Korea Utara: Kami Mau Berunding Bukan karena Lemah

Korea Utara memperingatkan AS untuk tak menafsirkan upaya mencapai perdamaian sebagai tanda kelemahan. Mengapa?

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Mei 2018, 08:42 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2018, 08:42 WIB
Ilustrasi Korea Utara (AFP)
Ilustrasi Korea Utara (AFP)

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara memperingatkan Amerika Serikat agar tak menafsirkan upaya negara itu mencapai perdamaian sebagai tanda kelemahan.

Pernyataan itu dikeluarkan juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara, Minggu, 6 Mei 2018.

"Amerika Serikat dengan sengaja terus mengusik pemerintahan Korea Utara pada saat situasi di Semenanjung Korea sedang menuju ke arah perdamaian dan rekonsiliasi," kata pernyataan itu seperti dikutip dari VOA Indonesia (8/5/2018).

Pejabat Korea Utara itu mengacu pada klaim AS bahwa kebijaksanaan Presiden Donald Trump melakukan "tekanan politik maksimum" dan sanksi-sanksi ekonomi telah mendorong Korea Utara ke meja perundingan.

Ia juga menambahkan bahwa gerakan pasukan AS di kawasan itu, serta tuduhan-tuduhan adanya pelanggaran HAM di Korea Utara bisa mengganggu proses perdamaian.

"Tindakan AS itu bisa dianggap sebagai usaha berbahaya untuk merusak suasana dialog yang telah dibangun dengan susah payah dan bisa memaksa kita supaya mulai lagi dari baru," ucapnya.

Kecaman Korea Utara itu dikeluarkan beberapa pekan sebelum pertemuan puncak antara Presiden Trump dan Kim Jong-un.

Sebelumnya, Kim Jong-un mengadakan pertemuan bersejarah dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in bulan lalu.

Dalam pertemuan itu, pemimpin Korea Utara itu berjanji akan mengusahakan denuklirisasi Semenanjung Korea.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Singapura, Kandidat Terkuat Lokasi Pertemuan Kim Jong-un dan Donald Trump

Donald Trump Tinjau Tembok Prototipe di San Diego
Presiden AS, Donald Trump meninjau prototipe tembok perbatasan AS dan Meksiko yang kontroversial di San Diego, Selasa (13/3). Prototipe tembok perbatasan Trump memiliki tinggi sekitar 9 meter, dengan puncak yang tebal dan bundar. (MANDEL NGAN / AFP)

Pertemuan bersejarah antara Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un "kemungkinan besar" akan berlangsung di Singapura pada pertengahan Juni. Demikian menurut surat kabar terbesar di Korea Selatan.

Mengutip sumber diplomatik di Washington, Amerika Serikat, Chosun Ilbo pada Sabtu, 5 Mei merilis bahwa Singapura merupakan "kandidat" terkuat tuan rumah pertemuan Donald Trump dan Kim Jong-un. Meski demikian, masih ada kemungkinan bahwa Donald Trump "yang suka dengan efek dramatis" akan memilih Panmunjom di Zona Demiliterisasi pada menit-menit terakhir. Demikian seperti dilansir The Straits Times, Senin 7 Mei 2018.

Dalam laporan di laman depannya, surat kabar berbahasa Korea itu juga mengatakan bahwa pertemuan tersebut kemungkinan akan diadakan pada pekan ketiga di bulan Juni, sekitar tanggal 9-15, setelah Donald Trump menghadiri KTT G-7 di Kanada pada 8-9 Juni.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya