Buku Ini Membeberkan Rencana Donald Trump Bunuh Presiden Suriah?

Presiden Donald Trump disebut-sebut menginginkan Presiden Suriah dibunuh.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 06 Sep 2018, 15:05 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2018, 15:05 WIB
Donald Trump
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyambut antusias penunjukkan negaranya sebagai tuan rumah Piala Dunia 2026 bersama dengan Kanada dan Meksiko. (AFP/Nicholas Kamm)

Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membantah pernyataan wartawan terkemuka Bob Woodward --dalam buku barunya-- bahwa ia memerintahkan pembunuhan terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Trump mengatakan gagasan itu "tidak pernah dibahas" dengan pejabat pertahanan dan para senior di Gedung Putih. Presiden AS ke-45 itu mengutuk karya baru Woodard sebagai "kontra terhadap publik".

Menteri Pertahanan James Mattis juga membantah kata-kata yang dilekatkan kepadanya dalam buku terbaru Woodward, yang berjudul Fear: Trump in the White House itu.

Dalam buku tersebut, sebagaimana dikutip dari BBC pada Kamis (6/9/2018), pemerintahan Donald Trump di Gedung Putih digambarkan sebagai kendali yang kacau, di mana kerap terjadi "adu kekuatan eksekutif".

Dalam buku itu, muncul bab yang menyebut pembantu senior Gedung Putih sengaja menyembunyikan dokumen sensitif untuk mencegah tanda tangan Trump, dan risiko diumpat sebagai "idiot" dan "pembohong".

Woodward adalah jurnalis veteran yang disegani di Amerika Serikat, di mana salah satu karya jurnalistiknya adalah berhasil menguak peran Presiden Richard Nixon dalam skandal Watergate pada tahun 1970-an.

Sehari setelah nukilan buku itu diterbitkan di surat kabar Washington Post, harian lain New York Times memuat sepotong pendapat, di mana brerasal dari pejabat senior Gedung Putih yang tidak disebutkan namanya, bahwa akar masalah pemerintahan AS saat ini adalah amoralitas Trump.

Pejabat itu mengatakan banyak orang yang ditunjuk Trump, telah bersumpah untuk menggagalkan "tindak impulsif yang lebih menyesatkan" dari sang presiden.

"Kami sepenuhnya menyadari apa yang sedang terjadi. Dan kami mencoba melakukan apa yang benar bahkan ketika Donald bersikap sebaliknya," ujar sumber anonim itu.

Di hari yang sama, Donald Trump mengatakan di sela-sela pertemuan sheriff AS, bahwa editorial New York Times tentang dirinya adalah hal yang memalukan, dan bisa menjadi aib bagi pers.

 

Simak video pilihan berikut: 

Donald Trump Meradang

Ekspresi Donald Trump Bersama Badut Kelinci Saat Perayaan Paskah
Presiden AS Donald Trump didampingi istirnya Melania Trump dan badut Kelinci Paskah berbicara dari Truman Balcony saat perayaan Easter Egg Roll di Gedung Putih, Washington (4/2). (AP Photo / Carolyn Kaster)

Buku terbaru Woodward menyebut Donald Trump telah memerintahkan Pentagon untuk mengatur pembunuhan Presiden Bashar al-Assad, setelah serangan kimia terhadap warga sipil pada April 2017, yang disalahkan pada pemerintah Suriah.

"Mari bunuh dia! Ayo masuk. Mari kita bunuh banyak dari mereka," ujar Trump yang dilaporkan telah memberi tahu hal itu kepada Menhan Mattis.

Buku itu menceritakan bahwa Mattis mengakui permintaan Trump, tetapi kemudian, setelah percakapan, mengatakan kepada seorang bawahannya, bahwa dia tidak akan melakukan "semua itu".

Tetapi, berbicara kepada wartawan pada Rabu 4 September, presiden berkata: "Itu tidak pernah direnungkan, juga tidak akan direnungkan. Saya menggambarkan buku itu sebagai sebagai fiksi belaka".

Donald Trump mengirimkan serangkain twit pada Selasa malam, mengatakan kutipan buku Woodward tentang Menhan Jim Mattis dan kepala staf Gedung Putih John McKelly sebagai "penipuan publik".

"Buku itu sudah didiskreditkan dengan begitu banyak kebohongan dan sumber palsu", ketik Trump geram.

Sementara itu, Jim Mattis menggambarkan buku Woodward sebagai "produk dari imajinasi melimpah seseorang".

Sedangkan John McKelly mengatakan bahwa semua hal yang ia lakukan di pemerintahan, selalu apa adanya, tidak ada pembicaraan terselubung di belakang presiden.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya