Liputan6.com, Washington DC - Putra mendiang jurnalis Jamal Khashoggi dikabarkan telah meninggalkan Arab Saudi dan tiba di Amerika Serikat (AS), pada Kamis petang.
Salah bin Jamal Khashoggi, seorang pemegang kewarganegaraan ganda AS-Saudi, sebelumnya tidak dapat meninggalkan Arab Saudi setelah paspornya dibatasi oleh kerajaan beberapa bulan lalu.
Dikutip dari CNN pada Jumat (26/10/2018), seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri AS mengatakan bahwa Menlu Mike Pompeo telah mendesak Saudi untuk membebaskan putra Jamal Khashoggi.
Advertisement
Di saat bersamaan, wakil juru bicara Kemenlu AS, Robert Palladino, mengatakan Washington "senang" bahwa Salah diizinkan meninggalkan Riyadh.
Baca Juga
Salah Khashoggi adalah putra tertua dari kolumnis surat kabar Washington Post, yang kini diakui oleh para pejabat Saudi, tewas dalam pembunuhan yang dilakukan oleh sekelompok Saudi --yang diduga kuat memiliki hubungan dekat dengan Putra Mahkota Mohammad bin Salman-- pasca-terlibat cekcok di Konsulat negara itu di Istanbul, 2 Oktober lalu.
Awalnya, Arab Saudi menyangkal semua tuduhan bahwa pihaknya mengetahui tentang hilangnya Jamal Khashoggi.
Beberapa pekan kemudian, pejabat Saudi mengumumkan bahwa mereka telah mengidentifikasi 18 orang yang terlibat dalam "skandal kotor itu", di mana mendorong Kementerian Luar Negeri AS mengumumkan pembekuan visa bagi 21 warga Saudi.
Pada hari Kamis, Palladino mengatakan ada tambahan tiga orang yang ditargetkan oleh penyelidikan AS. Meraka berasal Dinas Intelijen Arab Saudi, salah seorang staf istana kerajaan, dan salah satu oknum pegawai kementerian pemerintah.
Pada hari Selasa, Putra Mahkota dan ayahnya Raja Salman terekam kamera berjabat tangan dengan putra Khashoggi di sebuah konferensi investasi di Riyadh. Tidak diketahui apa yang diperbincangan oleh kedua belah pihak,
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Bos CIA Melapor ke Presiden Trump
Para pejabat mengatakan kepada CNN, sangat tidak mungkin bahwa operasi melawan pembangkang dan pengkritik Saudi bisa terjadi tanpa kesadaran putra mahkota, yang mengontrol aparat keamanan negara.
Direktur CIA Gina Haspel, yang melakukan perjalanan ke Turki pada Selasa 24 Oktober, memberi penjelasan kepada Presiden Donald Trump pada hari Kamis, tentang penyelidikan Ankara atas kematian Jamal Khashoggi.
Menurut The Washington Post, Haspel mendengar audio dalam kepemilikan otoritas Turki, yang konon direkam di hari pembunuhan, pada 2 Oktober lalu.
Pada Selasa 23 Oktober, Presiden Trump menyuarakan kritik terkuatnya sejauh ini terhadap pemerintah Arab Saudi, dan mendesak Putra Mahkota Mohammed bin Salman harus tahu apa yang sedang terjadi dalam skandal pembunuhan Khashoggi.
Trump mengatakan kepada Wall Street Journal: "Ya, pangeran (Mohammed bin Salman) melakukan banyak hal di tahapan (penyelidikan) ini. Tapi dia harus berpegang pada komitmennya untuk menyelesaikan kasus ini."
Sementara itu, Kantor berita Turki Anadolu mengatakan pada hari Kamis bahwa 38 anggota staf di konsulat Saudi di Istanbul telah diperiksa sebagai saksi.
Namun, hingga kini, masih belum ditemukan tanda-tanda keberadaan jasad Jamal Khashoggi.
Fokus penyelidikan terbaru kini menyasar pada sebuah sumur di taman tengah Gedung Kosnulat Saudi, dan sumur serupa di kediaman resmi konsul jenderal Negeri Petrodollar.
Advertisement