Liputan6.com, Tokyo - Selama tiga hari terakhir. Jepang dilanda gelombang panas yang menghambat pemulihan di banyak wilayah terdampak banjir bandang, yang terjadi pada awal Juni dan menewaskan lebih dari 200 orang.
Dikutip dari Channel News Asia pada Selasa (17/7/2018), suhu pada Senin 16 Juli, tercatat melonjak di atas 39 derajat Celcius di beberapa kawasan pedalaman. Kondisi ekstrem itu bercampur dengan tingkat kelembapan tinggi, yang menurut Badan Meteorologi Jepang (JMA) bisa mengganggu kesehatan tubuh manusia dan makhluk hidup lainnya.
Salah satu korban tewas, seorang lansia berusia 90, ditemukan tidak sadarkan diri di sebuah ladang. Sedangkan ribuan orang lainnya dirawat di rumah sakit karena gangguan kesehatan akibat cuaca panas ekstrem.
Advertisement
Beberapa wilayah yang terkurung daratan, seperti Prefektur Gifu, mengalami lonjakan suhu hingga hampir menyentuh 41 derajat Celcius, khususnya di kota Ibigawa yang berada di kontur lembah. Adapun suhu di ibu kota Tokyo tercatat 34 derajat Celcius pada hari Minggu dan Senin lalu.
Suhu di wilayah barat Jepang yang sebelumnya terkena dampak banjir bandang, dilaporkan mencapai 34,5 derajat Celcius, menciptakan kondisi berbahaya bagi personel militer dan relawan dalam membersihkan lumpur dan puing-puing.
Suhu ekstrem yang oleh masyarakat Jepang disebut "hari sangat panas" itu tercatat menyerang 200 lokasi di seantero Negeri Matahari Terbit, sejak Sabtu. Menurut JMA, kondisi itu tidak lazim terjadi pada cuaca setempat di bulan Juli.
Kondisi cuaca panas yang ekstrem ini disebut hampir serupa dengan yang terjadi pada 2014 lalu, di mana melanda 213 lokasi yang sebagian besar berada di Pulau Honshu, pulau terbesar di Kepulauan Jepang.
Tahun lalu, gelombang suhu tinggi juga dilaporkan beberapa kali melanda wilayah barat laut Jepang pada medio Mei hingga September, di mana setidaknya menewaskan 48 orang.
JMA menyebut gelombang panas kali ini terjadi akibat pelapisan dua sistem tekanan tinggi di sebagian besar Jepang dan diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir pekan nanti.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Â
Banjir Bandang Jepang
Sementara itu, banyaknya korban tewas dalam banjir bandang yang melanda wilayah barat Jepang pada awal Juni ini, disebut sebagai salah satu bencana terburuk sejak gempa bumi dan tsunamidi Fukushima pada 2011 lalu.
Menurut Menteri Kabinet Jepang, Yoshihide Suga, pada pekan lalu, sebanyak 75.000 petugas penyelamat dikerahkan untuk melanjutkan proses pencarian di area-area terdampak bencana.
Di waktu bersamaan, Perdana Menteri Shinzo Abe berkunjung ke Prefektur Okayama pada Rabu 11 Juli 2018, guna melihat kerusakan di wilayah yang terkena dampak paling parah tersebut.
PM Abe memantau seluruh wilayah bencana dari atas helikopter yang membawanya ke pusat evakuasi.
Mengingat dampak bencana yang sangat fatal, PM Abe membatalkan agenda perjalanan selama satu bulan ke depan ke Belgia, Prancis, Arab Saudi, dan Mesir. Juru bicara kantor resminya mengatakan bahwa sang perdana menteri mengerahkan upaya penyelamatan sebagai prioritas nasional saat ini.
Advertisement