29-12-1997: 1,3 Juta Ayam Dibantai di Hong Kong demi Lawan 'Virus Misterius'

Mulai Senin 29 Desember 1997 pembantaian unggas dilakukan di Hong Kong. Untuk menghadang penyebaran flu burung yang dianggap misterius.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 29 Des 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 29 Des 2018, 06:00 WIB
Ilustrasi ayam
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Hong Kong - Ratusan petugas yang mengenakan jas putih, masker, sarung tangan dan membawa tangki berisi karbon dioksida disebar ke seluruh penjuru Hong Kong. Mulai Senin 29 Desember 1997, mereka mendatangi peternakan ayam, di tengah kota maupun yang ada di pelosok.

Tugas mereka adalah untuk membantai semua ayam dan sejumlah unggas lain yang ada di bekas wilayah protektorat Inggris Raya itu. Tujuannya adalah menghentikan virus 'flu burung' misterius yang bisa menular ke manusia. Kala itu, sudah ada empat kematian akibat avian influenza.

Lebih dari 250 ribu ayam dibantai di hari pertama. Hewan-hewan tersebut, beserta unggas lain, dimasukkan dalam kantung plastik besar. Kemudian, karbon dioksida dialirkan ke dalamnya hingga mereka mati lemas.

Bangkai unggas yang mati disterilisasi terlebih dahulu sebelum dibuang ke delapan lokasi tempat pembuangan sampah yang ada di sana. Sejak saat itu, selama beberapa pekan, stok ayam segar menghilang dari Hong Kong.

"Ini adalah kerja lapangan," kata juru bicara Departemen Pertanian dan Perikanan Hong Kong (AFD), seperti dikutip dari CNN.com. "Kami melakukan lebih dari satu juta hal pada waktu yang bersamaan."

Sejak awal pemerintah berencana memusnahkan, mendisinfeksi, dan mengubur ayam-ayam di Hong Kong, yang jumlahnya mencapai 1,3 juta. Selain itu, bebek, angsa, burung puyuh, merpati, dan lainnya -- yang dipelihara dekat kandang ayam -- juga jadi sasaran.

"Semua orang sibuk dengan operasi ini. Kami harap bisa merampungkannya dalam satu setengah hari," tambah juru bicara AFD.

Berbeda dengan para petugas pemerintah yang terjun ke lapangan dengan 'perlengkapan tempur', para pedagang dan pekerja yang dilibatkan dalam operasi tak dilengkapi masker dan sarung tangan. Mereka membunuh ayam dengan cara menyembelihnya.

Tak hanya membantai ayam-ayam, pemerintah juga mendirikan klinik khusus untuk memeriksa para pekerja dari 160 peternakan ayam dan 997 kios yang menjual unggas.

Pemerintah berjanji akan memberikan kompensasi pada peternak dan pedagang yang merugi akibat penjualan ayam, yang jadi salah satu daging favorit di Hong Kong, merosot tajam.

"Bagiku tak masalah," kata seorang pedagang. "Pemerintah membeli semua daganganku.

Namun, penjual lainnya merasa keberatan. "Kalau pemerintah ingin melakukan operasi seperti ini, sebaiknya dari jauh-jauh hari ada pemberitahuan," kata dia. "Kami terlanjur membeli dagangan dan harus rugi bandar.

Sebelumnya, pada 24 Desember 1997, Hong Kong menghentikan impor ayam dari China Daratan, yang memasok sekitar 80 persen ayam di Hong Kong, karena khawatir unggas yang masuk membawa virus.

"Sistem tersebut untuk memastikan bahwa tidak ada ayam yang terinfeksi masuk ke pasar di Hong Kong. Setiap stok yang ditemukan terinfeksi akan dihancurkan," kata Direktur Lembaga Agrikultur Hong Kong, Lessie Wei seperti dikutip dari BBC News.

Korban Jiwa

3 Sebab Penyebaran Virus Flu Burung Makin Meluas
3 Sebab Penyebaran Virus Flu Burung Makin Meluas

Pihak berwenang kesehatan Hong Kong mengungkap, hasil tes menunjukkan bahwa 30 orang telah terinfeksi oleh virus, H5N1 -- atau yang dikenal sebagai 'flu burung'.

Virus, H5N1, telah lama diketahui menginfeksi burung. Namun, pada Mei 1997, kasus pertama penularaan manusia ditemukan. Kala itu, seorang anak berusia 3 tahun meninggal. Belakangan, korban jiwa bertambah jadi empat orang, dari 13 yang telah dikonfirmasi menderita flu burung. 

Tes darah dilakukan pada 473 orang di Hong Kong yang melakukan kontak dengan korban pertama. Namun, beberapa dari mereka yang diduga terinfeksi terpantau mengembangkan antibodi terhadap penyakit tersebut.

Para ilmuwan tidak dapat mengesampingkan penularan virus dari manusia ke manusia, yang memungkinkan terjadinya epidemi. Itu yang paling dikhawatirkan. 

Kala itu, sarana penularan flu burung masih misteri, dan tidak ada vaksin untuk mencegahnya. 

Selain pembantaian lebih dari sejuta ayam, sejumlah peristiwa bersejarah terjadi pada tanggal 29 Desember.

Pada 1975, sebuah bom meledak di Bandara LaGuardia, New York City dan menewaskan 11 orang.

London Blitz

Sementara itu, pada 29 Desember pada 1940, pasukan udara Jerman menghujani wilayah permukiman London, Inggris dengan bom.

Serangan udara tersebut membuat Sungai Themes menjadi 'lautan api', sementara sekitar 3.600 warga sipil tewas.

Seperti dikutip dari History.com, Rabu (28/12/2016), 'hujan bom' tersebut merupakan aksi balas dendam Jerman kepada Inggris, atas serangan London terhadap Berlin sebelumnya.

Serangan udara yang dikenal dengan sebutan 'London Blitz' itu pun dimulai sejak September 1940, setelah Nazi menargetkan negara kerajaan itu pada Agustus tahun yang sama.

Bom seberat 337 ton dijatuhkan Jerman di wilayah London pada September 1940 dan mengakibatkan ribuan warga Inggris tewas. Kerusakan dan jumlah korban terus bertambah hingga 29 Desember tahun itu.

Tidak hanya menghilangkan nyawa masyarakat Inggris, perang tersebut juga mengakibatkan kerusakan hebat pada bangunan dan peninggalan bersejarah.

Dampak paling besar timbul akibat 15.000 tembakan udara bertubi-tubi, menghujani gedung-gedung bersejarah Inggris.

Seperti bangunan berharga Inggris Guildhall yang dibangun pada 1673, dan delapan Gereja Christopher Wren. Untungnya St Paul's Cathedral atau Katedral Sato Paulus selamat dari kehancuran, meskipun ada beberapa bagian gereja yang terbakar.

Api yang melahap tempat ibadah bersejarah itu berhasil dipadamkan oleh tim pemadam kebakaran pemberani.

Bangunan lainnya yang juga selamat dari kehancuran yaitu Westminster Abbey, Buckingham Palace, dan Chamber of the House of Commons.

Surutnya air Sungai Thames diduga menjadi penyebab sulitnya pemadaman api, sehingga menyebabkan banyak bangunan yang terbakar.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya