3 Produk Ini Jadi Andalan Indonesia dalam Pameran di China

Pameran impor berskala internasional akan diikuti Indonesia. Ini tiga produk yang rencanaya dipamerkan RI.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 13 Mar 2018, 20:40 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2018, 20:40 WIB
Temuan Bibit Baru Siap Tingkatkan Produktivitas Minyak Kelapa Sawit Indonesia
(Ilustrasi) Bibit kelapa sawit. Produk agrikultur itu menjadi salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia. China merupakan salah satu negara yang mengimpor secara besar sawit dari Indonesia (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia akan memamerkan produk-produk andalan dari sektor agrikultur, barang konsumsi (consumer goods), dan jasa pariwisata dalam pameran komoditas impor akbar berskala internasional yang akan digelar di China pada akhir tahun mendatang.

Hal itu diutarakan Kementerian Perdagangan RI dalam sosialisasi The First China International Import Expo (CIIE) 2018, yang rencananya digelar di Shanghai pada 5 - 10 November tahun ini, menghadirkan kurang lebih 100 negara yang akan memamerkan beragam produk barang dan jasanya untuk pasar di China.

Sosialisasi itu dilakukan bersama Kementerian Perdagangan Tiongkok, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), serta para pelaku bisnis Tanah Air di Gedung Kemendag RI, Jakarta, Selasa 13 Maret 2018.

"Kita akan berfokus memamerkan produk-produk andalan dari tiga sektor; agrikultur, consumer goods, dan jasa pariwisata dalam CIIE 2018 nanti," kata Arlinda, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag RI, dalam sosialisasi CIIE 2018 di Jakarta, Selasa (13/3/2018).

Kendati demikian, Arlinda juga berharap agar produk sektor lain tetap memamerkan produk-produknya di CIIE 2018.

"Furniture juga berpotensi. Produsen otomotif, elektronik, dan lain sebagainya, semua bisa memasarkan produknya ke sana," tambah Arlinda.

Sang Dirjen juga mengatakan bahwa pihak Kemendag RI akan turut melakukan sosialisasi CIIE kepada pemerintah daerah agar para pelaku usaha dan UKM di pelosok mampu berpartisipasi memasarkan produknya ke China.

Kemendag menilai, keikutsertaan dalam pameran -- yang diproyeksikan akan dihadiri oleh sekitar 150.000 pembeli dan investor potensial -- itu dinilai strategis dan berpotensi besar bagi Indonesia.

Karena, keikutsertaan itu mampu meningkatkan geliat ekspor RI dan membuka akses masuk bagi produk barang dan jasa Indonesia (mikro hingga makro), ke pasar Tiongkok yang marak -- mengingat statusnya sebagai negara berpopulasi terbesar di dunia dengan daya konsumsi yang tinggi.

Minister Consuler for Economic and Business Kedutaan China di Indonesia Wang Liping, yang ikut dalam sesi itu menambahkan, "Kegiatan ini menjadi sebuah kesempatan emas bagi para produsen Indonesia, karena, Anda dapat memasarkan produk berwujud dan tidak berwujud yang anda punya."

Melengkapi, Anggota Kamar Dagang dan Industri Indonesia Komite Tiongkok (KIKT), Tjoek Sugiharto mendorong agar semua pelaku usaha yang selama ini kesulitan menembus pasar China mampu memanfaatkan dengan baik momentum CIIE.

"Salah satunya produsen obat-obatan sempat bercerita ke KIKT tentang kesulitan menembus pasar Tiongkok. Dengan adanya CIIE, mereka kini mampu memiliki akses, dan termasuk berskala internasional pula," kata Tjoek mengomentari perhelatan CIIE di Shanghai, China November mendatang.

Kekhawatiran UKM Indonesia

Perwakilan Kementerian Perdagangan RI dan Kementerian Perdagangan China, Kadin Indonesia serta para pelaku bisnis barang dan jasa Tanah Air, saat sosialisasi China International Import Expo 2018 di Kemendag RI Jakarta (Rizki Akbar Hasan/Liputan6.com)
Perwakilan Kementerian Perdagangan RI dan Kementerian Perdagangan China, Kadin Indonesia serta para pelaku bisnis barang dan jasa Tanah Air, saat sosialisasi China International Import Expo 2018 di Kemendag RI Jakarta (Rizki Akbar Hasan/Liputan6.com)

Beberapa pelaku usaha menaruh sejumlah kekhawatiran terkait partisipasinya dalam CIIE 2018.

Salah seorang anggota komunitas tenun dan perhiasan berbasis perak Indonesia mengutarakan sejumlah hal seputar market intelligence dan perlindungan serta lisensi produk yang akan dipamerkan dalam CIIE 2018.

"Saya mengaku agak khawatir, seberapa jauh market dan economy intelligence dari pemerintah Indonesia terhadap gelaran pameran itu, serta seberapa jauh pemerintah menjamin perlindungan terhadap produk dari RI, terutama yang UKM, pada tahun-tahun ke depannya," ujar seorang anggota komunitas tenun dan perhiasan berbasis perak Indonesia.

Ia juga mengaku khawatir, usai perhelatan itu, produk-produk UKM yang sejatinya orisinal Indonesia justru akan ditiru dan diproduksi secara massal oleg entitas China.

"Apakah nanti produk kita akan ditiru dan diproduksi ulang oleh mereka, terkhusus yang UKM ya. Nanti jangan sampai usai perhelatan ini, posisinya terbalik, malah makin banyak kita impor produk dari China." lanjutnya.

Selain itu, ia juga mempertanyakan seberapa terjamin produk-produk yang akan dipamerkan di sana akan laku di pasar China.

"Jangan kita berbondong-bondong datang dan sewa booth di sana, tapi barang kita di sana justru gak laku karena market dan economy intteligence dari pemerintah kurang komprehensif," lanjutnya.

Merespons kekhawatiran itu, pihak Kamar Dagang dan Industri Indonesia Komite Tiongkok (KIKT), mengimbau agar para pelaku bisnis dan usaha yang berniat terlibat tak usah terlampau cemas.

"Kekhawatiran-kekhawatiran itu akan kami bicarakan dengan pihak Kementerian Perdagangan RI, termasuk terkait penjaminan produk-produk yang akan dipamerkan," ujar Tjoek Sugiharto, anggota KIKT dalam perhelatan yang sama.

"Risiko memang ada, tapi kami menganjurkan agar para pelaku tetap berani memasarkan produknya di CIIE, mengingat potensinya yang begitu besar," lanjutnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya