Gara-Gara Es Krim Enak di Palestina, Warga Israel Nekat Menyusup

Salah satu kedai es krim di Palestina ramai diserbu pengunjung setiap hari. Bahkan, kebanyakan berasal dari Israel. Bagaimana mereka bisa melewati perbatasan?

oleh Afra Augesti diperbarui 17 Apr 2018, 15:27 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2018, 15:27 WIB
Ilustrasi Es Krim (iStock)
Ilustrasi Es Krim (iStock)

Liputan6.com, Yerusalem - Konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel terus memanas. Demonstrasi besar-besaran yang berlangsung di perbatasan Jalur Gaza-Israel kian tegang. Puluhan nyawa melayang, termasuk warga sipil.

Namun di satu sisi, tepatnya di Ramallah, potret mengerikan itu tak terlihat. Bahkan, bisa dibilang tidak ada, cuma karena es krim. Di kota ini, ada sebuah kedai yang khusus menjual es krim. Setiap harinya, ratusan orang "menyerbu" tempat itu dan menjadi pelanggan tetap lantaran ketagihan, termasuk warga Israel.

Kedai Rukab Ice Cream menjual berbagai varian rasa penganan manis tersebut. Tekstur es krimnya agak lengket dan melar, seperti keju leleh. Inilah yang menjadikan orang-orang Israel nekat menyusup masuk Palestina demi bisa menikmatinya.

Ramallah adalah kota administratif Otoritas Nasional Palestina, maka orang Israel tidak diizinkan pergi ke sana. Menurut Perjanjian Oslo II yang ditandatangani September 1995, sejumlah wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza dipisah menjadi beberapa bagian, yaitu Area A, B dan C.

Area-area ini nantinya bakal diakui oleh pemerintah Israel dan Otoritas Palestina. Kota-kota seperti Ramallah, masuk ke Area A. Di lokasi ini, baik layanan sipil dan keamanan, diberikan oleh Palestina.

Meskipun Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sering memasuki daerah ini untuk menangkap orang-orang yang dicurigai sebagai militan, warga sipil Israel juga "diharamkan" memasuki wilayah tersebut.

Sementara itu, Area B berada di bawah kendali Israel-Palestina. Dengan demikian secara teknis, tidak boleh ada pemukiman Israel di sana. Area C adalah lokasi manapun di Tepi Barat yang berada di bawah kendali penuh Israel, termasuk pos-pos dan pemukiman Israel.

Tanda-tanda peringatan resmi yang mengarah ke Area A, mencakup Ramallah, berbunyi: "Warga Israel dilarang masuk. Kawasan ini bahaya. Masuk tanpa izin sama saja menentang hukum Israel."

Larangan ini juga berlaku bagi warga Israel yang ingin beli es krim legendaris di Kedai Rukab Ice Cream, seperti dikutip dari Munchies, Selasa (17/4/2018). Warung sederhana tersebut berlokasi sekitar tiga blok di sebelah timur alun-alun, di Jalan Rukab, Ramallah.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

Es Krim Khas

Es Krim
Ilustrasi Foto Es Krim (iStockphoto)

Kedai yang hanya buka pada malam hari ini sudah beroperasi sejak 1941. Rukab Ice Cream terkenal berkat dondurma buatannya, es krim ala Turki yang terbuat dari mastic (ekstrak pohon damar).

Mastic jenis ini, tetesan resin yang mengeras yang dikumpulkan dan diimpor dari Pulau Chios di Yunani, memberikan esensi lengket khas dan rasa unik pada es krim Rukab.

Ada banyak varian rasa yang disuguhkan penjual Rukab Ice Cream, tapi yang paling sering dibeli pelanggan adalah rasa pisang, stroberi, dan pistachio.

Walaupun semua varian rasa mengandung resin mastic, tapi ada satu rasa yang paling menarik, yang merupakan resep asli kedai ini, yaitu Gum Arab Rukab. Es krim yang terbuat dari susu, gula, dan mastic tersebut terasa creamy. Sekilas cita rasanya mirip kayu manis.

Jimmy Rukab, pemilik sekaligus pengelola Rukab Ice Cream, menceritakan sejarah kedai yang diwarisi turun temurun dari keluarganya.

"Kakek saya membuka kedai ini pada 1941, tapi Beliau sudah menjual es krim dorong jauh sebelum itu. Ayahnya bekerja di kebun jeruk di Jaffa dan meninggal secara tiba-tiba. Kakek saya masih berusia 15 saat itu dan keluarganya harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," katanya.

"Ibunya (nenek buyut) memiliki resep es krim Turki yang menggunakan resin mastic. Dia membuat sekaleng es krim setiap hari, dia jual di pinggir jalan. Semuanya berawal dari kebutuhan untuk bertahan hidup," kenang Jimmy.

Rukab Ice Cream bertempat di sudut jalan, dengan neon warna merah jambu menyala di atas toko. Jika diamati lebih dekat, kerusakan sudah terlihat di bagian luarnya akibat konflik baru-baru ini.

"Kadang-kadang, ada sekelompok orang Israel yang menyelusup ke Ramallah dengan paspor Kanada palsu. Mereka cuma ingin membeli es krim di sini. Meski mereka mencoba untuk berpura-pura, saya tetap bisa mengenali aksen khasnya," ungkap Jimmy.

"Kami baru saja membuat es krim pisang karamel dari resep toffee bikinan saudara perempuanku. Banyak orang yang mengetahui rasa baru ini dan penasaran ingin mencobanya."

Seusainya bercerita, Jimmy menunjukkan 30 bekas tembakan peluru karet dan amunisi di berbagai sudut kedainya. Insiden ini terjadi pada malam hari. Namun keesokan paginya, semua sudah kembali normal dan seolah tidak terjadi apa-apa.

Ramallah, yang terletak hanya 9,6 kilometer di utara Yerusalem, dianggap sebagai kota Palestina paling liberal. Al-Manara Square, bundaran lalu lintas dengan lima patung singa di tengahnya, adalah pusat kota tidak resmi.

Selain sebagai penunjuk jalan, Al-Manara juga merupakan wilayah de facto Otoritas Palestina yang konsisten memprotes blokade sekaligus penjajahan pemerintah Israel.

Pada malam hari, warga dan turis memadati restoran, kelab malam, kedai kebab, dan bermacam bar yang ada di pinggir jalan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya