Mengejutkan, Ini 4 Manfaat Terselubung dari Urin dan Tinja

Ternyata, urin dan tinja hewan punya manfaat tersembunyi. Apa saja?

oleh Afra Augesti diperbarui 25 Jan 2019, 19:05 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2019, 19:05 WIB
Ilustrasi Foto Air Seni atau Urine
Ilustrasi Foto Air Seni atau Urine (iStockphoto)

Liputan6.com, Missouri - Ketika sebagian besar tubuh hewan dan manusia memproses nutrisi yang didapatkan dari makanan yang dimakan, mereka mengeluarkan limbah dalam bentuk cairan dan padatan, yang umumnya disebut sebagai urin dan feses.

Limbah tersebut biasanya berbau menyengat dan tak sedap. Tetapi tahukah Anda bahwa kencing dan tinja rupanya juga bisa mendatangkan manfaat besar?

Air seni dan tinja memiliki beragam kegunaan, di antaranya ialah menyediakan nutrisi untuk beragam ekosistem, berfungsi sebagai dasar untuk pembuatan parfum mahal, hingga robot berbahan bakar.

Berikut adalah ulasan empat kegunaan tak terduga dari urin dan tinja, seperti dilansir Live Science, Jumat (25/1/2019).

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

1. Parfum

Parfum atau Minyak Wangi
Ilustrasi Foto Minyak Wangi atau Parfum (iStockphoto)

"Batu" berwarna abu-abu kekuningan, yang ditemukan di sebuah pantai di Inggris, terksturnya aneh: berminyak dan berbau tidak enak. Ternyata, benda yang awalnya dianggap misterius ini rupanya berasal dari isi perut Paus Sperma (Cetacea).

Bongkahan licin dan berbau busuk tersebut adalah ambergris, hasil sekresi dari saluran pencernaan paus sperma. Jika dilihat dari fisiknya, ambergris --atau yang juga sering disebut "muntahan" paus-- berbentuk padat seperti lilin dan mudah terbakar.

Ambergris diperkirakan diproduksi di usus paus. Para peneliti pun masih belum benar-benar yakin mengenai bagaimana paus sperma meghasilkan dan mengeluarkan benda ini. Namun dugaan sementara, ambergris tidak keluar dari mulut, melainkan dari anus karena aromanya yang tak sedap.

Lalu, mengapa kotoran mamalia ini menjadi berharga?

Chirstopher Kemp, penulis buku Floating Gold: the Natural (and Unnatural) History of Ambergris terbitan University of Chicago Press mengatakan, ambergris mahal karena sangat langka.

"Hanya satu persen dari 350.000 paus sperma yang benar-benar dapat membuatnya," kata Kemp.

Ambergris sendiri memang dikenal sebagai pengawet parfum yang bernilai fantastis, sekitar US$ 68.000 (Rp 958,9 juta) hingga US$ 180.000 (Rp 2,5 miliar). Padahal, setelah keluar dari tubuh paus, ambergris memiliki bau busuk dan berwarna persis seperti kotoran.

Namun lama kelamaan, bau ini berubah menjadi wangi. Warnanya pun semakin lama berubah menjadi abu-abu.

Dirangkum dari Scientific American, matahari, udara, dan air laut mengoksidasi massa ambergris. Airnya pun terus menguap. Hal ini membuat ambergris mengeras dan pecah menjadi potongan yang lebih kecil, yang mengambang di laut sebelum sampai ke bibir pantai.

Potongan yang lapuk (sudah lama di laut), akan memancarkan aroma manis dan harum yang sering disamakan dengan bau tembakau, pinus, atau musk.

2. Bahan Pewarna

Teks Kuno di Byzantium
Para ilmuwan umumnya berpikir bahwa ungu Tyrian, yang diekstraksi dari siput laut, digunakan untuk mewarnai lembaran perkamen dari teks suci yang disebut Codex Purpureus Rossanensis. (Rosi Fontana Press Office)

Di balik salah satu manuskrip tertua peninggalan New Testament, bagian kedua dari kanon (buku-buku autentik yang dianggap bagian dari Kitab Suci) Alkitab, terdapat campuran urin hewan dan lumut. Temuan ini didasarkan pada analisis para ahli saat merestorasi teks tersebut.

Selama berabad-abad, benak para ilmuwan diselimuti tanda tanya besar, bagaimana perkamen ungu yang ada di buku Zaman Bizantium dan berusia 1.500 tahun itu --yang dikenal sebagai Codex Purpureus Rossanensis-- diperoleh.

Secara umum diasumsikan bahwa warna ungu Tyre diekstraksi dari Murex (Hexaplex trunculus), sejenis siput laut. Hewan ini digunakan untuk mewarnai lembaran perkamen (alat tulis pengganti kertas yang dibuat dari kulit binatang).

Sebaliknya, tim ilmuwan pun mengungkapkan bahwa warna ungu Tyre dihasilkan dari penggunaan orcein, pewarna alami yang diekstrak dari lumut Roccella tinctoria dan diproses dengan urin hewan yang difermentasi, yang pada saat itu merupakan satu-satunya sumber amonia.

