Liputan6.com, Yanji - Mungkin di antara Anda ada yang tidak tahu banyak tentang makanan Korea. Namun, Anda tentu setidaknya pernah mendengar tentang kimchi. Makanan ini telah mendunia, bahkan hari ini, 22 November, adalah Kimchi Day. Saking terkenalnya, pada 2008, kimchi dibawa ke ruang angkasa bersama astronaut Korsel, Ko San.
Fermentasi sawi dan acar adalah makanan pokok masakan Korea dan mulai populer di kalangan pencinta makanan di seluruh dunia.
Meskipun berasal dari Korea, kimchi di meja makan restoran di Korea Selatan diklaim dalam beberapa tahun terakhir sebagian besar telah diimpor dari China. Demikian seperti dikutip dari ECNS.cn pada Rabu (22/11/2017).
Advertisement
Di Kota Yanji di Provinsi Jilin, China timur laut, pemilik restoran Piao Lina membuat kimchi untuk para pengunjungnya setiap hari. Hal itu adalah sebuah keterampilan yang diwarisi dari ibunya.
"Hampir setiap wanita etnis Chaoxian tahu bagaimana cara membuat kimchi," kata Piao.
"Ini adalah tradisi keluarga. Sekitar tahun ini, seluruh keluarga berkumpul dan membuat kimchi bersama."
Namun, karena harus membuat kimchi dalam skala besar, tradisi berkumpul yang kalau di Korea dikenal dengan sebutan kimjang, di Chaoxian hal itu pun pudar.
Jingangshan, salah satu produsen kimchi terbesar di Yanji, memproduksi sekitar 20 ton setiap hari. Langkah-langkahnya tidak berbeda dengan yang dilakukan Piao, tapi semuanya dikerjakan oleh mesin.
Sawi dipotong setengah dan dilapisi garam selama 16 jam, sebelum dibilas dan dikeringkan. Salah satu langkah terpenting dalam pembuatan kimchi adalah mencampur kubis dengan saus.
Saus rahasia, yang berisi lebih dari selusin rempah-rempah China, pertama-tama harus digosok ke kubis dengan tangan kosong. Setelah itu, kubis difermentasi selama 10 hari.
Kimchi buatan China yang diproduksi oleh Jingangshan akan segera memasuki Korea Selatan, yang mengimpor sekitar 250-1.000 ton kimchi dari China setiap tahunnya.
Saat ini, sebagian besar produk impor didistribusikan ke restoran, bukan rumah pribadi, menurut Ha Jaeho, direktur umum di World Kimchi Institute.
"Artinya, kebanyakan keluarga menghasilkan kimchi sendiri dan mengonsumsi kimchi yang diproduksi di Korea. Sementara, restoran di sana menekankan pentingnya harga, jadi mereka ingin membeli yang lebih murah."
Ha mengatakan konsumen Korea Selatan memiliki kekhawatiran tentang kondisi keamanan pangan di China. Tapi menurut pemilik Jingangshan Food Co, Zhao Yongzhe, kimchi China telah memenuhi standar internasional.
"Peraturan China tentang produksi kimchi lebih ketat daripada di Korea Selatan dan negara-negara Eropa lainnya, terutama dalam pemeriksaan bakteri dan penggunaan aditif," kata Zhao.
Pada Kimchi Day hari ini, perusahaan itu bertujuan untuk menjadi pabrik kimchi terbesar di dunia, mengekspor makanan populer Korea itu ke seluruh dunia.
UNESCO Pilih Kimchi Korut Sebagai Warisan Budaya
Pada 2015 lalu, UNESCO menganugerahkan kimchi Korea Utara sebagai warisan budaya nonbendawi (Intangible Cultural Heritage).
Badan PBB tersebut telah mencicip panganan wajib menjelang musim dingin di dua Korea itu. Namun, menurut panitia penyelenggara, rasa asinan pedas asam kol, sawi dan lobak itu paling enak dirasa dari Korea Utara.
Kimchi bukanlah penganan pabrikan. Rumah-rumah tangga di Korea mempersiapkan makanan itu tiap tahunnya. Biasanya ada variasi rasa, namun keseluruhan tetap sama, yaitu asam dan pedas.
Sudah menjadi tradisi, selalu ada ketengangan antara dua Korea itu, siapa yang lebih enak rasanya.
Secara umum, kimchi ala Korut sedikit tidak terlalu pedas dibandingkan saudaranya di Selatan. Hal itu kemungkinan disebabkan susahnya cabai tumbuh di bagian Utara.
Status Intangible Cultural Heritage diberikan kepada kesenian dan kegiatan yang UNESCO rasa penting bagi keberlangsungan warisan budaya serta butuh dilindungi. Kimchi salah satunya.
Tak hanya rasanya yang unik, namun filosofi pembuatan secara sosial dan kapan waktu yang tepat untuk dimakan itulah alasan mengapa kimchi pantas diganjar penghargaan.
"Orang Korea selama membuat kimchi berbagi satu sama lain. Mereka juga saling tolong menolong membantu menyiapkan atau bertukar bahan mentahnya. Dan keakraban itu lebih terasa di Utara dibanding di Selatan," kata dokumen UNESCO seperti dilansir dari BBC, November tahun lalu.
"Warga Korea semakin akrab menjelang akhir November hingga awal Desember untuk menyiapkan kimchi melewati musim dingin yang kejam di negara itu. Tradisi tersebut berkontribusi kepada persatuan sosial karena cara pembuatannya melibatkan tetangga, keluarga, komunitas dan organisasi," cantum dokumen itu.
Langkah itu sempat menuai kritikan dari Korea Selatan. Namun, keputusan sudah bulat, Utaralah jadi pemenangnya.
Advertisement