Liputan6.com, Jakarta - Sebagai seorang pekerja, terkadang perasaan bersalah kerap muncul. Entah karena pekerjaan diburu tenggat waktu, terlalu lama di kantor dan kehilangan waktu untuk keluarga, atau mengabaikan email pribadi.
Kepada pemberi pekerjaan, rasa bersalah juga kerap membayangi sehingga tak ayal terlalu sering meminta maaf. Untuk sesuatu hal yang dilakukan dengan baik, terkadang juga masih saja ada rasa bersalah.
Seperti menyelesaikan rencana kerja lebih cepat dari rekan-rekan kerja, tapi malah minta maaf karena selesai duluan. Atau ketika mendapat promosi mendahului pegawai lain, apakah harus meminta maaf?
Advertisement
Tenggang rasa dan bersyukur memang menjadi kualitas jalur karier seorang yang sukses. Namun, percaya diri dan yakin dengan kemampuan dan tanggung jawab sendiri tak kalah penting.
Kerendahan hati yang tidak pada tempatnya malah bisa membuat orang tak suka.
Baca Juga
Seorang pembimbing karier bernama Tina Mertel menjelaskan, "Percaya diri harus menjadi perangkat terbaik bagi karier, tentunya dengan anggapan bahwa kita berada dalam pekerjaan yang cocok dengan kemampuan."
"Tanpa rasa percaya diri, pemberi kerja mungkin tidak akan menemukan kita. Semua hal tentang pencarian kerja dan mendapat promosi dalam karier didukung oleh rasa percaya diri."
Ia melanjutkan, "Rasa percaya diri memungkinkan kita menyatakan apa yang selayaknya bagi kita, apa yang melewati batas, dan apa yang kita inginkan."
"Percaya diri juga membantu membangun hubungan dengan mereka yang kita arahkan, rekan sepantar, pelanggan, dan vendor. Tanpa percaya diri, mungkin kita hanya bisa berharap agar diketahui atau malah heran karena karya kita tidak dihargai."
Berikut tujuh hal yang tak patut kita mintakan maaf di tempat kerja, dikutip dari theladders.com pada Sabtu (26/8/2017):
1. Hal-Hal di Luar Kendali
Sebagai seorang pekerja keras profesional, ada bagian tertentu dalam karier yang harus dimiliki. Misalnya, tenggat dan partisipasi aktif dalam rapat, dan mematuhi arahan.
Namun, dalam industri mana pun, selalu ada pengalaman yang tak bisa dikendalikan. Seberapa pun bagusnya kita melakukan pekerjaan.
Banyak di antara hal tersebut berkaitan dengan bagaimana orang lain atau tim lain berperilaku.
Menurut Mertel, "Ambil contoh ketika klien salah interpretasi tentang kita, padahal kita mengira semua sudah jelas. Cukup suguhkan fakta, sampaikan kepada manajer, dan bertanya atau usul apa yang harus kita lakukan berikutnya. Tidak usah minta maaf."
Lakukan yang terbaik dalam bekerja.
Walaupun situasi itu bisa menyebabkan perusahaan atau atasan terlihat buruk, jika sudah melakukan yang terbaik, maka tak perlu meminta maaf untuk suatu reaksi yang tak bisa diprediksi.
Advertisement
2. Bekerja Lebih Cepat Dibandingkan Orang Lain
Jika bekerja lebih cepat dari yang lain, jangan merasa bersalah. Mungkin kita lebih fokus menyelesaikannya, daripada rekan lain yang menghabiskan terlalu banyak waktu di Facebook atau chatting atau malah menunggu waktu pengumpulan tugas.
Setiap orang memiliki gaya bekerja yang berbeda, sehingga tidak ada yang benar atau salah. Namun, tidak ada yang perlu dimintakan maaf jika pekerjaannya Anda rampung lebih awal.
Amy Cooper Hakim, PhD menjelaskan, "Kadang-kadang orang merasa nyaman jika mereka bisa menyerahkan sebagian pekerjaan lebih awal. Itu bagus dan bertanggung jawab."
