KTT Liga Arab 2018 Singgung Yerusalem, Palestina-Israel, Iran, dan Suriah

Konferensi Tingkat Tinggi Liga Arab telah dilaksanakan di King Abdulaziz Center for World Culture, Dhahran, Arab Saudi pada 15 April 2018.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 16 Apr 2018, 19:26 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2018, 19:26 WIB
Ilustrasi Yerusalem (iStock)
Ilustrasi Yerusalem. Kota berjuluk Al Quds Al Sharif menjadi salah satu isu yang dibahas dalam KTT Liga Arab 2018 di Dhahran, Arab Saudi (iStock)

Liputan6.com, Dhahran - Konferensi Tingkat Tinggi Liga Arab telah dilaksanakan di King Abdulaziz Center for World Culture, Dhahran, Arab Saudi pada 15 April 2018.

Dalam KTT tersebut, para perwakilan 22 negara anggota Liga Arab menyerukan sejumlah pernyataan sikap seputar situasi terkini di kawasan, meliputi; Yerusalem, konflik Palestina - Israel, pengaruh kebijakan Iran, dan eskalasi tensi militer di Suriah. Demikian seperti Liputan6.com kutip dari berbagai sumber (16/4/2018).

Seperti dilansir Xinhua, pertemuan itu menyuarakan penolakan negara-negara Arab terhadap pendudukan Israel di Yerusalem. Serta, langkah sepihak Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Al Quds Al Sharif sebagai ibu kota Negeri Bintang David pada Desember 2017 lalu.

Raja Abdullah II dari Yordania, yang membuka KTT Arab ke-29 itu, menekankan perlunya solusi dua negara dan mengutuk keputusan AS untuk memindahkan kedutaannya ke Yerusalem.

Sementara Raja Salman dari Arab Saudi turut mengutuk langkah AS serta menekankan perlunya penetapan Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota Palestina yang merdeka.

"Kami menegaskan kembali penolakan kami terhadap keputusan AS tentang Yerusalem ... Dan Yerusalem Timur adalah bagian integral dari wilayah Palestina," kata Raja Salman.

Menyikapi pernyataan itu, Menteri Luar Negeri Palestina Riad Malki mengungkapkan bahwa surat-surat resmi resmi akan dikirim ke Arab Saudi, Ketua KTT Liga Arab, dan Sekretariat Jenderal Liga Arab untuk menyerukan langkah-langkah tersinkronisasi untuk melaksanakan keputusan yang terkait dengan Palestina.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Soal Iran, Suriah, dan Yaman

Luluh Lantak, Begini Kerusakan Parah di Suriah Usai Diserang AS
Kondisi bangunan Pusat Penelitian Ilmiah Suriah yang hancur parah usai diserang oleh AS dan sekutunya di Barzeh, Damaskus (14/4). AS dan sekutunya, yakni Inggris dan Perancis menyerang Suriah melalui serangan udara pada Sabtu malam. (AP/Hassan Ammar)

Sementara itu, peserta konferensi juga mendesak diselenggarakannya penyelidikan terhadap dugaan penggunaan senjata kimia di Suriah. Serta, campur tangan proxy atau kebijakan pengaruh Iran di negara-negara yang tengah dilanda perang saudara menahun, seperti Suriah dan Yaman.

"Kami mendesak dilakukannya penyelidikan internasional demi menjamin hukum internasional kepada pelaku yang terbukti menggunakannya," kata pernyataan gabungan KTT Liga Arab seperti dikutip dari Radio Free Europe.

Pernyataan itu juga menyerukan lebih banyak sanksi internasional terhadap Iran dan mendesak Negeri Para Mullah untuk menarik pasukan milisinya dari Suriah dan Yaman.

Iran telah menjadi pendukung utama Presiden Suriah Bashar al-Assad, dengan mengirim milisi Syiah untuk bertarung bersama pasukan pemerintah. Di Yaman, pemberontak Houthi yang didukung Iran telah menguasai sebagian besar negara itu, termasuk ibu kota Sana'a.

Di sisi lain, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Qasemi mengatakan kecaman Liga Arab adalah hasil dari tekanan dari Arab Saudi, saingan regional Tehran.

Arab Saudi Sumbang Dana untuk Pemeliharaan Masjid Al Aqsa

Dalam kesempatan yang sama, Raja Salman dari Arab Saudi mengumumkan akan menyumbangkan dana US$ 150 juta untuk pemeliharaan administrasi keagamaan yang mengawasi Masjid Al Aqsa di Yerusalem.

Negeri Petrodollar juga akan memberikan dana bantuan senilai US$ 50 juta untuk Badan Bantuan dan Penanganan Pengungsi Palestina (UNRWA) -- lembaga yang tengah mengalami paceklik fulus, menyusul keputusan Amerika Serikat memotong anggaran mereka.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya