Hadapi Atasan yang 'Rumit', Coba 7 Tips Berikut

Entah atasan yang 'rumit' itu cenderung psikotik ataupun tidak, berikut ini adalah 7 strategi yang dapat kita terapkan untuk meredam situasi

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 29 Okt 2017, 07:36 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2017, 07:36 WIB
Hadapi Bos Mudah Marah
Memberikan respon yang benar kepada bos Anda yang mudah marah akan membuat suasana kerja nyaman

Liputan6.com, Jakarta - Dalam suasana kerja, seorang atasan yang baik kadang-kadang bisa juga terasa seperti seorang tiran. Bukan hanya itu, tahukah Anda bahwa beberapa atasan sebenarnya adalah seorang psikopat?

Menurut suatu penelitian di Australia, sekitar 1 di antara 5 eksekutif perusahaan menunjukkan beberapa ciri yang secara klinis tergolong sebagai psikopat.

Sebagai perbandingan, dalam masyarakat umum, angkanya adalah 1 di antara 100 orang.

Dikutip dari USA Today pada Sabtu (28/10/2017), kita semua pernah mendapatkan atasan 'beracun' dalam suatu titik dalam karir kita.

Kadang-kadang keadaan membaik, atau sebaliknya memburuk dan kita tetap harus bergerak maju (move on). Apapun yang terjadi, jangan biarkan keadaan itu merusak kehidupan kita.

Entah atasan yang 'rumit' itu cenderung psikotik ataupun tidak, berikut ini adalah 7 strategi yang dapat kita terapkan untuk meredam situasi:

 

 


Kenali Keadaan, Kendalikan Reaksi

Ilustrasi Foto Bekerja di Kantor (iStockphoto)

1. Kenali Keadaan yang Dihadapi

Apakah atasan sedang memiliki hari yang buruk atau memang selalu begitu setiap saat?

Apakah ia sedang menghadapi faktor-faktor lain, misalnya tekanan dari atas, karyawan yang berulah, dan lain-lain, sehingga menjadi sangat galak kepada kita?

Atau sebaliknya kita yang terlalu keras terhadapnya? Pikirkanlah tentang apa yang kemungkinian menjadi penyebab perilakunya yang tidak menyenangkan itu.

Mungkin memang tidak bisa menjadi pembenaran atau tidak juga membuat hari kita lebih nyaman untuk dihadapi, tapi semua orang pernah memiliki hari yang buruk.

Penting bagi kita untuk mengetahui apakah itu memang caranya atasan bekerja atau hanya masalah tunggal yang kebetulan hadir.

2. Catatan Tertulis

Jika atasan pembuat kekacauan itu meminta melakukan sesuatu, tapi kemudian mengatakan bahwa kita dimintai sesuatu yang sama sekali berbeda, maka hasilnya hanyalah sekadar adu mulut.

Tuliskan apapun sebisa mungkin. Misalnya, jika kita diberi instruksi verbal, segera pastikan melalui surel singkat sehingga semua pihak memiliki catatan tertulis tentang apa yang dibicarakan atau dimintakan.

3. Berhenti dan Mengatur Nafas

Jika kita sedang memiliki konflik dengan atasan, reaksi langsung secara panas mungkin akan menjadi sesuatu yang akan kita sesali nantinya.

Tahan diri sejenak, ambil nafas, dan pikirkan tentang reaksi kita. Sekali lagi, pikirkan tentang tentang "mengapa" ia berperilaku demikian sehingga ini bisa membantu mencegah kita dari reaksi yang berdasarkan stres semata.

 


Hindari Pemicu dan Eskalasi Seperlunya

Ilustrasi Foto Bekerja di Kantor (iStockphoto)

4. Ketahui dan Hindari Pemicu

Apakah atasan selalu meledak setiap kali ada seseorang yang terlambat. Berhati-hatilah dengan waktu tiba kita sendiri.

Apakah ia bawel karena kesalahan penulisan dalam surel? Baca ulang (proofread) lagi dua kali sebelum mengirim surel.

Jika memang ada pola perilaku pada atasan yang pemarah, maka sebaiknya kita mengetahui polanya dan belajar untuk mengatasi pemicunya sebelum ada kejadian.

5. Strategi Komunikasi

Ada metode lazim bersifat terapi untuk memperbaiki komunikasi. Gunakan cara mendengarkan secara aktif (active listening) dengan mengulang kembali apa yang baru saja dikatakan dan minta penegasan seperlunya.

Banyak konflik terjadi karena orang merasa tidak didengarkan atau dimengerti. Sehingga, kalau atasan merasa kita tidak mendengarkan, dugaan itu bisa memperparah konflik.

6. Jangan Sampai Terjerembab

Kita punya pekerjaan yang harus diselesaikan. Jika kita membiarkan hubungan beracun dengan atasan berdampak pada pekerjaan atau perilaku, hal itu tidak akan membantu.

Cobalah untuk tidak menganggapnya bersifat pribadi atau membiarkannya berdampak kepada mutu pekerjaan kita.

Jika kita bisa malah meledak karena frustrasi dengan atasan, hal itu bisa menyebabkan reputasi profesional kita terganggu.

7. Eskalasi, Jika Perlu

Jika perusahaan memiliki cara rahasia untuk menyuarakan pengaduan kepada bagian sumber daya manusia atau yang serupa tugasnya dan kita merasa telah nyaris ambruk, cobalah bawa isu itu kepada mereka.

Jika kita merasa tersiksa berangkat kerja setiap hari karena derita yang menunggu selama 8 jam di kantor, itu bukanlah situasi yang baik bagi kita ataupun perusahaan.

Pikirkanlah mencari cara internal dan netral untuk mengadukan situasi tersebut.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya