Ratusan Ribu Orang Kembali Demo di Jerman, Protes Diskriminasi Rasialisme

Isu rasialisme kembali menyeruak di Jerman, memicu ratusan ribu orang berdemo di ibu kota Berlin.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 15 Okt 2018, 11:03 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2018, 11:03 WIB
Aksi protes kembali terjadi di Jerman, menyoroti isu rasialisme yang kian memprihatinkan di negara itu (AP)
Aksi protes kembali terjadi di Jerman, menyoroti isu rasialisme yang kian memprihatinkan di negara itu (AP)

Liputan6.com, Jakarta Ratusan ribu orang menggelar aksi protes di ibu kota Jerman, Berlin, dalam upaya menyuarakan keprihatinan mereka terhadap isu diskriminasi terkait rasialisme. 

Protes yang berlangsung pada Sabtu, 13 Oktober itu juga mendesak pemerintah turun tangan dalam menanggapi peningkatan kekerasan oleh kelompok ultrakanan, yang kontra pada kebijakan imigrasi negara itu.

Dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (14/10/2018), berbagai kelompok, termasuk pro pengungsi, hak-hak kaum LGBT, dan organisasi muslim, mendukung aksi protes tersebut. Mereka satu suara menyampaikan slogan "Solidaritas di Jerman harus menghapus pengucilan“.

Di lain pihak, aksi protes itu merupakan buntut dari terpilihnya Partai Alternatif, yang beraliran ultrakanan, ke dalam Parlemen Jerman pada pemilu tahun lalu. Sejak itu, suara kontra imigran terus merongrong kebijakan "politik terbuka" yang diusung Kanselir Angela Merkel. 

Koordinator aksi massa terkait mengatakan lebih dari 240 ribu orang turun ke jalan pada Sabtu lalu. Sementara, polisi mengatakan bahwa jumlah demonstran berada "lebih rendah dari enam digit".

Di antara pendukung protes ini adalah Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas, yang mengatakan kepada surat kabar Funke, bahwa itu "pertanda besar mayoritas di negara kita mendukung toleransi dan keterbukaan". 

 

Simak video pilihan berikut:

Bocoran Kongkalikong Polisi dan Pihak Sayap Kanan

Demo di Jerman
Demo pendukung sayap kanan Jerman. Temuan suatu survei menyebutkan bahwa sekitar 10 persen warga Jerman sekarang ingin dipimpin oleh seorang diktator. (Sumber AFP)

Sementara itu, bocornya surat perintah penangkapan kepada kelompok sayap kanan disebut meningkatkan kecurigaan meluas tentang hubungan antara polisi Jerman dan demonstran xenofobia (anti-imigran).

Pihak berwenang telah mengonfirmasi laporan kebocoran setelah surat perintah penangkapan --yang berisi nama lengkap tersangka utama dalam pembunuhan seorang pria berusia 35 tahun, yang memicu protes anti-imigran di kota Chemnitz-- diunggah ke media sosial oleh Lutz Bachmann, anggota pendiri kelompok sayap kanan, Pegida.

Dikutip dari The Guardian, bocoran surat penangkapan itu merujuk pada seorang pria asal Iral berusia 22 tahun, yang namanya disamarkan.

Polisi di Chemnitz dikabarkan kewalahan mengatasi kerusuhan karena tidak cukup siap terhadap aksi protes balasan oleh sayap kanan pada Minggu 26 Agustus, menyusul penusukan terhadap Daniel H --warga negara Jerman-- yang nama keluarganya belum dirilis ke publik.

Keputusan penundaan tersebut adalah untuk menghindari ledakan protes lebih besar, di mana penelusuran terhadap nama keluarga bisa menguak asal-usul korban penusukan, yang diyakini kuat mengandung sentimen terhadap isu xenofobia.

Demonstrasi besar-besaran selama selama dua hari di bulan Agustus itu diikuti oleh sekitar 6.000 orang, termasuk di dalamnya 1.500 orang pro sayap kanan yang anti-imigran, dengan dengan cepat berubah menjadi aksi kekerasan yang tidak terkendali.

Banyak pihak sayap kanan Jerman memburu orang-orang asing di jalanan, seraya beberapa di antaranya berteriak, "Untuk setiap orang Jerman yang gugur, orang asing harus enyah!"

Teriakan yang terkesan patriotik itu disebut mengingatkan pada adegan semitisme di era NAZI.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya