Mengapa Ada Orang yang Merasakan Sakit Lebih Parah daripada yang Lain?

Ada orang yang mengaku merasakan sakit lebih pedih ketimbang yang lain, padahal luka yang diperolehh sama.

oleh Afra Augesti diperbarui 31 Okt 2018, 19:05 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2018, 19:05 WIB
Sakit tenggorokan (iStock)
Ilustrasi sakit tenggorokan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah Anda terluka karena jatuh, atau terkilir, atau bahkan merajah tubuh? Ketiga contoh tersebut, bagi sebagian besar orang, mendatangkan rasa nyeri yang teramat. Namun ada pula yang merasakan sakit hanya biasa saja.

Menurut penelitian, nyeri adalah satu-satunya gejala paling umum yang dilaporkan ketika seseorang mencari pertolongan medis. Dalam keadaan normal, nyeri menandakan ada yang cedera di area sakit tersebut.

Ini merupakan respons alami tubuh untuk melindungi diri sendiri sampai pulih dan rasa sakit tersebut mereda.

Sayangnya, kemampuan masing-masing individu untuk mendeteksi, menolerir dan menanggapi rasa sakit, berbeda satu sama lain. Tak hanya itu, reaksi tubuh tiap orang pun tak sama, misalnya cara kerja saraf ketika menyampaikannya ke otak dan menanggapi berbagai jenis obat.

Bagi tenaga medis, hal inilah yang terkadang menjadi tantangan mereka untuk mengetahui bagaimana memperlakukan setiap pasien secara efektif.

Jadi, mengapa rasa sakit setiap manusia berbeda?

Menurut Erin Young, Asisten Professor di University of Connecticut School of Nursing, yang dilansir dari Live Science, Rabu (31/10/2018), menuturkan bahwa perbedaan kesehatan individu umumnya berasal dari hasil interaksi kompleks faktor psikososial, lingkungan dan genetik.

Ketika rasa sakit yang muncul berasal dari penyakit jantung atau diabetes, faktor-faktor tersebut sedang memainkan perannya.

Pengalaman menyakitkan sepanjang hidup terjadi --umumnya-- karena adanya latar belakang gen yang membuat kita lebih atau kurang sensitif terhadap rasa sakit.

Tetapi keadaan mental dan fisik kita, serta pengalaman sebelumnya --seperti traumatis dan nyeri yang amat besar-- dan lingkungan, dapat memodulasi respons kita terhadap rasa sakit.

Jika semua orang di dunia mampu memahami apa yang membuat seseorang menjadi lebih atau kurang sensitif terhadap rasa sakit dalam kondisi apa pun, maka kita akan semakin berusaha untuk mencari tahu trik mengurangi penderitaan orang lain.

Caranya yaitu dengan mengembangkan obat penghilang rasa sakit dengan risiko penyalahgunaan yang lebih rendah.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Tidak Semua Gen Nyeri Sama

Ilustrasi nyeri haid
Ilustrasi nyeri haid (iStock)

Dengan adanya urutan genom manusia, peneliti bisa mengetahui banyak hal tentang jumlah dan lokasi gen yang menyusun kode DNA manusia.

Jutaan variasi kecil dalam gen-gen itu juga telah diidentifikasi. Beberapa di antaranya diketahui memiliki efek terhadap rasa sakit, dan beberapa lainnya tidak.

Variasi efek ini bisa muncul dalam berbagai bentuk, tetapi variasi yang paling umum adalah polimorfisme nukleotida tunggal (single nucleotide polymorphism atau SNP).

SNP, yang dilafalkan "snip", mewakili satu perbedaan dalam unit individu yang membentuk DNA.

"Ada sekitar 10 juta SNP yang diketahui berada dalam genom manusia --kombinasi dari SNP tersebutlah yang membuat kode DNA, membedakan tiap individu di dunia dan rasa sakit yang dirasakannya," papar Erin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya