Liputan6.com, Wina - Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang terafiliasi PBB mengatakan bahwa tidak ada indikasi kredibel mengenai aktivitas pengembangan senjata nuklir Iran setelah 2009.
Laporan yang disajikan oleh Kepala IAEA Yukiya Amano itu mengakhiri penyelidikan lebih dari satu dekade tentang tuduhan bahwa Iran berusaha mengembangkan senjata nuklir -- tuduhan yang berulang kali ditolak oleh pihak Teheran.
Advertisement
Baca Juga
Amano menyimpulkan, Iran memang melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan 'bom nuklir' sebelum tahun 2003.
Tetapi, aktivitas itu tidak melampaui penelitian ilmiah yang memungkinkan Iran memperoleh 'kompetensi dan kemampuan teknis tertentu yang relevan'.
Penyelidikan itu merupakan bagian dari pakta Kesepakatan Nuklir Iran atau JCPOA, yang melibatkan Iran dengan Amerika Serikat, Inggris, China, Perancis, Rusia dan Jerman.
Pakta itu dibuat untuk membatasi program nuklir Iran, dan sebagai imbalannya, Negeri Para Mullah diberi kelonggaran sanksi dari komunitas internasional.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
PM Israel Klaim Sukses Menguak Program Senjata Nuklir Iran
Pernyataan IAEA itu disampaikan sehari setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mempresentasikan materi yang dikatakannya sebagai bukti bahwa Iran menutup-nutupi pengembangan senjata nuklirnya.
Ia mengklaim berhasil memperoleh dokumen yang membuktikan bahwa Iran secara diam-diam menjalankan program pengembangan senjata nuklir.
Netanyahu juga mengklaim, dokumen setebal sepuluhan ribu halaman itu menunjukkan bahwa Negeri Para Mullah telah menipu dunia dan melanggar Kesepakatan Nuklir Iran (JCPOA) dengan tetap mengembangkan proyek tersebut, meski Tehran menyangkalnya. Demikian seperti dikutip dari BBC (1/5/2018).
Dokumen itu, menurut klaim Netanyahu, menunjukkan bahwa Iran telah memulai program senjata rahasia pada satu titik pada pra-tahun 2000-an. Program itu bernama 'Project Amad'.
Program tersebut kemudian ditutup pada 2003, bertepatan ketika Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) yang terafiliasi PBB memulai penyelidikan terhadap Iran atas tuduhan mengembangkan energi nuklir untuk senjata.
Namun, menurut Netanyahu, program itu tak benar-benar ditutup.
Sejak 2003, Iran masih terus menjalankan program pengembangan senjata nuklir itu secara rahasia hingga beberapa tahun setelahnya, klaim Netanyahu. Bahkan, sampai ketika Tehran menandatangani JCPOA pada 2015 -- yang berarti menunjukkan pelanggaran Iran atas pakta tersebut.
Netanyahu mengatakan akan mengirim dokumen itu ke IAEA agar lembaga terafiliasi PBB itu bisa menganalisis lebih lanjut. Di sisi lain, negara anggota JCPOA turut mengkaji dokumen tersebut.
Gedung Putih memuji informasi itu sebagai 'baru dan menarik' meskipun para pejabat di Washington tidak sampai menuduh Teheran melakukan pelanggaran langsung terhadap kesepakatan JCPOA tersebut.
Advertisement