Respons Arab Saudi Saat Didesak Barat Menuntaskan Kasus Jamal Khashoggi

Arab Saudi menolak ancaman Barat yang hendak menjatuhkan 'hukuman' kepada Riyadh terkait kasus hilangnya jurnalis Jamal Khashoggi.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 15 Okt 2018, 16:00 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2018, 16:00 WIB
Ilustrasi Bendera Arab Saudi (iStockphoto via Google Images)
Ilustrasi Bendera Arab Saudi (iStockphoto via Google Images)

Liputan6.com, Riyadh - Arab Saudi menolak ancaman negara-negara Barat yang hendak menjatuhkan 'hukuman' politik dan ekonomi kepada Negeri Petrodollar terkait kasus hilangnya jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi, di Konsulat Arab Saudi di Istanbul.

Sebelumnya, pemerintah Inggris, Jerman, dan Prancis menuntut penyelidikan yang kredibel terhadap hilangnya Jamal Khashoggi, yang terakhir kali terlihat memasuki Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018, dan sejak itu, tak tampak lagi batang hidungnya.

Seluruh menteri luar negeri dari ketiga negara mengatakan bahwa jika ada yang ditemukan bertanggung jawab, maka harus diupayakan untuk mendesak tanggapan rinci dari Riyadh.

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga mengatakan akan 'menghukum' Saudi jika mereka ditemukan bertanggungjawab atas kasus Khashoggi.

Menyikapi hal tersebut, seorang pejabat Saudi yang anonim mengatakan kepada kantor berita SPA bahwa "Kerajaan Arab Saudi menegaskan penolakan totalnya terhadap segala ancaman atau upaya untuk melemahkannya baik melalui ancaman untuk menjatuhkan sanksi ekonomi atau penggunaan tekanan politik," demikian seperti dikutip dari BBC, Senin (15/10/2018).

"Kerajaan juga menegaskan bahwa ia akan menanggapi setiap tindakan dengan tindakan yang lebih besar. Ekonomi Saudi memiliki peran penting dan berpengaruh bagi ekonomi global."

Sambungan Telepon Raja Salman dan Presiden Erdogan

Di sisi lain, pada hari Minggu 14 Oktober malam, Raja Salman menghaturkan terimakasihnya kepada Presiden Recep Tayyip Erdogan karena telah membentuk tim gabungan Turki-Saudi untuk menyelidiki hilangnya Jamal Khashoggi.

"Tidak ada yang bisa merusak hubungan kuat Arab Saudi dengan Turki," kata Raja Salman, seperti dikutip dari media terafiliasi pemerintah Saudi, Arab News.

Arab Saudi menerima berbagai tekanan atas kasus hilangnya Khashoggi. Terlebih, pada 6 Oktober lalu, pejabat Turki yang berbicara dalam kondisi anonimitas mengatakan kepada The Washington Post dan Reuters bahwa Khashoggi telah ditahan paksa, atau mungkin, tewas di dalam konsulat Saudi di Istanbul. Namun, pejabat itu sejauh ini tidak memberikan bukti atau rincian tentang bagaimana mereka sampai pada kesimpulan tersebut.

Di sisi lain, Arab Saudi dengan keras membantah keterlibatan apa pun dan menyebut klaim yang dilontarkan Turki sebagai "tuduhan keliru."

Kendati demikian, berbagai media di Turki telah merilis rekaman CCTV yang menunjukkan bahwa Khashoggi memang masuk ke Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober, yang kemudian diikuti oleh belasan orang yang diduga pejabat diplomatik Saudi yang masuk ke kompleks tersebut.

Hingga berita ini dimuat, keberadaan Jamal Khashoggi masih belum jelas diketahui.

 

Simak video pilihan berikut:

Jamal Khashoggi, Pengkritik Arab Saudi

Jamal Khashoggi, wartawan Arab Saudi yang hilang sejak 2 Oktober di Istanbul, Turki (AP/Hasan Jamali)
Jamal Khashoggi, wartawan Arab Saudi yang hilang sejak 2 Oktober di Istanbul, Turki (AP/Hasan Jamali)

Jamal Khashoggi merupakan warga negara Saudi, mantan 'orang dalam' pemerintahan Negeri Petrodollar, dan kini bekerja sebagai jurnalis merangkap kontributor harian The Washington Post, demikian menurut laporan CNN.

Sejak tahun lalu, Khashoggi mengasingkan diri di Amerika Serikat sewaktu pihak berwenang Saudi melakukan penindakan terhadap para terduga pembangkang dan pengkritik pemerintah.

Khashoggi sendiri dikenal sebagai salah satu figur yang bersikap sangat kritis terhadap Putra Mahkota Saudi Pangeran Muhammad bin Salman.

Dalam tulisannya untuk The Washington Post, Khashoggi telah mengecam kebijakan Saudi terhadap Qatar dan Kanada, perang di Yaman, dan penindasan terhadap perbedaan pendapat dan media di kerajaan.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah meminta Arab Saudi untuk memverifikasi keberadaan Khashoggi, dengan Human Rights Watch menyerukan kepada Turki untuk memperdalam penyelidikan atas kasus tersebut, mengatakan jika Arab Saudi telah menahan Khashoggi tanpa mengakuinya, penahanannya merupakan bentuk penghilangan paksa.

"Jika otoritas Saudi diam-diam menahan Khashoggi, ini akan menjadi eskalasi lain dari pemerintahan Pangeran Muhammad bin Salman yang menindas terhadap para pembangkang dan pengkritik yang bersikap damai," kata Sarah Leah Whiteson, direktur Human Rights Watch Timur Tengah.

"Beban pembuktian ada pada Arab Saudi yang harus memberikan bukti atas klaimnya bahwa Khashoggi meninggalkan konsulat sendirian, dan bahwa agen-agen Saudi tidak menahannya."

Pada Jumat 5 Oktober, surat kabar The Washington Post menerbitkan kolom kosong dengan judul "A Missing Voice" sebagai bentuk solidaritas bagi Khashoggi.

Tunangan Khashoggi, Hatice Cengiz mengatakan kepada surat kabar itu bahwa Khashoggi "sebelumnya sempat khawatir untuk pergi ke konsulat Saudi di Istanbul."

Ia mengatakan, "Bagaimana bisa nyaman apabila ia tidak disukai oleh negaranya?"

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya