Liputan6.com, Mogadishu - Sebuah bom berkekuatan besar meledak di area sibuk di dekat ibu kota Somalia, Mogadishu. Menurut polisi, peristiwa yang terjadi pada 14 Oktober 2017 itu menewaskan setidaknya 230 orang.
Bom yang diangkut menggunakan truk dan diledakkan di dekat pintu masuk Safari Hotel itu turut melukai ratusan lainnya.
"Ada lebih dari 300 orang yang terluka, beberapa di antara mereka terluka sangat serius," ujar pejabat kepolisian, Ibrahim Mohamed. Ia menambahkan, kemungkinan korban tewas akan bertambah.
Advertisement
Baca Juga
Hingga kini belum jelas siapa dalang serangan paling mematikan di Somalia sejak 2007 itu. Namun, Mogadishu adalah target bagi militan al-Shabab yang kontra dengan pemerintah.
Dikutip dari BBC, Senin (16/10/2017), Presiden Mohamed Abdullahi 'Farmajo' Mohamed telah mengumumkan hari berkabung selama tiga hari untuk menghormati para korban pemboman.
Media lokal melaporkan bahwa keluarga berkumpul di lokasi ledakan pada 15 Oktober pagi. Mereka mencari keluarga dan kerabat di antara puing-puing bangunan.
Sejumlah pejabat juga mengonfirmasi bahwa dua orang lainnya tewas dalam serangan bom kedua yang terjadi di distrik Madina, Somalia.
Seorang saksi mata yang juga merupakan warga setempat, Muhidin Ali, mengatakan bahwa ledakan itu adalah yang terbesar yang pernah ia lihat. "Ledakan itu menghancurkan seluruh area," ujar Ali.
Â
Jasad Sulit Dikenali
Direktur Madina Hospital, Mohamed Yusuf Hassan, mengatakan bahwa dirinya terkejut atas kuatnya serangan itu.
"Tujuh puluh dua orang yang mengalami luka-luka dibawa ke rumah sakit dan 25 di antaranya berada dalam kondisi serius. Beberapa di antaranya kehilangan tangan dan kaki mereka di lokasi kejadian," kata Hassan.
"Apa yang terjadi kemarin sangat mengejutkan, saya tak pernah melihat hal seperti ini sebelumnya, dan banyak orang kehilangan nyawanya. Jasad-jasad terbakar dan sulit dikenali," jelas dia.
Komunitas internasional dengan segera mengutuk serangan tersebut.
"Serangan pengecut semacam itu menguatkan kembali komitmen Amerika Serikat untuk membantu Somalia dan Uni Afrika guna memerangi bencana terorisme," demkian pernyataan dari Misi AS untuk Somalia.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson, mengungkapkan belasungkawa kepada para keluarga korban, rakyat, dan Pemerintah Somalia atas peristiwa tersebut.
"Mereka yang bertanggung jawab (atas ledakan) telah menunjukkan ketidakpedulian terhadap nyawa manusia atau penderitaan rakyat Somalia. Inggris akan terus mendukung Somalia dalam perang melawan terorisme," ujar pria yang akrab disapa BoJo itu.
Advertisement