Masuk dalam "Memory of the World Register" UNESCO pada tahun 2015, Codex Purpureus Rossanensis ditemukan pada tahun 1879 di sakristi (bagian ruang gereja tempat mempersiapkan misa kudus) Cathedral of Rossano, yang berada di sebuah kota di wilayah Calabria, Italia selatan.

Naskah yang tidak lengkap itu menceritakan kehidupan Yesus menurut ajaran Matius dan Mark (gospels of Matthew dan Mark). Kemungkinan dibuat di Suriah antara Abad ke-5 dan ke-6 Masehi, terdiri dari 188 lembar perkamen yang diisi dengan miniatur halus, ditulis tangan dalam bahasa Yunani menggunakan tinta emas dan perak.

3. Steak

Saus Steak
Ilustrasi Saus Steak (Sumber: Pixabay)

Para peneliti di Jepang, pada tahun 2011, mengklaim telah menemukan alternatif makanan baru: steak dari kotoran manusia. Memang terdengar menjijikan, tapi ilmuwan mengatakan daging ini aman dikonsumsi. Tetapi daging harus dimasak hingga benar-benar matang sampai ke dalamnya, agar patogen berbahaya dapat mati.

Ilmuwan di Negeri Sakura itu mengisolasi protein dari bakteri dalam limbah. 'Ramuan' daging feses pun disiapkan dengan mengekstraksi elemen dasar makanan asli orang-orang, yakni protein, karbohidrat dan lemak, lalu mengkombinasikannya.

Daging dibuat dari 63 persen protein, 25 persen karbohidrat, 3 persen lemak dan 9 persen mineral, menurut Digital Trends. Kemudian, protein kedelai ditambahkan ke dalam campuran ini untuk meningkatkan rasa. Tak lupa pewarna makanan, demi membuat produk tampak merah.

Ide gila ini muncul setelah Tokyo Sewage meminta para peneliti untuk mencari tahu seberapa banyak limbah yang terdapat dalam lumpur. Meski demikian, para ilmuwan menegaskan, walaupun 'steak' ini amakn untuk dimakan, tetapi metode memasaknya harus cermat.

4. Air Minum

Air mineral
Ilustrasi air putih. (pexels.com/CC0 License).

Bill Gates berambisi untuk mengubah kotoran manusia menjadi air minum bersih. Konglomerat ini pun mengaku memiliki mesin untuk memprodusinya.

Dalam sebuah unggahan dan video blog baru-baru ini, miliarder itu memamerkan "mesin pintar", sebuah prosesor limbah bertenaga uap yang membakar limbah padat dan menciptakan air minum, serta listrik.

Dijuluki "Omniprocessor," alat itu dirancang dan dibuat oleh Janicki Bioenergy, perusahaan rekayasa yang berbasis di Washington, yang sekarang menerima dana dari Bill and Melinda Gates Foundation untuk mengembangkan teknologi lebih lanjut.

Gates yakin alat berat tersebut dapat membantu memecahkan salah satu masalah terbesar di negara berkembang, yakni akses ke air bersih.

Setidaknya, 2 miliar orang di seluruh dunia buang air di toilet yang jarang sekali 'disedot' secara rutin. Gates juga mencatat, banyak orang lain yang masih tidak memiliki fasilitas mand, cuci, kakus (MCK), sehingga mereka harus buang air besar di tempat terbuka.

Semua limbah yang diproses secara tidak benar ini mencemari sumber air minum jutaan orang di jagat raya. Hal ini, diam-diam, bisa mengakibatkan penyakit yang mampu membunuh sekitar 700.000 anak setiap tahun, menghambat perkembangan fisik dan mental mereka.

Ia menyadari bahwa solusi untuk mengatasi masalah tersebut bukanlah membangun lebih banyak toilet. Pun halnya dengan saluran pembuangan limbah gaya barat, sebab ini pilihan yang tidak layak diterapkan di sebagian besar negara miskin, menurut Gates. Tetapi, mesin pengolahan limbah seperti "Omniprocessor" diperkirakan dapat bekerja di tempat-tempat seperti itu.

Berukuran sekitar 75 kaki (23 meter) dan lebar 26 kaki (8 meter), 'pabrik pengolahan' mungil ini dapat menangani sekitar 14 ton feses manusia setiap hari, yang cukup besar untuk terus memproses limbah dari sekitar 100.000 orang, menurut Gates Foundation.

Mesin ini diisi dengan lumpur saluran pembuangan, yang berjalan melalui sabuk konveyor dan dimasukkan ke dalam tabung besar yang dikenal sebagai pengering. Pengering ini akan mendidihkan lumpur, menghilangkan semua cairan dan menangkapnya sebagai uap air, yang kemudian diproses secara mendalam, sehingga steril untuk diminum.

Limbah padat dibuang ke insinerator, yang membakar sisa limbah, dan menghasilkan panas yang cukup. Panas ini nantinya disalurkan melalui mesin uap, yang menghasilkan uap suhu tinggi untuk menggerakkan generator. Generator lantas menghasilkan listrik yang digunakan untuk menyalakan mesin. Bahkan, jika ada sisa, listrik ini dapat ditransfer ke jaringan listrik.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya