NASA Temukan Lempeng Es Berbentuk Peti Mati Raksasa di Antartika

NASA menemukan hamparan es putih berbentuk nyaris sempurna bak peti mati, dengan enam sisi dan bentuk yang memanjang.

oleh Afra Augesti diperbarui 09 Nov 2018, 18:00 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2018, 18:00 WIB
Es Peti Mati
Para ilmuwan NASA mengatakan, sebongkah es yang menyeramkan sedang menuju tempat yang dikenal sebagai 'makam gunung es'. (NASA Earth Observatory Images)

Liputan6.com, Antartika - Citra satelit NASA, yang telah bertahun-tahun 'mengintai' Antartika, menangkap pemandangan aneh di benua tersebut. Sebuah bongkahan es berukuran besar dan berwarna putih bersih, terlihat nyaris serupa dengan peti mati.

Gambar tersebut diabadikan oleh astronaut ISS pada akhir September melalui NASA Earth Observatory. Benda ini mengambang di perairan yang gelap gulita, di lepas pantai Antartika.

Kini, para ilmuwan mengatakan bahwa bongkahan es yang berbentuk menyeramkan itu sedang menuju tempat yang dikenal sebagai 'makam gunung es'.

Lempengan yang berbentuk aneh tersebut telah menghabiskan 18 tahun terakhir mengambang di laut, setelah memisahkan diri dari Ross Ice Shelf pada Maret 2000. Sayangnya, bongkahan es tersebut sekarang tengah bergerak ke arah utara, menuju perairan hangat.

Para ilmuwan NASA mengatakan, sebongkah es yang menyeramkan sedang menuju tempat yang dikenal sebagai 'makam gunung es'. (NASA Earth Observatory Images)

Glaciologist NASA/UMBC, Chris Shuman, menuturkan bahwa hamparan es besar berwarna putih bersih itu memiliki enam sisi dan bentuk memanjang, seperti kebanyakan peti mati kayu pada umumnya. Menurut NASA, bentuk tersebut adalah hasil asli dari fenomena alam.

"Patahan itu mirip dengan pembelahan kristal mineral yang ditatah dengan palu tajam," kata Shuman, seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat (9/11/2018). "Bentuk peti mati disebabkan oleh ketidaksengajaan ruang dan waktu, mengingat pelayaran es tersebut sekitar 18,5 tahun," imbuhnya.

Gunung es, yang dikenal sebagai B-15T ini, telah melakukaan perjalanan keluar dari Samudera Selatan (Southern Ocean) saat foto itu diambil pada September.

Pemandangan lain, yang diabadikan oleh Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) pada satelit Terra NASA, menunjukkan B-15T mengapung melalui Atlantik Selatan antara Georgia Selatan dan Kepulauan Sandwich Selatan pada hari yang sama.

Daerah ini, kata NASA, adalah 'tempat di mana gunung es akan mati', sebab air di area tersebut cenderung lebih hangat ketimbang di Samudera Selatan.

Menurut lembaga antariksa tersebut, musim dingin di belahan Bumi selatan akan semakin dekat, ketika gunung es itu terlihat pada September, sehingga datangnya sinar matahari yang melimpah dapat semakin menghangatkan air di sekitarnya.

Para ilmuwan NASA mengatakan, sebongkah es yang menyeramkan sedang menuju tempat yang dikenal sebagai 'makam gunung es'. (NASA Earth Observatory Images)

"Kurangnya es laut di sekitar B-15T menyiratkan bahwa air berada di atas titik beku," ucap badan antariksa milik pemerintah Amerika Serikat itu.

Gunung es B-15T memecah lapisan es 18 tahun yang lalu. Ini hancur menjadi kepingan-kepingan yang lebih kecil dari waktu ke waktu.

Akan tetapi, NASA mencatat bahwa bentuk menakutkan dari B-15T diperoleh jauh sebelum ia pindah ke kuburan gunung es.

"Arus Kutub Selatan Antartika, yang melewati Selat Drake, mengarahkan gunung es itu ke arah timur dan menduduki lokasinya saat ini," NASA menjelaskan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

Gunung Es Persegi Panjang Ditemukan NASA di Antartika

Es Persegi Panjang Antartika
Operasi IceBridge dari NASA menangkap fenomena aneh, yakni gunung es berbentuk persegi panjang yang mengambang di antara lautan es di Semenanjung Antartika utara (Jeremy Harbeck / NASA)

Sementara itu, penampakan bongkahan es berbentuk aneh, sebelumnya juga terekam oleh pesawat pengintai NASA yang khusus digunakan untuk meneliti Antartika.

Sejumlah balok es berbentuk persegi panjang simeteris yang tercipta secara alamiah, telah ditemukan oleh NASA saat menjelajahi Antartika pada 16 Oktober.

Burung besi yang menjalankan misi bernama Operation IceBridge ini dirancang untuk mengamati perubahan tingkat es di beberapa gletser di benua paling ujung dari Kutub Selatan.

Saat mengarungi udara di atas Antartika, ilmuwan senior NASA, Jeremy Harbeck, mengatakan bahwa gunung es persegi empat tersebut baru terpisah dari Larsen Ice Shelf.

Tampilannya yang tak masuk akal lantaran berbentuk datar (tabular), dianggap sebagai fenomena yang berbeda dengan gunung es pada umumnya, biasanya tidak beraturan --salah satunya seperti yang ditabrak kapal Titanic.

"Saya sering melihat gunung es dengan tepian yang relatif lurus, tapi saya belum pernah melihat yang seperti itu sebelumnya, dengan dua sudut yang simetris," kata Harbeck dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari CNN, Rabu 24 Oktober 2018.

Jan Lieser, ahli glasiologi laut Antarctic Climate & Ecosystems Cooperative Research Center, mengatakan bahwa ia tidak biasa melihat garis lurus dan sudut tajam pada lapisan es.

"Ini adalah kejadian alami, begitu indah, tapi tidak ada yang spesial ... Saya telah melihat banyak gunung es di sekitar Antartika yang memiliki sisi yang sangat lurus, sangat panjang," ucap Lieser.

Ia menambahkan, garis lurus bongkahan es tersebut terbentuk karena struktur kristal salju, kemudian pecah dan bereaksi terhadap tekanan udara.

"Tidak ada orang yang berkeliling di sekitar Antartika dengan membawa gergaji mesin dan memotong es-es itu ... Alam terkadang membuat kita terkesima," ungkapnya lagi.

Sementara itu, dalam pernyataan lain dari NASA, Harbeck menegaskan bahwa ia sebenarnya lebih tertarik untuk menangkap gunung es raksasa bernama A68, besarnya hampir sama dengan negara bagian Delaware, Amerika Serikat. A68 juga telah terpisah dari Larsen Ice Shelf pada tahun 2017.

"Kami hampir terbang untuk memeriksanya, tetapi kami berubah pikiran karena melihat yang satu ini menarik secara visual dan cukup fotogenik, jadi saya mengambil beberapa foto," jelas Harbeck.

Misi Operation IceBridge ini akan berakhir pada 18 November, menurut NASA.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya