melalui pemeriksaan petugas bea cukai dan imigrasi," ujar Rowan Beard, manajer tur di Young Pioneer Tours kepada NK News.
Advertisement
Menurut FlightRadar24, pesawat mendarat di Beijing pada pukul 09.50 atau 10 menit lebih awal dari jadwal.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan, rudal teranyar yang diluncurkan Korut menempuh jarak sekitar 3.700 kilometer dan mencapai ketinggian maksimum 770 kilometer. Hal ini disebut serupa dengan uji coba rudal jarak menengah Hwasong-12 pada 29 Agustus yang relatif belum teruji dari landasan pacu bandara.
Baca Juga
Otoritas Korut terkait dilaporkan tidak mengeluarkan NOTAM atau pemberitahuan berisi informasi tentang kondisi terkini --dalam hal ini peluncuran rudal-- kepada operator penerbangan. Padahal, penerbitan NOTAM penting sebagai upaya menjamin kelancaran operasional, keamanan, dan keselamatan penerbangan.
Sejak lama, uji coba rudal Korut telah memicu kekhawatiran terhadap dunia penerbangan, khususnya di sepanjang wilayah timur Semenanjung Korea dan di dekat Jepang.
Juli lalu, pesawat milik maskapai Air France dilaporkan terbang melewati lokasi di mana rudal antarbenua (ICBM) Korut menghantam Laut Jepang kurang dari 10 menit kemudian. Pihak maskapai mengatakan, sebagai tindakan pencegahan mereka akan mengevaluasi kembali rute dari Jepang menuju utara.
Ancaman Korut bagi Jepang dan AS
Sebelumnya, Korut mengancam akan menggunakan senjata nuklir untuk menenggelamkan Jepang dan mengurangi wilayah AS dengan menjadikannya "abu dan kegelapan". Ancaman ini datang setelah DK PBB menjatuhkan sanksi atas uji coba nuklir terbaru negara itu.
Komite Perdamaian Asia Pasifik Korea (KAPPC) yang menangani hubungan dan propaganda luar Korut juga menyerukan pembubaran DK PBB yang mereka tuding terdiri dari negara-negara yang menerima suap dan bergerak atas perintah Amerika Serikat.
"Keempat pulau dapat ditenggelamkan oleh bom nuklir Juche. Keberadaan Jepang di dekat kita tak lagi diperlukan," kata KAPPC seperti dilansir KCNA dan dikutip dari Independent.
Juche adalah ideologi resmi yang dianut di Korea Utara. Juche mengandung prinsip bahwa "manusia menguasai segala sesuatu dan memutuskan segala sesuatu".
Juche mengandung pengertian "self-reliance" atau "percaya pada kemampuan sendiri". Ideologi ini pertama kali dicetuskan oleh Kim Il-sung sekitar awal 1955.
Ketegangan di Semenanjung Korea terus meningkat sejak uji coba nuklir keenam Korut yang terjadi pada 3 September 2017.
Baru-baru ini, DK PBB yang beranggotakan 15 negara dengan suara bulat memutuskan untuk menjatuhkan sanksi baru, termasuk di antaranya melarang ekspor tekstil Korut dan membatasi pasokan bahan bakar ke negara itu.
"Mari kita kurangi daratan AS dengan menjadikannya abu dan kegelapan. Mari kita curahkan dendam kita dengan memobilisasi seluruh sarana pembalasan yang telah dipersiapkan," sebut KAPPC. Selain itu, Korut juga menyebut Korsel sebagai "pengkhianat dan anjing" AS.
Jepang pun menyikapi pernyataan Korut. "Ini sangat provokatif dan mengerikan. Ini adalah sesuatu yang nyata-nyata meningkatkan ketegangan regional dan sama sekali tidak dapat diterima," ujar Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga.
Hingga hari ini, meski didera sejumlah sanksi, Pyongyang menunjukkan iktikad tetap akan melanjutkan program nuklir dan misilnya.