Liputan6.com, Rio de Janeiro - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, pada 31 Desember 2018, mengatakan bahwa negara-negara Arab memandang Israel sebagai "sekutu yang sangat diperlukan" dalam memerangi Iran dan kelompok teroris ISIS.
Penilaian itu, katanya Netanyahu kepada Globo TV Brasil saat berkunjung ke Rio de Janeiro, telah menyebabkan "revolusi dalam hubungan Israel dengan dunia Arab," lansir AFP, seperti dikutip dari EWN.co.za, Rabu (2/1/2019).
Komentar itu muncul ketika Israel meningkatkan serangan udara pada posisi Iran di negara tetangga Suriah, dan ketika negeri zionis tengah beradaptasi atas keputusan mendadak Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menarik pasukan AS dari Suriah.
Advertisement
Netanyahu mengaku telah berulang kali memperingatkan bahwa Iran berusaha mengembangkan senjata nuklir untuk menghancurkan negaranya.
Baca Juga
Israel, kata Netanyahu, telah menunjukkan diri untuk aktif memerangi "Islam radikal, Islam yang keras, baik yang dipimpin oleh Syiah radikal yang dipimpin oleh Iran, atau yang dipimpin oleh Sunni radikal yang dipimpin oleh Daesh (ISIS) dan Al Qaeda."
"Sayangnya kami belum membuat kemajuan dengan Palestina. Setengah dari mereka sudah berada di bawah senjata Iran dan pengaruh Islam radikal," tambah Netanyahu yang mungkin mereferensi situasi mencekam di perbatasan Jalur Gaza-Israel sepanjang tahun lalu.
Ditanya apakah dia bisa melakukan dialog damai dengan seorang pemimpin Iran, Netanyahu menjawab: "Jika Iran tetap berkomitmen untuk penghancuran kita, jawabannya adalah tidak."
Satu-satunya cara, katanya, adalah "jika Iran mengalami transformasi total."
Netanyahu berada di Brasil untuk menghadiri pelantikan presiden baru Negeri Samba, Jair Bolsonaro --yang pro-Israel.
Di sela-sela upacara, Netanyahu dijadwalkan mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, yang juga di antara para pejabat tinggi yang berkunjung.
Mereka diharapkan untuk membahas penarikan pasukan AS dari Suriah dan kegiatan-kegiatan Iran di Timur Tengah.
Simak video pilihan berikut:
Israel Akan Meningkatkan Perlawanan di Suriah
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa pihaknya akan meningkatkan perlawanan terhadap pasukan Negeri Para Mullah yang mendukung pemerintahan Presiden Bashar al-Assad --meski Amerika Serikat memutuskan mundur dari Suriah.
Israel juga khawatir keluarnya AS --yang merupakan sekutu utama mereka-- dapat mengurangi pengaruh diplomatiknya dengan Rusia, pendukung besar pemerintahan Assad.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan bahwa pasukan AS dapat menarik diri dari Suriah, mengatakan bahwa penanganan kelompok militan ISIS adalah "satu-satunya alasan" bagi tentara Amerika untuk berada di Suriah.
Trump mengunggah twit pada Rabu: "Kami telah mengalahkan ISIS di Suriah, satu-satunya alasan kami berada di sana selama menjabat."
Pemerintahan Trump diperkirakan akan menarik semua sekitar 2.000 pasukan Amerika dari Suriah. Perencanaan penarikan telah dimulai dan pasukan akan mulai pergi secepat mungkin.
Keputusan itu menggarisbawahi perselisihan antara Trump dan penasihat militernya, yang telah mengatakan dalam beberapa pekan terakhir bahwa kantong militan ISIS tetap ada dan kebijakan AS adalah menjaga pasukan tetap di tempatnya sampai kelompok itu diberantas habis.
Pada Rabu 19 Desember, Kementerian Pertahanan AS merilis sebuah pernyataan yang mengatakan telah memulai proses penarikan pasukan AS dari Suriah, tetapi tampaknya menentang pernyataan Trump bahwa kampanye ISIS sudah berakhir.
"Koalisi telah membebaskan wilayah yang dikuasai ISIS, tetapi kampanye melawan ISIS belum berakhir," kata juru bicara Pentagon, Dana White dalam sebuah pernyataan.
Advertisement