2 Bandara Terbesar di Inggris Beli Sistem Anti-Drone

Bulan lalu, pihak berwenang Inggris meminta bantuan militer setelah sejumlah drone tampak terbang di atas Gatwick, bandara tersibuk kedua di Inggris.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Jan 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2019, 12:00 WIB
Ilustrasi pesawat (iStock)
Ilustrasi pesawat (iStock)

Liputan6.com, London - Dua Bandara internasional terbesar Inggris berencana memasang sistem pertahanan anti-pesawat nirawak atau drone kelas militer untuk menghindari serangan seperti terjadi semasa libur Natal lalu yang membuat hampir 1.000 penerbangan di Bandara Gatwick London dibatalkan.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (5/1/2019) Bulan lalu, pihak berwenang Inggris meminta bantuan militer setelah sejumlah drone tampak terbang di atas Gatwick, Bandara tersibuk kedua di Inggris.

Insiden itu memaksa Bandara itu ditutup, dan mengacaukan rencana perjalanan puluhan ribu orang sebelum Natal.

Media Inggris mengatakan militer mengerahkan teknologi serupa pada sistem Drone Dome yang dirancang Israel, yang mampu mendeteksi dan menon-aktifkan drone dengan mengacaukan frekuensi komunikasinya.

Pejabat-pejabat keamanan Bandara di seluruh dunia sedang mempelajari isu tersebut.

Pejabat-pejabat Bandara Heathrow dan Gatwick di London pada Kamis (3/1) memembenarkan rencana pembelian sistem anti-drone itu, tetapi tidak bersedia mengatakan apakah itu sama dengan yang digunakan militer. Laporan pembelian itu pertama kali muncul di harian The Times.

Pembelian perlengkapan Bandara dilakukan, meski pun Menteri Keamanan, Ben Wallace bulan lalu mengatakan pasukan keamanan Inggris memiliki sistem deteksi yang bisa digunakan di seluruh negara itu untuk memerangi ancaman drone.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Gangguan Drone di Bandara Gatwick Inggris

Drone
Ilustrasi Drone, sebuah pesawat tanpa awak GDU Byrd Premium yang diterbangkan pada acara Consumer Electronic Show (CES) 2017 di Las Vegas, Nevada, (06/1/ 2017). (DAVID McNew / AFP)

Pada bulan lalu, polisi di Inggris menangkap dua orang pelaku penerbangan drone atau pesawat tak berawak di Bandara Gatwick. Pria dan wanita ini langsung ditetapkan sebagai tersangka atas tuduhan "penggunaan drone untuk tindak kriminal", serta dinilai telah mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Gatwick.

Karena ulah tersangka, bandara tersibuk kedua di Inggris itu tidak beroperasi selama tiga hari sejak Rabu, 19 Desember 2018.

Dalam sebuah pernyataan, polisi di Sussex mengatakan bahwa penangkapan itu dilakukan di daerah Gatwick setelah pukul 22.00 pada Jumat malam kala itu.

Sementara itu, pihak Bandara Gatwick menyampaikan pada Sabtu pagi bahwa bandara telah dibuka lagi dan mereka meminta kepada seluruh calon penumpang untuk memeriksa kembali tiket yang mereka miliki ke maskapai masing-masing sebelum bepergian.

"Landasan pacu kami sudah dibuka dan kami akan kembali menjalankan jadwal penuh. Ada 757 penerbangan yang dijadwalkan terjadi pada hari ini, dengan membawa 124.484 penumpang secara keseluruhan," kata seorang juru bicara Bandara Gatwick yang dikutip dari The Guardian.

Situasi dan kondisi di Bandara Gatwick mendadak ricuh pada Rabu malam, ketika drone terlihat melayang di dekat landasan pacu. Kejadian ini memaksa ratusan penerbangan dibatalkan atau ditunda. Penumpang yang sudah berada di dalam pesawat pun, sebelum burung besi yang mereka tumpangi terbang, dibuat ketakutan sehingga mereka berlarian keluar pesawat sebelum tinggal landas.

Atas insiden itu, para ahli IT dari polisi dan militer dikerahkan untuk mencari 'dalang' di balik drone atau operator yang menngontrolnya. Drone misterius tersebut sempat hilang, namun kemudian muncul kembali di dekat bandara setiap kali pihak berwenang mencoba membuka landasan pacu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya