Liputan6.com, Bern - Seorang remaja obesitas dengan bobot 279 kilogram tewas di sebuah tempat rehabilitasi di Swiss. Ia berada di fasilitas itu untuk menjalani program rehabilitasi gangguan makan berlebihan yang dideritanya.
Dikutip dari Daily Mail, Selasa (6/11/2017), remaja berumur 17 tahun bernama Fabian M itu mengikuti perawatan khusus setelah berat badannya terus bertambah.
Ia dijadwalkan untuk menjalani operasi pengecilan lambung di rumah rehabilitasi di Winterthur tersebut. Namun entah bagaimana, ia tetap bisa memesan piza, chicken nugget, dan burger yang dikirimkan ke depan pintu kliniknya -- lalu ia makan sembunyi-sembunyi.
Advertisement
Baca Juga
Namun beberapa hari lalu, polisi menemukannya tergeletak tak bernyawa di lantai kamar. Para penyelidik meyakini bahwa ia kekurangan oksigen, diduga ia tak bisa bernapas karena tertindih tubuhnya sendiri.
Para petugas masih menginvestigasi penyebab kematian remaja obesitas itu. Namun, banyak yang meyakini bahwa ia meninggal setelah terjatuh dari kursi.
Pasalnya, dengan berat badannya yang terbilang ekstrem, sulit baginya untuk berdiri tanpa bantuan.
"Saya belum pernah melihat sebuah kasus dengan konsekuensi yang seserius (seperti ini)," ujar ketua dari Swiss Obesity Foundation, Heinrich von Grunigen.
"Jika ketagihannya cukup parah, harusnya ada seseorang yang membantunya menghindari untuk mendapatkan makanan," lanjut Heinrich.
Makan Berlebihan Sejak Kanak-Kanak
Dalam sebuah wawancara, adik perempuan korban, Dajena M menyebutkan bahwa penyakit makan berlebihan kakaknya sudah dimulai sejak masih anak-anak.
Saat kanak-kanak, Fabian menangis sepanjang hari setiap ibunya bekerja. Hal itu membuat dirinya sering sakit dan membutuhkan banyak asupan makanan untuk meningkatkan kembali daya tahan tubuhnya.
Fabian mulai di-bully saat berada di tempat penitipan anak, di mana persoalan makan berlebihannya mulai memuncak.
Dajena mengatakan, ia dan keluarganya sudah mencoba berkali-kali untuk membantu kakaknya dengan cara mengosongkan isi kulkas. Mereka juga mengambil semua makanan yang ada di rumah. Remaja itu secara rutin juga mengunci dirinya di dalam kamar untuk menghindari diri dari hasrat ingin mengemil.
Namun pada akhirnya, Fabian didaftarkan kepada seorang ahli untuk menyembuhkan penyakitnya. Namun, keluarga tidak percaya Fabian mendapatkan perawatan yang sesuai karena ia "selalu dihukum".
Saat terakhir kali keluarganya menjenguknya, Fabian mengatakan kepada ibunya bahwa ia sangat tersiksa. Namun, mereka mengatakan bahwa para suster tak ingin menelepon ambulans untuk merespons kondisi Fabian.
"Mereka harus bertanggung jawab (atas kejadian ini). Dia tidak seharusnya meninggal dalam umur yang sangat muda, hanya karena kegagalan pihak berwenang," ujar Dajena.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement