Kasus Jamal Khashoggi Merebak, Inggris Tetap Jual Senjata ke Arab Saudi

Pemerintah Inggris tetap melakukan transaksi senjata dengan Arab Saudi dalam beberapa pekan setelah pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi mencuat ke permukaan.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 03 Jan 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2019, 07:00 WIB
Foto Jamal Khashoggi, wartawan Arab Saudi yang dibunuh di Istanbul (AP/Jacquelyn Martin)
Foto Jamal Khashoggi, wartawan Arab Saudi yang dibunuh di Istanbul (AP/Jacquelyn Martin)

Liputan6.com, London - Pemerintah Inggris tetap melakukan transaksi senjata dengan Arab Saudi dalam beberapa pekan setelah pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi mencuat ke permukaan. Transaksi terus dilakukan bahkan ketika London secara terbuka mengutuk pembunuhan itu.

Khashoggi dibunuh oleh para pejabat Saudi di dalam konsulat negara itu di Istanbul pada 2 Oktober, memicu kecaman global dan mendorong negara Barat mengevaluasi ulang hubungan dengan Kerajaan Saudi.

Ketika pemerintah Inggris menyerukan jawaban atas kematian Khashoggi, pejabat perdagangan Inggris yang bertanggung jawab atas penjualan senjata terus mengadakan pertemuan dengan mitra mereka dari Saudi.

Delegasi dari Organisasi Pertahanan dan Keamanan - sebuah kantor di dalam Departemen Perdagangan Internasional yang mempromosikan ekspor senjata untuk perusahaan-perusahaan Inggris - melakukan perjalanan ke Riyadh pada tanggal 14 dan 22 Oktober, menurut laporan harian Mirror, dikutip dari The Independent, Rabu (2/1/2019).

Yang terakhir dari pertemuan-pertemuan itu datang pada hari yang sama ketika Menteri Luar Negeri Inggris, Jeremy Hunt, mengutuk pembunuhan Khashoggi "dalam istilah yang sekuat mungkin" dalam sebuah pidato di parlemen --juga pada 22 Oktober.

Dalam pidatonya Oktober lalu, Menteri Hunt juga mengumumkan pembatalan kunjungan yang direncanakan ke Riyadh oleh sekretaris perdagangan, Liam Fox. Namun, dia tidak mengungkapkan bahwa pertemuan atas penjualan senjata masih berlangsung.

Bahkan sebelum pembunuhan ', pemerintah Inggris berada di bawah tekanan untuk menghentikan ekspor senjata ke Arab Saudi atas tuduhan kejahatan perang dan meningkatnya korban sipil di Yaman.

Riyadh mengintervensi perang saudara Yaman pada 2015 untuk mengembalikan pemerintahan Presiden Mansour Hadi yang diakui secara internasional, yang digulingkan oleh pemberontak Houthi yang didukung Iran.

Pertempuran itu menewaskan sedikitnya 10.000 warga sipil --yang sebagian besar adalah korban serangan udara yang dilakukan oleh koalisi yang dipimpin Saudi-- dan menyebabkan hampir 16 juta orang di ambang kelaparan.

Koalisi telah mengakui menyebabkan korban sipil, tetapi menghubungkan kematian dengan "kesalahan yang tidak disengaja", dan mengatakan berkomitmen untuk menegakkan hukum internasional. Houthi juga menargetkan warga sipil di seluruh konflik, menurut PBB.

Sejak perang dimulai, Inggris telah melisensikan senjata senilai £ 4,7 miliar kepada pasukan Saudi, menjadikannya pembeli terbesar senjata Inggris.

Pembunuhan Jamal Khashoggi membawa tekanan baru pada pemerintah Inggris untuk menilai kembali hubungannya dengan Arab Saudi, setelah Jerman dan Norwegia menghentikan semua penjualan senjata masa depan ke Riyadh. Kanada, bagian persemakmuran Britania Raya, juga tengah mempertimbangkan untuk mengikuti jejak Berlin dan Oslo.

 

Simak video pilihan berikut:

 

Hubungan Inggris - Arab Saudi Tetap Seperti Sedia Kala

Putra Mahkota Arab Saudi Temui PM Inggris Theresa May
Perdana Menteri Inggris, Theresa May menyambut Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman di 10 Downing Street, London, Rabu (7/3). Kunjungan Putra Mahkota Saudi itu merupakan rangkaian tur luar negeri yang pertama kali. (AP /Alastair Grant)

Tapi, meski banyak bukti yang mengarah pada keterlibatan Arab Saudi dalam pembunuhan Jamal Khashoggi, Inggris tampak tidak membuat perubahan substansial pada hubungannya dengan Riyadh.

Perdana Menteri Theresa May mengadakan pembicaraan tatap muka bulan lalu dengan Putra Mahkota Mohammed Bin Salman, pemimpin de-facto Arab Saudi yang pembantu dekatnya melakukan pembunuhan Jamal Khashoggi dan kemudian berusaha untuk menutupinya.

PM May mengatakan dia menekankan "pentingnya penyelidikan penuh, transparan dan kredibel terhadap pembunuhan mengerikan" selama pertemuannya dengan putra mahkota di KTT G20 di Argentina. Namun pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn yang beroposisi menuduhnya tidak menindaklanjuti dengan tindakan.

"Daripada menjadi kuat, seperti yang dia janjikan, kami belajar bahwa perdana menteri memberi tahu sang diktator, 'jangan gunakan senjata yang kami jual kepada Anda dalam perang yang sedang Anda bayarkan' dan memintanya dengan baik untuk menyelidiki pembunuhan yang diduga diperintahkannya," kata Corbyn bulan lalu.

"Para pemimpin tidak hanya harus menawarkan kata-kata terhadap kekejaman HAM tetapi juga mendukung kata-kata mereka dengan tindakan," tambahnya.

Sedangkan Menlu Jeremy Hunt telah membela penjualan senjata ke Arab Saudi, mengutip "kemitraan strategis penting" Inggris dengan Saudi "telah menyelamatkan nyawa di jalanan Inggris".

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya