Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan pada Selasa 11 September 2018 bahwa pemerintahannya "benar-benar, sangat siap" untuk mengantisipasi Badai Florence nan dahsyat, yang datang dari Atlantik dan akan menghantam pesisir timur AS pada Kamis 13 September 2018.
Prakirawan cuaca telah mendeskripsikan badai itu sebagai 'badai terbesar dalam sejarah yang akan menghantam pesisir timur AS' dan akan membawa bencana besar 'yang belum pernah terjadi sebelumnya'.
Kepercayaan diri Trump tentang kesiapan pemerintahannya untuk mengantisipasi Badai Florence mereferensi pada bagaimana AS 'berhasil menangani Badai Maria' yang menghancurkan Puerto Rico --meski banyak pihak yang mengkritik bahwa Washington lambat memberikan respons terhadap bencana yang menelan sekitar 3.000 jiwa di teritori AS di Amerika tengah itu.
Advertisement
Saat ini, Badai Florence dinilai sebagai badai kategori 4, atau yang paling kuat kedua dalam sistem klasifikasi cuaca nasional (NWS), setelah Badai Harvey dan Badai Irma.
Baca Juga
Dalam sebuah imbauan terbaru, pusat badai nasional AS (NHC) mengatakan, badai diperkirakan akan menjadi sangat besar dan berbahaya.
Berlawanan dengan Trump, Craig Fugate, mantan Direktur Badan Manajemen Situasi Darurat AS (FEMA) mengatakan, "Saya takut, berdasarkan pengalaman saya di FEMA, bahwa publik mungkin tidak sesiap yang diinginkan semua orang," ujarnya seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (12/9/2018).
Sejak persiapan dan upaya bantuan pemerintah federal yang tidak memadai selama Badai Katrina pada tahun 2005 pada masa Presiden George W Bush, cara Washington merespons badai telah menjadi pisau kritik mengenai efisiensi administrasi.
Pada kesempatan terpisah, sejumlah pemerintah negara bagian AS di pesisir timur telah memerintahkan lebih dari satu juta orang yang tinggal di sepanjang garis pantai untuk mengevakuasi rumah mereka pada hari Selasa 11 September 2018.
"Badai Florence sangat besar, sangat kuat dan ... tidak ada yang bisa menghentikannya. Ketika bertemu dengan arus angin teluk, itu akan semakin intensif," kata Gubernur Carolina Selatan Henry McMaster, Senin 10 September 2018.
Dia mengatakan, badai bisa memicu ombak besar mencapai setinggi 3 meter dan memperkirakan bahwa 1 juta penduduk akan meninggalkan pantai.
"Kami tahu bahwa perintah evakuasi yang saya keluarkan ini tidak mengenakkan. Tapi kami bersedia melakukannya, karena itu sepadan dengan upaya menyelamatkan hidup," kata McMaster tentang keputusan itu.
McMaster mengumumkan keadaan darurat pada hari Sabtu akhir pekan lalu. Gubernur Carolina Utara dan Maryland juga telah melakukan hal serupa.
Sama halnya, Gubernur Virginia memerintahkan evakuasi wajib bagi beberapa penduduk daerah pesisir dataran rendah yang dimulai Selasa pagi. Pejabat negara mengatakan 245.000 orang tinggal di daerah yang berpotensi terkena bencana, tetapi para pejabat memperingatkan bahwa badai Florence dapat mempengaruhi seluruh negara bagian.
Dengan hak otonomi yang luas, gubernur negara bagian memiliki kekuatan untuk melakukan perintah evakuasi, mendirikan tempat perlindungan, melarang perjalanan dan memberlakukan jam malam.
Simak video pilihan berikut:
Badai Kian Mendekat
Angin yang dibawa Badai Florence diperkirakan akan mencapai kecepatan 150 mil per jam, yang kemungkinan akan menebang dahan pohon dan memicu pemadaman listrik. Badai juga akan membawa curah hujan tinggi dan banjir di beberapa titik.
Di lepas pantai negara bagian, ombak besar laut dan arus sobekan yang berbahaya sudah terlihat selama akhir pekan, menandakan datangnya badai. Para pengunjung pantai telah diperingatkan untuk menghindari lautan, dan feri yang melayani pantai negara telah dibatalkan.
Di Virginia, tempat pangkalan angkatan laut terbesar di dunia, AL Amerika Serikat telah memerintahkan semua kapal ke laut untuk persiapan badai, di mana mereka dapat lebih aman menunggangi angin kencang dan ombak.
Jalur yang akan dilintasi Badai Florence diproyeksikan mencakup setengah lusin pembangkit listrik tenaga nuklir, lubang yang menyimpan limbah industri, dan banyak peternakan babi yang menyimpan kotoran hewan di laguna terbuka. Smithfield Foods milik China mengumumkan akan menutup rumah jagal terbesar di dunia untuk babi, yang dapat membunuh 35.000 hewan setiap hari, di Tar Heel, North Carolina, selama badai.
Advertisement