Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan belasungkawa kepada Indonesia setelah gempa bumi dan tsunami dahsyat yang menewaskan ribuan orang di Palu, Donggala dan beberapa wilayah lain di Provinsi Sulawesi Tengah pada 28 September 2018.
Trump mengatakan kepada wartawan selama konferensi pers di Rose Garden, Gedung Putih bahwa ia "telah mengirim para responden pertama, militer dan yang lain" untuk membantu pascabencana yang ia sebut sebagai "situasi yang benar-benar buruk," demikian dilansir AP, seperti dikutip dari The Washington Post (2/10/2018).
Advertisement
Baca Juga
Trump juga mengatakan dia akan menghubungi Presiden Joko Widodo terkait hal tersebut.
Ia juga menekankan sifat merusak dari tsunami, mengutip seorang temannya yang menekuni ilmu kebencanaan.
Trump, mengutip temannya itu, mengatakan, "Anda melihat tornado, angin topan, Anda melihat semua bencana alam yang berbeda ... Dia mengatakan bahwa tsunami adalah yang terburuk dari semuanya dan Sulawesi Tengah dihantam sangat keras."
Merespons komentar Trump, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) menjelaskan Indonesia menolak tawaran bantuan dari Trump, terutama terkait kapal RS yang menurut JK akan dikirim oleh AS ke Sulawesi.
"Enggak, kita tidak terima itu. Mereka minta mau kirim RS, kapal RS, cukup kita," kata JK di Kantornya, Jalan Merdeka Utara, Selasa 2 Oktober 2018.
JK menjelaskan, bantuan kapal RS tidak efisien bagi korban bencana gempa dan tsunami. Terlihat saat bencana di Aceh, kapal RS hanya lima pasien yang menggunakan. "Pengalaman di Aceh dulu, yang mau naik kapal RS itu hanya 5 pasien," kata JK.
Â
Simak video pilihan berikut:
Riwayat Bantuan AS untuk Bencana Besar di Indonesia
1. Gempa-Tsunami 2004
Pemerintah Amerika Serikat mengalokasikan US$ 400.000 (sesuai kurs saat itu) ke India, Indonesia, Maladewa, dan Sri Lanka --negara yang terdampak signifikan oleh gempa-tsunami 2004.
Para pejabat AS juga menyetujui paket bantuan US$ 4 juta untuk membantu Palang Merah masing-masing negara tersebut.
Amerika Serikat turut mengirim tim-tim bencana untuk membantu negara-negara yang terdampak.
Washington juga menyiapkan paket bantuan awal senilai US$ 15 juta untuk negara-negara yang terkena dampak. Tambahan US$ 20 juta juga ditawarkan sebagai jalur kredit darurat.
Pada 31 Desember 2004, bantuan itu dinaikkan menjadi US$ 350 juta.
Dari militer, Amerika Serikat telah mengirim banyak pesawat kargo C-5 Galaxy dan C-17 Globemaster III dan sepuluh pesawat pengangkut taktis Hercules C-130 yang berisi persediaan bencana, sembilan P-3C Orion pesawat patroli maritim untuk dukungan pencarian dan penyelamatan, dan beberapa tim dari Kementerian Luar Negeri AS dan Kementerian Pertahanan AS untuk mengoordinasikan bantuan tambahan.
Mereka menggunakan Pangkalan Udara Angkatan Laut Utapao di Thailand sebagai pusat regional mereka.
Selain itu, Amerika Serikat menawarkan bantuan dari pasukannya yang ditempatkan di Jepang. Grup kapal induk USS Abraham Lincoln, yang berada di pelabuhan di Hong Kong, dikirim ke pantai Sumatra untuk memberikan dukungan kepada provinsi Indonesia di Aceh. Selain itu, Kelompok Ekspedisi yang dipimpin oleh USS Bonhomme Richard dikirim untuk memberikan bantuan.
Sebanyak 48 helikopter Angkatan Laut dan Korps Marinir AS terlibat. Setiap kapal dapat menghasilkan sekitar 90.000 galon (340.000 L) air tawar per hari. Angkatan Laut AS juga telah mengerahkan USNS Mercy, kapal rumah sakit berkapasitas 1.000 tempat tidur (yang awalnya dikelola untuk mendukung 250 tempat tidur pasien).
Lebih dari 12.600 personel Kementerian Pertahanan AS terlibat dalam upaya bantuan.
2. Gempa Yogyakarta 2006
Pada bencana itu, AS menawarkan bantuan senilai US$ 5 juta. Sementara itu, militer AS bergabung dalam upaya penanggulangan bencana bersama dengan beberapa pihak lain dari Indonesia dan negara internasional.
3. Gempa Sumatera 2009
AS menyediakan bantuan darurat senilai US$ 3 juta. Mereka juga menjanjikan tambahan US$ 3 juta, dan menyediakan pesawat angkut Angkatan Udara C-130 Hercules dan pesawat angkut Angkatan Laut C-12 beserta awaknya.
Kapal USS Denver dan USS McCampbell juga dikirim untuk membantu.
Delapan helikopter Angkatan Laut AS dan Korps Marinir dari kapal-kapal itu mengirimkan lebih dari 360.000 pon makanan, air dan suplai dari berbagai LSM tanggap bencana ke daerah-daerah terpencil yang tidak dapat diakses melalui darat.
Helikopter-helikopter itu juga menerbangkan tim survei pemerintah dan LSM untuk melakukan penilaian terhadap daerah-daerah yang terkena dampak.
Dokter Angkatan Darat Indonesia dan Angkatan Udara AS, bersama dengan anggota korps medis Angkatan Laut AS, merawat lebih dari 2.000 pasien di sebuah rumah sakit darurat Angkatan Udara yang dibentuk di Padang.
Tim kecil dari personel medis AS dan Indonesia juga berekspedisi menggunakan helikopter untuk melakukan kunjungan medis ke beberapa desa terpencil, mengangkut orang yang terluka kembali ke Padang untuk perawatan.
Advertisement