"Menyerahkan pekerjaan lebih awal menunjukkan bahwa kita telah merencanakan waktu secara baik dan terorganisasi."
3. Terusik oleh Sesuatu yang Tidak Benar
Tak ada orang yang suka dengan tukang mengadu.
Jika kita melihat sesuatu yang kita tahu bisa menjadi ancaman bagi karyawan atau perusahaan secara keseluruhan, kita harus mengikuti naluri dan angkat suara.
"Jika kita menyatakan kebenaran, hal itu mungkin tidak nyaman tapi diperlukan," demikian menurut Mertel.
Â
Advertisement
4. Vokal dalam Rapat
Dalam suatu rapat yang panjang, kadang-kadang kita lebih gampang mengangguk setuju daripada memaksa otak berpikir. Namun, kalau tak ikut berpikir, maka kita bukanlah anggota produktif dalam tim.
Seorang ahli psikologi bisnis bernama Kate Sullivan menjelaskan, bahwa jika kita memiliki pendapat yang berguna dalam rapat, maka kita tidak perlu meminta maaf karena membagikannya dalam kelompok.
Wanita yang juga menjadi pendamping karier itu melanjutkan, "Rapat-rapat adalah untuk pertukaran gagasan. Jika semuanya sudah ditentukan dan tidak perlu ada masukan, maka itu lewat memo saja."
"Jadi jangan merasa bersalah karena memberikan masukan, karena itulah gunanya rapat-rapat."
Katakan secara langsung tanpa perlu minta maaf. Namun, dengan suatu catatan penting: jika benar-benar perlu memberikan pendapat, kaitkan apa yang kita utarakan dengan apa yang dikatakan orang lain.
5. Fokus pada Pekerjaan
Obrolan ringan di sekitar area untuk minum memang bisa penuh dengan gosip, tapi hal itu bukanlah cara produktif dalam mengisi hari kerja.
Jika salah satu rekan kerja mengajak berbincang, tak perlu meminta maaf saat kita akan kembali bekerja karena jam kerja belum usai.
Katakan secara sopan dan langsung, jelaskan bahwa kita punya tenggat waktu dan mau saja mengobrol di lain waktu.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Advertisement
6. Liburan atau Saat-Saat Pribadi
Istirahat bukan hanya diperlukan, melainkan juga menyehatkan bagi kesehatan mental dan kebahagiaan.
Karier kita tak bisa berkembang jika tak meluangkan waktu untuk peduli kepada diri sendiri dan bersantai seperti di pantai, atau berwisata ke berbagai tempat.
"Daripada mengabaikan liburan atau meminta maaf karena meminta waktu senggang, pandanglah itu sebagai transaksi finansial."
Meminta maaf atas hak adalah hal yang tidak masuk akal. Seperti meminta maaf karena meminta pembayaran kita.
Solusinya, ambil jatah liburan tanpa merasa bersalah dan tanpa perlu meminta maaf.
7. Batasan Waktu Kita
Kita tak pernah perlu meminta maaf karena telah selesai bekerja, pulang, atau keluar dari situasi yang membuat kita merasa tidak nyaman sebagai pegawai.
Menurut Sullivan, "Kita bekerja dalam beberapa jam tertentu di suatu hari dan tidak ada salahnya kalau tidak bisa melakukan pekerjaan pada tengah malam atau pada hari Minggu."
"Tegaslah tentang kapan kita akan atau tidak akan bekerja, dan taatilah itu tanpa perlu meminta maaf. Itulah hak kita untuk memiliki waktu pribadi."
"Dan hal itu juga menjadi contoh yang baik bagi orang lain dalam tim, untuk mulai mengatur ketersediaan mereka serta menetapkan batasan pada keseimbangan hidup mereka."
"Itu akan membantu semua orang dalam tim untuk meraih kinerja yang lebih baik, karena mereka akan bisa mengisi ulang (recharge) di luar kantor daripada terus-menerus check in ke kantor."
Advertisement