Letusan Gunung Ini Akan Picu Tsunami Raksasa?

Erupsi dapat menyebabkan longsor yang menimbulkan dinding air pembawa maut setinggi 900 meter dengan lebar beberapa kilometer.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 13 Okt 2017, 12:00 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2017, 12:00 WIB
Cumbre Vieja
Foto ISS ke gunung berapi Cumbre Vieja di pulau La Palma, suatu pulau dalam gugusan Kepulauan Canary. (Sumber Wikimedia Commons).

Liputan6.com, Madrid - Pulau La Palma, salah satu pulau di gugusan kepulauan Canary milik Spanyol, adalah suatu daerah tujuan liburan. Dalam 48 jam belakangan tercatat ada 40 tremor berkekuatan 1,5 hingga 2,7 SR di laut dalam.

Walau tremor pada skala itu tidak terasa oleh penduduk, ada kekhawatiran meletusnya gunung berapi Cumbre Vieja yang sisi baratnya bisa ambruk ke laut sehingga memicu tsunami raksasa.

Mengingat letaknya di bagian barat benua Afrika, para peneliti memperingatkan bahwa tsunami tersebut bisa menghantam Spanyol, Inggris, dan pantai timur Amerika Serikat.

Dikutip dari Daily Mail pada Jumat (13/10/2017), La Palma yang berpenduduk 86 ribu jiwa adalah pulau paling utara di gugusan Kepulauan Canary. Jumlah penduduk membengkak saat musim liburan.

Pulau La Palma, bagian dari Kepulauan Canary di barat benua Afrika, dikenal sebagai daerah tujuan wisata. (Sumber Wikimedia Commons)

Seperti halnya pulau-pulau lain dalam gugusan tersebut, La Palma bersifat vulkanik dan dianggap yang paling aktif. Erupsi terkini pulau itu adalah ketika gunung Cumbre Vieja meletus pada 1971.

Penelitian kontroversial tahun 2013 itu dilakukan oleh Dr. Steven Ward dari University of California dan Dr. Simon Day dari Benfield Greig Hazard Research Centre di University College London.

Menurut penelitian yang dilaporkan dalam jurnal Geophysical Research Letters, gelembung air tanah dapat menggoyahkan bongkahan batu yang ukurannya bisa mencapai 500 kilometer kubik sehingga tercungkil menuju laut pada kecepatan 350 kilometer per jam.

Erupsi Cumbre Vieja diduga dapat menyebabkan longsor sehingga menimbulkan tsunami raksasa setinggi 900 meter. Dinding air pembawa maut itu dapat bergerak dalam kecepatan hingga 800 kilometer per jam. 

 

 

Bantahan Sesama Ilmuwan

Namun demikian, beberapa pakar lain memandang dugaan tersebut sebagai upaya menakut-nakuti. Dave Petley menuliskan dalam American Geophysical Union demikian, "Ketakutan seperti itu harus dibuang ke tong sampah selamanya."

Menurutnya, fenomena yang dikenal sebagai flank collapse itu hanya akan menyebabkan beberapa gelombang kecil. Ia menuliskan, "Beberapa flank collapse yang pernah ada terjadi dalam beberapa even kecil dan bukannya satu kejadian besar tunggal."

"Masing-masing kejadian itu memang bisa menyebabkan gelombang sangat besar dan bahkan tsunami lokal. Tapi tidak mampu menyebabkan megatsunami."

Ilustrasi kejadian runtuhnya punggung gunung -- flank collapse -- yang terjadi di gunung es Antartika Barat. (Sumber Wikimedia Commons)

Profesor Iain Stewart, direktur di Sustainable Earth Institute di Plymouth University, menjelaskan kepada Devon Live, "Saya tidak mau menyebutnya sebagai sampah, tapi hal itu belum pernah terjadi sejak awal peradaban."

"Jawaban singkatnya adalah bahwa hal itu belum pernah terjadi dalam 10 ribu tahun belakangan. Saat ini, tidak ada yang perlu dirisaukan."

Tremor terbesar dalam rentetan tremor terjadi jam 1 siang pada Sabtu lalu pada kekuatan 2,7 SR. Pusat tremor ada di kedalaman 28 kilometer. Dalam beberapa jam sesudahnya, tercatat 10 tremor susulan

Dengan demikian, hingga Selasa lalu telah terjadi 50 kali gempa mini, demikian menurut Lembaga Geografi Nasional IGN.

Rentetan kejadian belakangan ini dikenal sebagai "kerumunan seismik." Walaupun tidak biasa, tremor-tremor kecil dalam jumlah besar bukanlah hal yang tidak normal, demikian menurut María José Blanco, direktur IGN di Kepulauan Canary, kepada Canarias7.

Namun demikian wanita itu mengakui bahwa pihaknya belum pernah mencatat kerumunan seismik serupa itu sejak pemantauan dimulai di La Palma.

IGN dan Lembaga Vulkanologi Kepulauan Canary (Involcan) telah meningkatkan pengawasan di pulau itu untuk memantau peningkatan kegiatan seismik.

Juru bicara Involcan mengatakan kepada Canarias7 bahwa kerumunan seismik seperti itu normal saja untuk gunung berapi aktif seperti Cumbre Vieja.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya