Liputan6.com, Cologne - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengakhiri kunjungan ke Jerman dengan meresmikan pembukaan sebuah masjid di kota Cologne, yang disebut-sebut sebagai bangunan ibadah umat Islam terbesar di Eropa.
Dia mengatakan masjid terkait didirikan sebagai simbol perdamaian, di mana ia berterima kasih kepada pemerintah Jerman karena mengizinkan pembangunannya, meski disertai beberapa protes.
Dikutip dari BBC pada Minggu (30/9/2018), kunjugan Presiden Erdogan ke kota Cologne dikawal oleh operasi patroli polisi yang sangat besar.
Advertisement
Baca Juga
Hal itu dilakukan mengingat Jerman adalah kantong imigran Turki terbesar di Eropa, di mana kini jumlahnya diperkirakan mencapai tiga juta orang.
Namun di lain pihak, perjalanan tiga hari Presiden Erdogan ke Jerman menuai kontroversi luas, akibat komentar bernada kritik terhadap pemerintah nasional setempat.
Baik massa pendukung ataupun penentang Presiden Erdogan, berkumpul melakukan aksi protes di kota Cologne pada Sabtu, 29 September 2018.
Namun rencana aksi protes oleh sekitar 25.000 orang batal mendapat izin berkumpul di luar masjid, karena kekhawatiran keamanan.
Masjid Pusat Cologne dibangun oleh kelompok muslim Jerman yang memiliki hubungan dekat dengan negara Turki.
Simak video pilihan berikut:
Tuduhan Presiden Erdogan pada Kanselir Jerman
Pada jamuan makan malam pada hari Jumat, Presiden Erdogan sempat menuduh Jerman menyembunyikan teroris.
Surat kabar terkemuka di Jerman, Bild, menerima komentar itu dan mengkritik Erdogan dalam artikel utama dan opini. Tudingan pemimpin Turki itu tampil di halaman depan edisi Sabtu, 29 September 2018, dengan judul "Pidato Kebencian terhadap Jerman".
Beberapa jam sebelum jamuan makam malam yang kontroversial, Presiden Erdogan bertemu Kanselir Angela Merkel untuk berbicara tentang konflik Suriah.
Namun, Erdogan disebut menggunakan kesempatan itu untuk mendesak Merkel untuk mengekstradisi kritik dari pemerintahannya --yang dikenal sebagai Gulenists-- dan dia anggao sebagai "teroris".
Desakan itu memicu kritik dari ketua komite urusan luar negeri parlemen Jerman, Norbert Roettgen, yang mengatakan kepada surat kabar Funke bahwa "waktu kunjungan Erdogan adalah salah, karena terlalu dini".
Advertisement