Liputan6.com, Ankara - Komisi pemilihan di Turki mengumumkan pada Senin, 6 Mei 2019 bahwa mereka membatalkan hasil pemilu wali kota Istanbul. Dalam kesempatan yang sama, diputuskan pemilihan akan digelar kembali pada akhir bulan depan.
Dalam pemilu di Istanbul, partai Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan yakni AKP (Adalet ve Kalkinma Partisi) mengalami kekalahan telak. Ekrem Imamoglu dari pihak oposisi berhasil mengungguli Binali Yildirim, kandidat wali kota dari AKP.
Advertisement
Baca Juga
AKP mengajukan banding untuk pembatalan pemungutan suara pada 31 Maret lalu. Ia mengatakan pemilu penuh kecurangan, seperti pencurian kotak suara.
Komisi pemilihan kemudian mengatakan pada Senin bahwa petugas pemungutan suara yang megawasi pemilu bukanlah pegawai negeri. Hal itu berarti pelanggaran terhadap hukum, menurut kantor berita pemerintah Turki.
Kontroversi
Seruan lantang AKP untuk mengulang pemilihan Istanbul itu mengundang kecaman banyak pihak. Erdogan dan partainya disebut-sebut berpotensi melemahkan demokrasi Turki hanya untuk tujuan yang sempit: mempertahankan kekuasaan atas kota terbesar di Negeri Ataturk itu.
Sebagaimana diketahui, kekalahan AKP tidak hanya terjadi di Istanbul, namun juga Ankara. Di ibu kota Turki itu, oposisi dari CHP bernama Mansur Yavas berhasil mendapatkan kemenangan. Ia resmi mengambil alih kepemimpinan Ankara dalam sebuah upacara singkat pada Senin, 8 April 2019.
Pada Sabtu akhir pekan lalu, Erdogan berbicara kepada para eksekutif bisnis. Ia menjelaskan bagaimana menurutnya komisi pemilihan harus bertindak.
"Aku belum bicara sampai hari ini, aku tetap diam. Tapi cukup sudah ... Warga memberi tahu saya bahwa pemilihan ini harus diulang," katanya.
Erdogan Berisiko Merugi
Para analis politik justru mengatakan, keputusan mengulang pemilu adalah pertaruhan berisiko tinggi bagi Erdogan. Mengingat tidak jelas apakah pemilu yang bebas dan adil akan mengubah hasil saat ini.
Untuk diketahui, pihak oposisi sukses mendapatkan kemenangan di seluruh negeri karena diuntungkan oleh ketidakpuasan masyarakat terhadap ekonomi Turki yang lemah.
Upaya Erdogan yang agresif untuk membatalkan pemungutan suara di Istanbul mungkin akan semakin menghilangkan simpati masyarakat, terlebih kaum muda.
"Ini adalah langkah yang sangat berisiko. Jika dia kalah dalam pemilihan (ulang), kerugiannya akan semakin sulit untuk ditanggung. Figurnya akan hancur," kata Gonul Tol, Direktur Pusat Studi Turki di Middle East Institute, Washington.
Gonul menambahkan jika AKP menang sekalipun, itu tidak akan menjadi "kemenangan yang nyata."
Advertisement
Perpecahan Internal AKP
Sengketa berkepanjangan atas hasil pemilihan Istanbul juga memperkuat perpercahan di dalam tubuh AKP. Sebagian faksi partai mengatakan pihak mereka harus mengakui hasil pemilu, sementara yang lain bersikeras untuk memperjuangkan kursi penting itu.
Berbagai desas-desus bermunculan pada minggu-minggu setelah pemilihan. Di antaranya adalah kemungkinan adanya indikasi pemisahan diri sebagian kelompok dari AKP. Ada pula kabar yang mengatakan bahwa Yildirim sang kandidat walikota Istanbul telah kehilangan minat atas jabatan itu.
Dalam kesempatan yang sama, sikap Erdogan justru mampu mengubah Imamoglu sebagai tokoh nasional yang berpengaruh, menurut Gonul. Selama beberapa bulan terakhir sikap Imamoglu yang lembut sangat kontras dengan pidato Erdogan yang berapi-api dan sering menggambarkan lawan politiknya sebagai pendukung teroris.
"Setelah retorika dan agresivitas memecah belah yang dimiliki Erdogan, orang-orang menyukai betapa moderatnya (Imamoglu)," katanya.
Imamoglu sendiri dalam pidatonya pada Senin, 6 Mei menyampaikan pernyataan yang mengundang simpati.
"Mereka ingin kita bertarung (kembali)," kata Imamoglu. "Tapi kita akan terus saling merangkul."