Liputan6.com, Kabul - Serangkaian serangan roket jarak pendek dilaporkan menghantam ibu kota Afghanistan, Kabul, pada Selasa 21 Agustus 2018, ketika Presiden Ashraf Gani tengah menyampaikan pidato untuk menandai awal Idul Adha, yang merupakan hari libur penting bagi umat muslim di negara itu.
Tidak ada laporan tentang jatuhnya korban, dan kerusakan dilaporkan hanya bersifat kecil, seperti kaca pecah dan retakan dinding.
Sejauh ini, sebagaimana dikutip dari Washington Post pada Rabu (22/8/2018), belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Di lain pihak, Taliban menyatakan bahwa serangan itu tidak ada kaitannya dengan mereka.
Advertisement
Baca Juga
Saat Presiden Ghani tengah berpidato, serangan roket menyerang sisi utara dan barat laut istana kepresidenan, yang suaranya disebut terdengar hingga seluruh kota Kabul.
Selama siaran, Presiden Ghanis dengan tenang mengakui ancaman kekerasan dan menjelaskan bahwa pemerintah Afghanistan mengharapkan kesepakatan gencatan senjata selama momentum Idul Adha kali ini.
"Kami mengumumkan gencatan senjata, memberikan kesempatan dialog antar pihak," katanya. "Tapi semua pihak paham, ada beberapa kelompok dan individu yang merancan plot pertumpahan darah, akan mengambil tindakan hari ini, tindakan yang akan membahayakan ketenangan Afghanistan."
"Jika mereka percaya dapat menaklukkan bangsa ini dengan serangan roket, mereka harus berpikir ulang," lanjutnya tegas.
Menteri Dalam Negeri Afghanistan kemudian mengatakan bahwa tiga penyerang tewas ketika sebuah helikopter tempur membom sebuah gudang, di mana mereka bersembunyi di dekat kompleks Kementerian Pertahanan, beberapa blok dari istana kepresidenan.
Â
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Â
Simak video pilihan berikut:
Â
Taliban Tidak Menanggapi Gencatan Senjata
Imbauan gencatan senjata dipandang skeptis oleh beberapa analis, mengingat bahwa pemberontak masih terus melakukan serangan. Bahkan, baru-baru ini Taliban menyerang kota Ghazni yang berlokasi strategis, dan menewaskan 120 orang, sebelum kemudian berhasil diusir oleh pasukan Afghanistan dan serangan udara AS.
Sejak tawaran Presiden Ghani pada Minggu 19 Agustus, pihak Taliban tidak membuat jawaban langsung, melainkan justru mengirim pesan campuran.
Kelompok itu pertama mengatakan bahwa pihaknya bermaksud untuk membebaskan 300 tahanan, tetapi pejuang Taliban kemudian menculik sekitar 150 penumpang bus pada hari Senin di Kunduz, di mana disebut hampir serupa dengan serangan mematikan oleh militan di kota utara itu pada 2015. Sebagian besar penumpang berhasil diselamatkan tanpa cedera oleh pasukan keamanan Afghanistan.
Sementara itu, para pejabat Rusia mengumumkan bahwa mereka telah mengundang Taliban untuk menghadiri pertemuan internasional di Moskow pada 4 September mendatang, terkait dengan konflik di Afghanistan. Pihak pemberontak diketahui menerima dan menyanggupi undangan tersebut.
Rusia mengatakan bahwa insisiatifnya akan menjadi pertemuan pertama yang melibatkan para pemberontak. Para pejabat Taliban di Kabul tidak berkomentar tentang hal itu.
Rusia juga mengundang pejabat Amerika Serikat, tetapi Kementerian Luar Negeri di sana mengatakan pada Selasa 21 Agustus, bahwa tidak ada perwakilannya yang akan hadir.
Advertisement